Unforgetable Kiss

Pak Adam duduk di sofa single sembaari bersidekap di depan Radit dan Lyla yang duduk tertunduk di sofa panjang secara berdampingan. Setelah kepergian Radit tanpa pamit dari kantor, laki-laki itu lantas menghubungi eyang Radit.

Terang saja hal itu sanggup memaksa Radit untuk kembali ke kantor setelah Eyang Kasih menelepon Radit. Wanita tua itu memberikan banyak ancaman yang mungkin tak bisa dianggap remeh. Wajah Radit tampak memberengut saat Eyang Kasih juga mengancam akan meminta kembali si Blacky—mobil kesayangan Radit.

"Tolong jangan mentang-mentang Mas Radit cucu dari pemilik perusahaan lantas bersikap seenaknya. Saya mengizinkan libur bekerja apabila memang waktu digunakan untuk mengurus sisa waktu kuliah Mas Radit, tapi tidak untuk perkara lain kecuali sakit." Pak Adam memberikan penataran singkat sebelum ia memberikan sebuah kertas bertuliskan alamat.

Lyla meraih kertas di meja, membacanya sekilas, sedangkan Radit hanya melempar pandangan jengah.

"Ini alamat apa, Pak?" tanya Lyla.

"Jemput paket, buruan kita kelarin. Capek gue," gerutu Radit. Lagi-lagi ia berlalu tanpa pamit, membuat Pak Adam menggelengkan kepala dan mendesah pasrah.

Lyla tersenyum masam, merasa tak enak dengan tingkah Radit yang kadang kurang sopan. Ia mengangguk sekali sebelum berlalu, "Maaf, Pak."

Pak Adam balas mengangguk. Lyla jauh lebih baik bila ada embel-embel titah Eyang Kasih, gadis itu pasti langsung tunduk karena takut. Mimpi apa Pak Adam? Kenapa juga harus agen ini yang dijadikan tampungan mengurus cucu dari pemilik perusahaan?

Pak Adam menepuk kening sembari bersandar lemas ke sandaran sofa.

**

Lyla memijit tengkuknya sendiri dengan kaki berselonjor di karpet. Pukul sebelas malam dan pekerjaan di warehouse baru bisa ia selesaikan. Setelah pulang menjemput paket, Lyla dan Radit masih harus membereskan warehouse, menata barang sesuai alamat yang saling berdekatan, memilah barang yang rentan rusak, dan melabeli dengan label fragile. Seharusnya menjadi tugas Pak Adam, tetapi mereka sedang kena hukuman.

Ralat. Harusnya Radit saja yang dihukum, bukan? Lalu, kenapa Lyla harus terkena imbasnya? Lyla mengerutkan bibir, menatap Radit dengan kesal saat laki-laki itu mendekat dan duduk di sampingnya. Ia masih mengabaikan tatapan sengit Lyla. Punggung dan kepalanya tersandar rapat di dinding dengan lutut kanan tertekuk.

Namun, belum sempat Lyla membuka suara, lengan kiri Radit sudah membentang, menarik tubuh wanita berwajah kusut itu ke dalam rangkulan. Mereka memang belum saling bicara sejak tadi siang. Berbicara pun seperlunya saja menyoal pekerjaan. Radit masih enggan menjelaskan apa yang terjadi dan Lyla juga enggan mengawali.

Lyla terdiam, mendadak ia merasa detakan jantung Radit di telinganya menjadi irama terbaik dalam hidup yang membawa kata nyaman. Lyla menampik rasa itu, ia buru-buru mendongak dan melonggarkan sedikit rangkulan Radit.

"Kita belum bicara apa pun soal tadi siang," ungkap Lyla mendahului.

Radit mengembuskan napas lelah. "Tanya yang lain aja, La. Males gue bahasnya. Bahas yang lain asal jangan yang itu."

"Karena gue ngerasa kayak orang bego yang nggak tahu apa-apa, Dit. Kalo bukan itu yang gue tanyain, apa iya gue mesti tanya soal Bu Anita?"

Radit tambah frustrasi mendengar nama wanita itu. "Jangan bikin gue gagal move on, deh!" Ia mengencangkan rangkulan kemudian menjitak pelan kening Lyla.

"Ya masa gue tanya soal kerjaan. Lo nggak capek apa?" gerutu Lyla sambil mengelus bekas jitakan Radit dengan bibir mencebik.

Radit menatap sekeliling. Gudang barang ini sudah tertata rapi. Paket tertumpuk di setiap sisi ruangan, bahkan tadi dengan telaten mereka menempelkan label di setiap sisi tembok tentang regional masing-masing alamat. Itu ide Lyla sendiri, supaya besok saat mobil pick up mengambil paket, mereka tak perlu repot membaca alamatnya satu per satu karena barang sudah terkumpul sesuai label regional. Bandung, Depok, Jogja, Surabaya, dan nama kota lain tertempel dengan print tinta hitam menggunakan kertas A4.

"Lo tahu nggak, La, kayaknya cuma saat kita kerja begini deh bisa kompak nyatuin pemikiran. Lepas dari semua perkara masa lalu," celetuk Radit tanpa membahas kembali apa yang ditanyakan Lyla mulanya. "Gue resah tiap kali lo nggak ada di orbit gue. Gelisah waktu elo ke kampus tanpa gue. Banyak alasannya, entah itu karena laki-laki lain, atau bahkan masa lalu gue yang tanpa sengaja bakalan nyeret elo ke dalam pusara masalah gue."

Lyla masih mempertahankan posisinya dalam rangkulan Radit. Kedua tangannya masih menggenggam jaket di pangkuan. "Terus?" tanyanya seraya kembali mendongak dan menyandarkan dagu pada dada Radit. "Gue mesti gimana, Dit? Gue nggak bisa ambil keputusan apa pun selama elo sendiri masih punya banyak teka-teki buat gue. Semua rahasia yang enggan elo bicarain itu bikin gue tanpa sadar membentengi diri dari setiap perhatian elo."

Kedua manik sehitam jelaga itu menunduk, berusaha menembus iris hazel milik Lyla, mencari titik keyakinan Lyla akan dirinya. "Jangan pernah tolak setiap perhatian gue ke elo, La. Itu aja yang harus dilakuin selama lo di sisi gue," lirih Radit.

Bunyi berkelotak dari kanopi teras warehouse tertimpa rintik hujan—yang kian menderas—terdengar samar dari dalam di mana kedua kurir itu duduk di sebuah sudut gudang. Keduanya masih sama bergeming dan mempertahankan hunjaman tatapan intens dari iris mata masing-masing. Membawa gejolak dan keinginan aneh di antara keduanya untuk semakin mendekat.

Radit menyeringai samar saat menyadari kedua kelopak mata Lyla mulai tertutup. Bertepatan dengan sentuhan lembut itu, Lyla tahu ini adalah hal ekstrem dalam membuka perasaannya untuk laki-laki yang masih penuh misteri ini. Rasa manis yang dirasakan keduanya itu seolah menjadi hal paling penuh risiko yang harus Lyla tanggung.

Seiring eratnya pelukan dan dalamnya perasaan masing-masing untuk saling mencecap rasa dari gerakan bibir yang lambat, di saat itulah Lyla merasa jatuh sejatuh-jatuhnya. Lyla mulai merasa bahwa apa yang dilakukan Radit itu memabukkan, dan itu membuatnya mengaku kalah di bawah pesona laki-laki ini.

**

(12-08-2018)

Terima kasih vomment-nya. :))

Semoga Radit-Lyla makin rame. ^_^

Up lagi besok, ya. :"D

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top