Bagian ; 1.5
[Yuhuuu! Part 10 sudah update di Karyakarsa kataromchick, yes. Kalian yang udah gak sabar ikutin konflik cerita ini bisa langsung akses cepat ke sana. Jangan ragu-ragu supaya aku makin semangat menulisakan kisah Tamran dan Marina ini.]
Dandan cantik sudah seperti kebiasaan Marina semenjak menjadi seorang istri yang memutuskan untuk lebih banyak tinggal di rumah. Dia memiliki jatah untuk mengurus rumah, diri sendiri, serta suami. Bagian anak... Marina tahu kalau permintaan itu tidak akan terkabul dengan mudah dan cepat. Kenapa? Bagaimana bisa dirinya ingin hamil jika sang suami belum merasa sanggup bisa menerima dan mengurus si kecil jikalau hadir diantara mereka, disaat Tamran masih sibuk berambisi naik jabatan.
Memang tidak secara langsung Tamran menunjukkan keberatan itu, tetapi Marina bisa menerkanya melalui sikap Tamran yang hati-hati sekali dalam urusan mengeluarkan benih cinta yang pria itu miliki kepada Marina. Bahkan Tamran terkadang malah lebih paham serta cerewet dalam urusan tanggal masa subur Marina. Dari sana Marina tahu kalau sang suami tidak benar-benar setuju untuk segera memiliki momongan dalam waktu dekat.
Sembari memikirkan rumah mereka yang sepi, Marina memang sengaja menunggu Tamran di ruang tamu. Sudah dalam keadaan bersih dan wangi. Hal tersebut akan sangat disukai oleh sang suami ketika sampai di rumah.
Begitu pintu diketuk Dan terdapat salam dari suara Tamran, Marina tahu jika suaminya sudah pulang. Menilik garasi, sudah ada mobil Tamran bertengger di sana. Buru-buru dia membukakan pintu dengan senyuman manis. Meski tadi pagi mereka harus berdebat, tapi Marina tak mau memperpanjang hal tersebut.
"Mas... maafin aku. Tadi pagi, seharusnya aku bicara baik-baik." Kata Marina memulai lebih dulu saat suaminya selesai memberi keningnya kecupan.
Tamran mengiyakan dengan menarik garis senyum dan mengusap pipi sang istri. Lamat ditatapnya perempuan yang itu, Tamran mengambil inisiatif untuk mendekatkan wajah mereka dan mulai menyatukan bibir satu sama lain.
Marina tak menolak sama sekali. Justru perempuan itu segera mengeratkan lengannya dan meraba kancing kemeja Tamran dengan gerakan buru-buru. Jambang si pria yang mulai agak tumbuh serta janggutnya yang agak kasar-kasar mulai menggesek leher Marina dengan sensasi yang—
"Kamu sangat cantik, Marina."
Marina tidak bisa menyembunyikan senyumannya disaat seperti ini. Dia sudah terlanjur terbuai dan agaknya lupa dengan kesadaran jika saja Tamran tidak memegangi tubuhnya yang sudah tidak kuat menopang diri sendiri, sudah dipastikan tubuhnya akan terjatuh bersama kesadarannya yang mulai kacau.
"Kamu juga..." terdengar lenguhan perempuan itu saat bibir Tamran merambat menuju dadanya yang entah sejak kapan sudah terbuka dan memanjakan mata. "... Hhh... Mas—shh... hah, hah...."
Bahkan setiap deru napas yang tak beraturan itu semakin membuat Tamran menginginkan suara dan ekspresi yang lebih lucu dari Marina.
"Aku juga apa, Sayang? Hm? Cantik?" goda Tamran lalu menumpukkan tubuh Marina pada sofa, akhirnya.
Gelengan kepala Marina yang mengartikan dua makna membuat Tamran semakin gemas. Dia tidak bisa melihat ekspresi wanita lain lagi dibawahnya jika Marina terus menjadi candu. Perempuan yang dia ketahui masih perawan sejak malam pertama pernikahan itu memiliki ekspresi luar biasa ketika merasakan geli dan nikmat yang Tamran beri. Wajah memerah dengan banyak desisan, serta tak bisa menanggapi apapun jika sudah disentuh hingga mabuk kepayang... Tamran suka itu.
"Mas...?" panggil Marina kebingungan karena sang suami menarik celana dalam perempuan itu dengan giginya. Marina bergetar. Dia belum pernah merasakan sensasi napas yang berhembus dari hidung suaminya mengenai pangkal pahanya. Bahkan ketika gigi Tamran menyahut kainnya dengan benar, hidung bangir pria itu berhadapan tepat dengan rambatnya milik Marina.
Begitu selesai membuat Marina lega dengan tubuh bergetar karena geli yang dia rasakan, Tamran kembali menghadapkan wajah di tempat hidungnya menghantar napas hangat. Kali ini, sengaja Tamran mengecupinya. Seketika saja kepala Marina semakin pening.
Bibir atas Marina digigit serta dijilatnya sendiri, berbeda dengan bibir bawahnya yang sedang asyik dimanjakan oleh bibir serta lidah Tamran. Semakin tahu bahwa rasa stresnya bisa berkurang dengan pelepasan, Marina semakin suka saat suaminya menunjukkan sisi bercinta yang unik bagi Marina. Sebelum ini, Marina pernah dikejutkan dengan jemari panjang Tamran yang menggantikan posisi lain dari diri pria itu. Marina terkejut, sempat menahan jemari Tamran agar tidak bermain-main di sana, tapi pria itu tetap teguh dan justru tiba-tiba saja Marina merasakan gejolak ingin mengeluarkan sesuatu. Dengan bodohnya dia bilang, "Aku... pipis." membuat Tamran terkekeh dan menunjukkan jarinya yang berlendir dari bawah sana.
Sekarang, bibir dan lidah pria itu yang mengejutkan Marina hingga spontan saja dia meremas rambut Tamran. Napasnya terasa tersendat. Terputus-putus dengan irama yang tak beraturan. Saat ada sensasi itu datang lagi, Marina mengeratkan kepala Tamran untuk lebih tenggelam dan mengeratkan kedua pahanya. Untuk kali entah keberapa, Marina lebih dulu mendapatkan pelepasannya.
Masih dengan napas memburu, Marina merasakan tubuhnya diangkat. Begitu kasur empuk yang menyapa punggungnya, Marina melihat posisi sang suami yang sudah buru-buru membuka pakaiannya. Begitu ditindih oleh Tamran, Marina menaikkan lehernya untuk mencium pria itu lebih dulu. Perlahan dirasakannya lesakkan milik Tamran yang semenjak menikah teramat Marina sukai.
Ya. Marina menyukai segalanya milik Tamran. Dia mungkin akan sangat sulit melepaskan pria itu, jangan sampai saling melepaskan. Marina tahu dia mulai lemah dengan keberadaan Tamran. Tapi mau bagaimana lagi? Marina percaya cinta yang mereka miliki.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top