5. Can't Compare to Nothing

5. Can't Compare to Nothing


Haura merasakan dirinya sendiri berada di ruangan yang tidak seharusnya. Jam berapa sekarang? Apa yang membuat Haura berada di klinik kantor? Berbagai pertanyaan di kepalanya berkelebatan, tapi yang membuat perempuan itu mengalihkan fokus adalah sapaan seseorang di sana.

"Sudah bangun, Rara?"

Sebagai respon dari kesadaran yang sudah kembali, Haura mengangguk dan berusaha untuk duduk.

"Pelan-pelan saja. Kamu kelelahan, ini infusnya pengaruh banget buat kamu."

Senyuman yang diberikan oleh dokter klinik kantor itu tidak membuat Haura sepenuhnya tenang. Dia sedang bekerja, tapi malah dirawat dengan infus dan vitamin yang disuntikan ke dirinya. Ingatan terakhirnya berada pada kemarahan Achilles dengan cepat, rasa panik langsung menaunginya.

"Mbak Vita, saya harus balik ke ruangan. Pak Bos marah-marah karena tadi—"

"Pak Achilles yang bawa kamu ke sini. Nggak perlu cemas, yang terpenting kamu istirahat dulu. Atasan kamu itu tadi panik, ngerasa bersalah juga karena marah-marah sama kamu sampai nggak lihat kondisi kamu yang lagi kelelahan."

Salah Haura sendiri yang tidak terlalu mementingkan kesehatannya sendiri. Beberapa hari ini dia memang sulit untuk istirahat. Apalagi dengan kegiatan yang dilakukannya bersama dengan Achilles. Sudah dua minggu terhitung dari pertama kali mereka melakukannya di Bali, lalu pria itu menambahkan daftar panjang kesalahan dengan melakukannya lagi semalam. Bagaimana Haura bisa istirahat dalam kurun waktu itu? Dia dihantui rasa bersalah dan kebingungan. Menjadi pihak ketiga dalam suatu hubungan jelas bukan yang dirinya inginkan.

"Makan yang bener, istirahat yang cukup. Meskipun pekerjaan kamu sangat banyak karena mengurus bos rewel seperti Achilles, tapi kamu juga perlu memastikan keseharianmu tidak terabaikan. Kamu juga perlu ambil cuti untuk dirimu sendiri. Banyak orang yang bisa dipercaya selain kamu. Cuti beberapa hari nggak akan menjadi masalah buat perusahaan."

Haura selama ini selalu mengutamakan apa yang Achilles butuhkan. Dia selalu menjadi sekretaris yang standby dan siaga dalam setiap keadaan. Tidak pernah memikirkan diri sendiri sepenuhnya. Apa pun yang berkaitan dengan Achilles semuanya diutamakan.

"Jangan bengong lagi. Kalo ada keluhan langsung bilang. Nggak perlu pikirin bos kamu terus menerus. Kalo fisik kamu nggak sehat, malah jadi masalah untuk bos dan perusahaan."

"Saya nggak mikirin bos terus menerus, Mbak Vita."

Dokter yang sudah dipercaya di klinik perusahaan itu menaikkan sebelah alisnya. "Oke, nggak usah bahas soal itu lagi. Kamu boleh balik ke ruanganmu setelah infusnya habis. Saya ada visit ke klinik saya. Kalo ada masalah, hubungi saya. Kamu adalah pegawai yang dibutuhkan di sini. Saya akan usahakan untuk membantu kamu untuk kembali fit. Kalo perlu saya—"

"Mbak Vita pasti kena omel Pak Bos, makanya cerewet banget sekarang." Haura menyela.

"Nah. Itu kamu tahu! Saya juga kena omel karena saat dia nunggu tadi kamu nggak langsung siuman. Saya sedia jadi dokter pribadi kamu kalo, deh. Sekarang nurut aja sama saran saya, oke, Rara?"

Apa yang bisa Haura lakukan selain mengangguk sebagai tanda persetujuan? Dia tidak ingin menyulitkan orang lain karena sikap Achilles yang tidak biasa hanya karena Haura tidak baik-baik saja. Dan kenapa pula pria itu tidak bisa bersikap biasa saja? Bagaimana jika ada penilaian lain yang diberikan seluruh orang di perusahaan ini? Bagaimana jika Haura berada dalam rumor yang menyebalkan lagi dengan Achilles karena digendong dan pria itu memarahi dokter yang bertugas? Bukankah percuma saja selama ini Haura mendekati para manajer lajang untuk mengalihkan semua rumor mengenai dirinya dan Achilles.

***

Achilles jelas merasa bersalah karena tindakan yang sudah dilakukannya. Mengeluarkan kata-kata yang begitu kasar terhadap Haura, padahal perempuan itu menghadapi masalahnya sendiri. Achilles benar-benar dalam masalah besar karena terlalu terbawa emosi sendiri dengan sikap Haura yang memang benar. Sudah seharusnya mereka berinteraksi sebagai atasan dan bawahan tanpa melewati garis batasan. Terlebih lagi karena Achilles sudah menjadi suami Tabi. Memang Achilles bodoh karena kesal sendiri dengan profesionalisme yang Haura pertahankan.

Achilles kesulitan untuk berkonsentrasi saat ini. Menghabiskan waktu makan malamnya bersama keluarga. Papanya, Agitra Basunjaya, menjadi pihak yang meminta pertemuan ini. Sepertinya ingin membahas mengenai apa yang tidak kunjung dimiliki oleh Achilles dan Tabi.

"Istrimu memiliki urusan yang lebih penting ketimbang datang ke acara makan malam ini?" ucap Agitra yang sibuk mengiris daging di piringnya.

"Bukan nggak datang, Tabi bilang datang agak terlambat saja, Pa."

Situasi ini dipenuhi ketegangan. Agitra jelas tidak suka dengan apa pun alasan keterlambatan. Putranya sendiri saja selalu diberikan sanksi atas keterlambatannya, bagaimana mungkin dia memberikan kebebasan itu untuk orang lain? Tabi memang bukan orang lain, tapi tidak sepenuhnya langsung menjadi keluarga yang Agitra sayangi. Dibalik persetujuannya dan perintahnya agar Achilles menikahi Tabi, jelas ada alasan kuat mengapa semua itu bisa dilakukan. Jadi, Tabi tidak bisa begitu saja keluar dari status 'anak orang lain' menjadi 'anaknya sendiri' meski ini sudah tahun keempat.

"Kamu membiarkan istrimu untuk berkeliaran bahkan hingga malam? Jika di waktu yang lain, Papa nggak akan membahasnya. Tapi kamu sudah memberitahunya bahwa hari ini adalah waktunya makan malam bersama Papa dan Mama, kan?"

"Sudah, Pa. Aku sudah memberitahu Tabi sejak satu minggu yang lalu. Tapi memang tadi Tabi ada keperluan sendiri, temannya yang seorang beauty vlogger sedang berulang tahun. Jadi acara mereka agak menghabiskan waktu lama."

"Ehem. Bisa kita membicarakan hal lain? Tunggu hingga Tabi datang dan kita selesaikan pembahasan yang seharusnya, Pa." Berlianada tidak ingin ada perdebatan antara anak dan ayah. Terlebih perdebatan yang terjadi karena cara membimbing keluarga.

Tak lama setelah keheningan yang terjadi, pintu ruang utama dibuka dan menampilkan wajah Tabi yang masih dilapisi dengan riasan tebal. Iya, tebal. Agitra mengernyit dengan apa yang dirinya dapati dari sang menantu.

"Hai, Ma, Pa! Maafin Tabi yang telat sampai ke sini, ya. Acaranya Asya Karaka memang makan waktu. Tabi tadi udah bilang harus buru-buru ke rumah mertua, tapi mereka masih minta Tabi di sana buat naikin brand skincare Tabi. Wuah, aku nggak nyangka acaranya bakalan—"

Achilles segera menyentuh tangan istrinya dan berkata, "Sayang. Aku akan dengarkan cerita kamu di rumah. Gimana?"

Dari gestur yang Achilles berikan, akhirnya perempuan itu mengerti. Tabi diam dan mengangguk, mulai menikmati hidangan yang disediakan oleh mertuanya.

"Hm! Ini enak. Chef mana yang bikin hidangan Papa dan Mama malam ini? Aku rasa aku juga harus—"

"Papa bisa kirim Chef-nya ke rumah kalian. Tapi sebelum itu, bisa kalian berikan kepastian kapan kalian akan memberikan Papa cucu?"

[Yesss. Semakin banyak jumlah chapter-nya, maka semakin banyak drama yang kalian temukan. Nggak perlu ragu buat baca full version-nya, ya. Dijamin kalian mendulang emosi bacanya :) Chapter 5 full version sudah tersedia di Karyakarsa. Mumpung masih lima bab berjalan, silakan ikuti full version-nya dari chapter 1 biar nggak ada informasi dan mature scene yang ketinggalan, hahaha. Happy reading semuanya!]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top