1. The Messed Up Night
Achilles Basunjaya memiliki banyak masalah dengan sang istri Roseanne Tabitha, tepat setelah drama yang mengatakan bahwa Tabi—panggilan istrinya, tidak bisa mengandung. Tabi menjadi sosok yang sulit untuk dimengerti. Juga menjadi sosok yang lebih arogan dari biasanya. Achilles percaya bahwa itu karena luka yang dirasakan istrinya. Luka yang tidak bisa dibagi dengan siapa pun. Luka itulah yang mengubah Bibi menjadi sangat sensitif dengan segala hal yang berkaitan dengan kehamilan, kelahiran, dan anak-anak.
Pembahasan itu tidak pernah ada habisnya. Empat tahun berjalan, Tabi membuat Achilles ikut terkena imbasnya. Pria itu jelas stres dengan segala yang dilakukan sang istri. Paling sering adalah Tabi yang selalu menuntut Achilles untuk meladeni keluhan mengenai sisi sensitif Tabi itu.
"Pak, ada telepon."
Haura Jasmine bersuara setelah mereka selesai mengecek kondisi resort yang dimiliki Achilles di Bali. Selain menjadi keturunan utama yang memegang bisnis manufaktur makanan terbesar di Indonesia, Achilles jelas mengembangkan bisnisnya sendiri yang tidak sibuk diperebutkan oleh keluarga besarnya. Ya, perusahaan manufaktur milik kakek Achilles jelas memiliki banyak rentetan hubungan keluarga dalam mengembangkan bisnis.
Jangan dikira keluarga akan bersikap kooperatif, tidak satu dua yang menaikkan berita di media gosip mengenai uang mereka yang dianggap dicuri dari perusahaan tersebut. Padahal memang sebagai anggota keluarga yang memegang saham, mereka sudah sepatutnya bersikap baik sebagai investor perusahaan. Sayang, ada saja yang berniat menjatuhkan Achilles sebagai anggota muda di keluarga yang memiliki peluang besar menggantikan sang ayah nanti.
Bukan hanya pusing dengan urusan bisnis keluarga, Achilles juga pusing dengan bisnisnya sendiri. Lebih pusing lagi dengan kondisi istrinya yang semakin tidak jelas arah komunikasinya.
"Dari istri saya?" tanya Achilles.
"Iya, Pak."
"Bilang saya mandi."
Haura terlihat terkejut dengan jawaban atasannya itu, dan Achilles bisa membacanya. "Kenapa?"
"Pak, kalau saya menjawab panggilan istri Anda dengan jawaban demikian, besar kemungkinan salah paham akan terjadi."
"Kalau begitu berikan jawaban apa saja. Saya pusing, ketuk pintu saya lagi setelah satu jam. Saya akan bersih-bersih dan istirahat sebentar."
Achilles tidak pernah benar-benar merasakan ketenangan dalam kurun waktu satu tahun belakangan. Kondisi Tabi, perusahaan keluarga, bisnisnya sendiri, semua itu mengacaukan isi kepala Achilles yang rasanya penuh sekali. Bukannya dia bersikap pengecut pada sang istri, bukan juga tak mau mengerti dengan kesedihannya, tapi Achilles hanya manusia biasa. Dia tahu ada kapasitas dalam dirinya sendiri. Memangnya yang kecewa hanya Tabi saja? Apa Achilles dianggap tidak ikut memiliki perasaan kehilangan dan terluka? Achilles juga harus mendapatkan waktu bersedih dan merenung sendiri. Achilles juga butuh teman cerita yang bisa membuatnya mengurangi beban di pundaknya.
Harapan memiliki anak sudah jelas di-blacklist setelah mengetahui kondisi Tabi yang tidak memungkinkan. Salah satu cita-citanya dikubur dalam satu waktu singkat. Ya, meskipun mereka bisa saja berusaha keras untuk mencari keajaiban itu, tapi yang utama mereka harus siap untuk merasakan kelelahan luar biasa karena seringnya menghadapi kenyataan yang tak sesuai harapan. Tabi bukan hanya satu-satunya pihak yang merasakan dunianya runtuh. Perempuan itu selalu mengeluhkan sesuatu yang tidak bisa diwujudkan pada Achilles. Semua hal yang harus Achilles dengar dengan lapang dada, sedangkan pria itu sendiri memiliki banyak himpitan. Tidak bisakah Tabi merasakan hal itu?
Tidak heran bagaimana sikap Achilles begitu sinis dan uring-uringan pada bawahannya. Khususnya Haura Jasmine. Sekretaris pribadinya itu adalah adik sepupu Tabi. Sebenarnya tidak benar-benar adik sepupu, Haura adalah anak adopsi dari kakak ayah Tabi. Anak adopsi yang dibawa karena kakak ayah Tabi tidak berniat menikah, tapi ingin mengurus seorang anak. Ada banyak pro dan kontra akan hal tersebut, tapi akhirnya Haura memang diurus dengan baik.
Haura menjadi sekretaris pribadi Achilles juga bukan karena koneksi keluarga. Achilles tidak pernah tahu istrinya memiliki adik sepupu jika saja mereka tidak bertemu di kantor. Hubungan Tabi dengan Haura juga tidak sebegitu dekatnya, Tabi mengatakan bahwa tantenya yang melajang dan mengadopsi anak sudah lama pergi ke luar negeri dan tidak pernah berhubungan dekat dengan keluarga yang lain. Achilles tidak begitu memahami apa yang terjadi, yang jelas dia cocok dengan kinerja Haura dan tidak akan memikirkan bagaimana hubungan istrinya dan Haura.
Kini, dia hanya akan sibuk dengan diri sendiri. Malam ini dia ingin tetap tenang, dan mungkin salah satu caranya adalah dengan meminta pihak hotel menyiapkan minuman untuk menetralisir isi kepala Achilles yang sedang suram ini.
***
Achilles menikmati waktu sendirinya dengan bathrobe yang masih membalut tubuhnya sehabis mandi. Minuman yang dia pesan sudah berada di meja dan dia sudah lima belas menit menikmati kesendirian dengan meneguk berulang kali cairan tersebut. Ketukan pintu agak mengacaukan kesepian dan beban pikiran yang menumpuk di kepala. Tidak menjawab, Achilles memilih menunggu siapa pun di balik pintu itu untuk masuk atau sekalian saja pergi. Achilles sedang tak ingin berbasa-basi.
"Pak Achilles?"
Ah, benar. Achilles tahu bahwa akan ada seseorang yang masuk ke kamar hotelnya. Tapi siapa yang bisa masuk? Haura? Achilles bahkan tidak memberikan kartu akses sembarangan meski itu pada sekretarisnya sendiri.
"Terima kasih bantuannya, Mas. Bos saya baik-baik saja ternyata, maaf karena sudah mengganggu pekerjaan Mas-nya."
Samar-samar Achilles bisa mendengar kalimat tersebut, oh minta bantuan pihak hotel hm?
"Pak, istri Anda khawatir dengan kondisi Anda sekarang—"
"Dia nggak khawatir, dia hanya butuh saya untuk mendengarkan ceritanya. Saya nggak sedang ingin mendengarkan, saya capek mendengarkan terus menerus. Saya juga butuh didengarkan, bukan hanya dia!"
Achilles tidak peduli jika balasan itu membuat Haura terdiam. Meski tidak tahu apa yang disampaikan sang istri pada sekretarisnya itu, tapi yang jelas dia tahu bahwa Tabi hanya butuh sang suami untuk mendengarkan apa yang dirasakan. Untuk saat ini Achilles tidak bisa. Dia ingin menggunakan waktu sendirinya ini untuk tenang. Besok, atau saat pulang ke rumah, Achilles menyiapkan diri untuk mendengarkan istrinya.
"Saya minta maaf, Pak. Saya akan mengatakan kepada istri Anda jika saat ini Bapak sedang istirahat. Saya per—"
Achilles menarik tangan Haura yang terlihat memasang wajah terkejut. "Pak Achilles?"
"Kamu mau mendengarkan saya?"
Ada hening yang menyusup di suasana kamar tersebut lagi. Achilles mendongak dan mendapati Haura yang menyipitkan mata serta berkerut dahi.
"Saya kasih bonus akhir bulan kalau kamu mau mendengarkan saya. Dengarkan saya dan jangan lakukan apa-apa. Saya hanya butuh telinga kamu saja, Haura. Saya butuh didengarkan."
Lalu akhirnya Haura duduk di sofa kamar hotel itu dan diam mendengarkan Achilles meracau ke sana dan kemari.
[Full version ada di Karyakarsa kataromchick. Jumlah kata jauh lebih banyak karena memang menjelaskan keadaan mereka sesuai sub judul bab 1 ini. Versi Wattpad memang berbeda, ya. Jadi kalo ada detail yang kalian agak gak paham, itu karena ada di full version-nya.]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top