The Souvenir

Amy menatapi Eric yang mengikutinya masuk ke toko pakaian. Pria itu tanpa malu dan ragu ikut memilih pakaian yang akan dipakainya. Beberapa kali bahkan Pria itu memberikan pilihannya. Ini satu pengalaman baru untuk Amy, karena selama ini Dex tidak pernah seperti itu.

Amy memilih satu buah kaos berwana tosca berlengan pendek dan celana tiga perempat warna hitam. Kemudian dia menerima pilihan Eric untuk alas kakinya. Sebuah sepatu tali berwarna hitam. Dia segera menuju kamar pas untuk berganti, setelah sebelumnya membayarnya dulu di meja kasir.

Untuk urusan bayar membayar ini tadi terjadi satu keributan kecil. Eric akan membayarkan semua belanjaan Amy. Sementara Amy tidak mau. Dia dengan sedikit bernada sombong berucap.

" Aku bisa membayarnya. Terima kasih."

Eric terdiam, kemudian dia hanya tersenyum. Amy sedikit tidak enak hati setelahnya. Dia merasa menyesal dengan apa yang diucapkannya.

Eric menatap Amy yang keluar dari kamar pas dengan pakaian yang tadi dibelinya. Dia kini bahkan sudah menguncir rambutnya. Sangat santai.

" Kita sekarang serasi." Ucap Eric dengan tawa. Amy sedikit mengulas senyum.

Kemudian mereka menuju Toko souvenir yang tadi jadi tempat tujuan mereka. Toko itu lumayan ramai. Banyak sekali orang yang memilih souvenir yang tersedia di sana. Cukup membuat pusing karena lumayan banyak macamnya.

" Souvenit seperti apa yang kau cari?" Tanya Eric sambil memandangi Amy yang tampak kebingungan.

" Entahlah aku juga bingung. Ternyata cukup banyak juga macamnya. Aku jadi pusing." Jawabnya pelan. Dia masih menatap bermacam souvenir yang tersusun rapi di rak rak besi itu.

" Pilihlah dengan tenang. Aku akan membantu memberikan pilihan."

Eric  menyentuh pundak Amy lembut. Mata hazelnya menatapnya penuh perhatian. Ada getaran aneh yang Amy rasakan. Wajahnya menghangat.

" Hei Eric, mencari souvenir untuk apa?"

Sebuah suara nyaring terdengar dari seorang wanita berkulit hitam. Cukup manis. Wanita itu tersenyum genit menatap Eric. Pria itu membalas dengan tersenyum ramah.

" Hai Daniella. Aku mencari souvenir untuk acara pernikahan Amanda dan Ben." Eric menjawab ringan.

" Kau tidak sibuk sehingga mau direpotkan mencari souvenir untuk pernikahan mereka?"

Wanita itu kini tertawa pelan. Dia tampak akrab dengan Eric. Gerak tubuhnya seolah sedang mencari perhatian Pria itu. Eric tertawa saja melihatnya. Kemudian dia menjawab ringan.

" Tidak. Aku sengaja mengambil cuti."

" Aku akan membantumu." Ucapnya riang.

" Tidak perlu." Cegah Eric tapi wanita itu tidak menghiraukannya.

Wanita itu berjalan disebelah Eric, diantara Amy dan Pria itu. Eric melihat Amy sedikit tidak suka dengan kehadiran Daniella.

" Bagaimana kalau patung kecil ini, atau tempat tissue atau.."

Wanita itu mengambil souvenir di rak dan memperlihatkannya kepada Eric. Eric menggeleng.

" Tidak terimakasih. Biar kami cari dulu. Permisi."

Eric yang menyadari rasa ketidak nyamanan Amy. Meninggalkan Daniella. Tangan  Pria itu menarik lembut lengan Amy dan membawanya menjauh dari Daniella.

" Kau mengenalnya?" Tanya Amy setelah mereka menjauh dari wanita pengganggu tadi.

" Dia teman kuliahku dulu, teman Ben juga." Jawab Eric lugas. Amy tersenyum.

" Aku rasa dia menyukaimu." Cetus Amy.

" Aku tidak tertarik." Jawab Eric cepat.

Amy menatap Eric. Pria itu tersenyum sambil mengangkat bahunya.

" Bagaimana menurutmu, bagus tidak?"

Amy mengambil sebuah Brooch berbentuk kucing dengan permata berwarna merah sebagai matanya.

" Ehm, Cool. Apa ada jika kita beli tiga ratus buah?"

Eric menatap Amy yang mengerjapkan matanya ragu. Mata bermanik amber itu berkilat begitu cantik, Eric memujinya dalam hati.

" I don't think so. Sepertinya tidak ada, tapi kita bisa cari di tempat lain." Jawabnya pelan. Eric tersenyum.

" Atau bisa juga mengambil model lain. Seperti kelinci, capung..."

Saran Eric. Senyum cantik Amy terkembang. Dia mengambil salah satu Brooch lainnya.

" Kupu kupu ini juga lucu." Ucapnya senang.

Eric sedikit terpana menatap wajah cantik itu memamerkan senyum cerianya. Tampak mata bermanik amber itu juga ikut tersenyum.

" Cantik sekali." Desisnya tanpa sadar.

Amy yang mendengar walau samar sedikit canggung. Rona merah menjalari wajahnya. Getaran itu dirasakannya lagi. Dia tersipu. Dan Eric begitu bahagia dapat melihat pesona yang terpancar dari wanita cantik dihadapannya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top