The reunion

Amy menarik atau bahkan bisa dibilang menyeret Amanda terus memasuki area Villa. Amy tak menghiraukan tatapan orang orang yang dilalui. Amy yakin saat ini wajahnya sudah merah padam.

" Am, wajahmu merah sekali." Ucap Amanda dengan terkikik. Amy tidak peduli, dia terus menarik Amanda.

" Am, itu karena malu atau marah?" Usilnya lagi. Amy menatapnya galak.

" Ups.." Amanda menutup mulutnya dengan sebelah tangannya.

" Hei..Am. Kau sudah datang, dimana kekasihmu?" Tanya seorang wanita yang berpapasan dengan mereka.

" Hai, Yola." Sapa Amy sambil terus menarik Amanda menjauh dari sana.

" Am.." Teriak gadis yang tadi disapa Yola.

" Later, okay." Ucap Amy dengan senyum.

" Am, keponakanku yang cantik. Kau sudah datang, sendirian?"

Kali ini seorang wanita setengah baya yang menyapanya. Amy berhenti dan mencium pipi wanita itu sekilas.

" Hello Bibi Ann." Ucapnya singkat dan langsung kembali menarik Amanda yang sedikit tergopoh gopoh karena tarikan Amy.

" Kita ke kamarmu saja." Ucap Amanda yang kini gantian menarik Amy.

Mereka memasuki sebuah kamar dengan ukuran lumayan besar. Begitu rapi dan wangi. Amy segera mendudukkan dirinya di atas tempat tidur.

Sementara Amanda menarik kursi dan duduk dihadapannya. Amy menatap Amanda dengan wajah kesal.

" Amanda, kau serius mengirim orang itu untuk menjemputku?" Tanyanya dengan nada marah. Keningnya berkerut.

" Eric, namanya Eric. Memangnya ada apa?"  Amanda malah balik bertanya. Amy memutar matanya kesal.

" Dia..dia menyebalkan."

Amy kini berdiri dan berjalan mondar mandir. Amanda tak lepas menatapnya.

Dia hapal betul bagaimana sikap Amy ketika sedang marah atau kesal. Dia menarik tangan Amy untuk kembali duduk.

" Tidak ada lagi yang bisa kumintai tolong. Semua orang sudah memiliki pasangan. Hanya Eric yang datang sendiri."

Suara Amanda terdengar lembut. Dia menatap Amy yang terlihat mencebik. Dia kesal dengan alasan Amanda yang terdengar mengada ada. Amanda tersenyum menatap sahabatnya itu.

" Amanda, kau bisa menyuruh paman Tim atau juga Mickey keponakanku." Ucap Amy dengan suara sedikit rendah.

" Mereka tadi tidak ada disekitarku, Am." Jawab Amanda sambil berdiri dan berjalan menuju jendela kamar.

Diluar dia melihat Eric sedang berbincang dengan Ben. Dia melambai pada Ben yang sedang menatapnya.

" Memangnya kenapa dengan Eric. Aku rasa dia baik."

Amanda menatap Amy yang terlihat masih kesal. Wajahnya ditekuk dengan bibir mengerut. Amy membuang napasnya dengan kasar.

" Tapi dia penyuka musik keras, berisik sekali. Dia juga mengemudikan mobilnya dengan cepat dan dia juga tadi..."

" Menciummu. Aku pikir kau yang menciumnya karena berterima kasih sudah dijemput, Am."

Amanda menatap Amy dengan senyum menggoda. Amy memijat kepalanya pelan. Dia jadi merasa sedikit pusing.

" Amanda, Aku tidak segila itu."

Amy membela diri. Amanda terkekeh. Dia memegang pipi sahabatnya itu.

" Tapi tadi pipimu merona."

" Maksudmu?"

Amy terpekik, matanya membulat. Wajahnya kini terlihat cemas.

" Pipimu merona, ketika tadi Eric menciummu." Ucap Amanda sambil tertawa pelan. Amy menggelengkan kepalanya.

" Hei kalian...dilanjut nanti ceritanya. Amanda ajak dulu Am untuk makan. Kami menunggu kalian."

Suara Ibu Amanda yang berdiri diambang pintu membuat mereka terdiam. Amy tersenyum menatap Ibu Amanda.

" Okay Mam." Amanda menjawab ibunya singkat.

Dengan langkah malas dan wajah tertunduk, Amy mengikuti Ibu dan Amanda menuju ruang makan.

Ruang makan besar itu dipenuhi keluarga besar Amanda dan Ben. Sahabat keduanya pun turut hadir membawa pasangannya masing masing.

Ini seperti acara reuni keluarga dan sahabat. Mereka saling menyapa dengan ramah. Amy mengedarkan pandangannya dengan bibir terulas senyum.

Dia menyapa semua keluarga yang hadir. Lalu matanya tertumbu pada sosok tinggi dengan kaos lengan panjang dan topi menutupi kepalanya.

Sosok yang tadi membuatnya kesal. Pria itu berdiri disana dengan gelas ditangannya. Matanya bertemu tatap dengan Amy.

Pria itu tersenyum dan mengangkat gelasnya. Amy sedikit terpana. Dia bergeming. Hanya menatap tanpa membalas senyumnya.

" Hei, my beautiful Amy..."

Sebuah suara mengagetkan Amy. Dia menoleh dan menatap siapa yang menyapanya.

" Ya Tuhan, Jason." Amy sedikit berteriak, senang mendapati sahabat kecilnya yang lain hadir juga. Jason merangkul Amy dan dibalas hangat oleh gadis itu.

" Kau datang sendiri?" Tanya Jason sambil matanya mencari cari seseorang yang mungkin hadir bersama Amy.

" Aku datang sendiri." Ucap Amy dengan senyum miris. Jason mengusap lembut kepala Amy.

" Ouh disini rupanya. Tunanganku menemui kekasih tak sampainya."

Suara lembut seorang wanita kembali mengagetkan Amy. Dia tertawa melihat siapa yang datang.

" Camilla, wanita yang merebut kekasih masa kecilku."

Mereka lalu tergelak. Amy memeluk Camilla dengan erat. Dia senang bisa bertemu orang orang yang begitu menyayanginya. Walaupun tak lagi dia temui Ibu dan Ayahnya disini.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top