The Return

Perjalanan Amy kali ini lebih menyenangkan. Bagaimana tidak, seorang pria dengan penuh perhatian selalu menjaganya. Memberikan bahunya untuk bersandar, menyerahkan lengannya untuk bergelayut manja dan membuka tangannya untuk di genggam.
Eric betul betul menjaga gadis itu dengan segenap jiwanya.

" Aku senang kau bisa menemaniku." Ucap Amy dengan senyum manis tersungging di bibirnya. Eric menatapnya lembut.

" Aku yang senang bisa menemanimu, dear."

Mereka sampai di Bandara ketika matahari hampir tenggelam. Sinar kemerahan lembayung senja menemani kebersamaan mereka yang begitu manis.

Claire tidak jadi menjemputnya karena Ibu mertuanya tiba tiba datang berkunjung. Amy belum mengatakan pada sahabatnya itu bahwa dia ditemani Eric. Amy tersenyum membayangkan Claire yang akan terkaget kaget jika dia melihatnya bersama Eric. Bahkan di jari manisnya telah tersemat cincin berlian cantik pemberian pria itu.
Eric menatapi kekasihnya yang tersenyum senyum sendiri. Amy menatap pria itu dan melebarkan senyumnya.

" Aku sedang membayangkan Claire kaget dengan kebersamaan kita. Dia pasti akan senang melihatnya." Ucap Amy tanpa di tanya. Eric mengusap lembut rambut gadis cantiknya yang bergelayut manja di lengannya.

Mereka memasuki apartement Amy yang mewah. Apartementnya begitu luas dengan dua kamar tidur. Terlihat begitu rapi dengan penataan yang begitu artistik. Nuansa warna pastel yang teduh mewarnai hampir keseluruhan interiornya.

Amy menatap puas seluruh bagian apartementnya. Sudah tidak terpajang lagi bingkai foto atau barang apa pun yang ada hubungannya dengan Dex. Dia harus berterima kasih pada Claire yang sudah membersihkan semuanya itu.

" Rapi sekali." Gumam Eric yang menebarkan tatapannya ke segala penjuru.

" Ya, aku membersihkannya sebelum pergi." Jawab Amy. Dia membawa langkahnya ke dapur. Eric mengikutinya dengan senyum dikulum.

" Maksudku bersih dari segala sesuatu yang berhubungan dengan mantan kekasihmu itu." Ucap Eric yang membuat Amy terpana menatapnya. Gadis itu sedikit menegang. Tangannya yang sedang membuat kopi terhenti.

" Oh..itu..eh, aku meminta Claire membersihkannya. Semua. Aku..aku tidak ingin..." Amy tergagap. Dia menyerahkan secangkir kopi ke hadapan Eric yang menerimanya dengan senyum.

" Ya..ya aku mengerti."  Ucap Eric kemudian.

Eric menghampiri gadisnya itu lalu merengkuhnya ke dalam pelukannya. Amy menyandarkan dirinya disana. Dia merasa begitu nyaman.

Lalu suara bel pintu apartemennya membuatnya menjauhkan diri.

" Itu mungkin Claire. Padahal tadi dia bilang tak bisa datang. Tapi itulah dia, terkadang senang sekali mengerjaiku."

Amy membawa langkahnya menuju ruang depan, meninggalkan Eric yang kini duduk di kursi meja makan sambil menyesap kopi yang tadi dibuatkan gadisnya.

Amy membuka pintu perlahan dan tubuhnya menegang dengan debaran jantung yang tak menentu begitu dia menatap siapa yang datang.

" Dex..." Gumamnya.

" Hai sweetheart. How are you?"

Suara Dex terdengar lembut dan ini tidak seperti biasanya. Amy menatapnya ragu, senyum samar diulasnya.

" Listen to me girl, I'm sorry...for everything." Ucap Dex ringan, tangannya mengusap pipi Amy yang kini terpaku. Tapi gadis itu segera tersadar, dia menepis halus tangan Dex.

" Aku sudah memaafkannya." Ucapnya kemudian. Dex menunjukan smirknya.

Tanpa menunggu dipersilahkan Dex mendudukkan dirinya di sofa. Dia menatap Amy yang kini menatapnya canggung.

" Tolong buatkan aku kopi, kita harus bicarakan." Pernyataan Dex yang bernada perintah membuat Amy kesal. Dia memutar bola matanya.

" Aku rasa sudah cukup Dex. I said, it's over. Do you get it?"  Ucap Amy dengan nada tinggi.

Dex menatap Amy dengan senyumnya yang membuat Amy bertambah kesal. Hatinya masih terasa sakit bila mengingat apa yang diperbuat pria dihadapannya ini.

" Aku tidak ingin mengakhirinya, Amy. Come on girl. I know you love me." Ucap pria itu. Nada arogan begitu terlihat jelas dalam ucapannya. Amy berdecak.

" Ya...I love you, Dex." Amy menatap Dex yang tersenyum. Wajahnya terlihat merasa menang.

"  Tapi itu dulu, sebelum aku tahu semua perbuatanmu." Lanjut Amy yang membuat Dex mengetatkan rahangnya.

" Apa maksudmu?"

Tatapan tajam pria itu membuat Amy sedikit mengkeret. Tapi kemudian senyumnya terkembang ketika sosok tinggi yang dengan senyum lembut terulas di bibirnya datang menghampirinya. Pria itu dengan gerakan ringan merangkul tubuh kecil Amy.

" Honey, aku terlalu lama menunggumu." Ucapnya lembut, kecupan ringan mendarat di kening gadis itu.

" Sorry, man. Aku rasa kau terlalu lama mengambil waktuku. Aku membutuhkan tunanganku." Ucapan tenang Eric membuat wajah Dex memerah marah. Dia menatap Eric dengan tatapan tak suka.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top