Lost ; 1.1

Lost

1.1

[•]

Akina sadar ada dunianya yang hilang ketika resmi memasuki rumah megah dengan aksen kayu yang mendominasi itu. Dia sekejap kehilangan arah karena yang dia pijaki saat ini adalah rumahnya—rumah di mana dia dan sang suami tinggali.

Ya, suami. Akina resmi menyandang sebagai Nyonya Ardayakta mulai hari ini. Dia bukan lagi seorang kakak, ibu, sekaligus ayah bagi adik-adiknya. Kini dia harus mengabdi sebagai istri untuk Darma.

Bicara mengenai Darma, pria berusia 42 tahun itu berperawakan sangat dewasa. Bagi Akina, tidak ada celah yang harus disesali dengan menyetujui pernikahan tersebut. Akina menyukai segalanya yang pria itu beri, meski sikap Darma belum begitu hangat padanya.

"Kamu kalau mau tidur, sana istirahat duluan saja di kamar." Darma bersuara.

Sejak masuk rumah, yang Akina lakukan adalah melihat setiap sisinya. Walaupun diperhatikan oleh Darma sesekali, Akina pura-pura tidak melihatnya dan memilih fokus pada setiap sudut rumah itu saja.

"Mas Darma?" tanya Akina.

"Saya mau ke perpustakaan dulu, nanti juga masih ada pekerjaan yang harus saya selesaikan. Kamu istirahat saja."

"Tapi mas Darma pasti lelah. Lebih baik kita istirahat bersama."

Darma mengangkat kedua tangannya, bersedekap sembari memerhatikan wajah Akina.

"Kamu tidak pernah diperintah, ya?" ucap Darma.

Akina mengernyit, pertanyaan Darma tidak masuk pada nalarnya.

"Kalau kamu pikir, memperlakukan saya sama dengan memperlakukan adik-adik kamu, itu salah. Saya suami kamu, Akina. Berhenti berperan seperti kepala keluarga. Keputusan dan berjalan atau tidaknya sistem di rumah ini hanya saya yang menentukan. Saya kepala keluarganya di sini."

Akina menyadari kesalahannya. "Maaf, Mas. Saya terlalu terbiasa mengatur selama di rumah."

Darma mengangguk-angguk. "Ya... saya paham."

Lalu keheningan menyapa.

"Tunggu apa lagi?" Darma bersuara.

"Heuh?"

"Kamu bisa istirahat lebih dulu, Akina. Apa kamu tuli?!"

Akina menurut. Tidak mau membuat kesalahan di depan suaminya.

Sepeninggal Akina, Darma memijat pelipisnya perlahan. Pernikahan hari ini adalah bentuk penyamaran, dan tujuan tersembunyi yang sedang dia lakukan.

Menyelamatkan keluarga Harkat dari kebangkrutan dan memasok keluarga almarhum Harkat agar tetap hidup tercukupi dengan Akina sebagai imbalannya. Akina akan menjadi perempuan yang melahirkan keturunan untuknya, dan setelah itu, kesepakatan berakhir. Pernikahan tersebut akan berakhir setelah Akina memberikannya anak.

Bagi Darma tidak masalah jika harus membiayai keluarga Akina, asal perempuan itu melahirkan anaknya secepatnya dalam keadaan sehat dan normal. Setelah semuanya selesai, Darma resmi menjadi seorang ayah dan mendapatkan bagian tertingginya tanpa takut digeser lagi oleh saudara-saudara liciknya.

Namun, dibalik semua alasan tersebut... nama istri pertamanya adalah sumber terbesar mengapa Darma tidak merasa tenang. Ini hari pertama pernikahannya dengan Akina, tapi Darma belum yakin untuk menyentuhnya. Sebab, bayangan istrinya yang sedang sakit jantung dan membutuhkan perawatan intensif adalah bayangan paling memilukan hati Darma.

"Sabar, Darma. Tenang... ini hanya sementara. Akina hanya perantara agar tujuanmu berjalan lancar. Tenang... Darma... tenang."

Pria itu mengucapkan kata-kata penenang untuk dirinya sendiri. Bahkan disaat seperti ini, Darma masih bimbang. Entah kapan dia akan merealisasikan rencana untuk mendapatkan anak dari Akina, karena jika Darma menunda sehari saja menyentuh Akina, tentu saja dia menunda beribu sel yang bisa menjadi calon anaknya untuk segera ada.

"Sial!" maki Darma.

Buru-buru dia mengambil wadah obat penenangnya berada. Dia ingin beristirahat saja di ruang kerjanya. Menghindari Akina adalah jawaban tepat saat ini.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top