Bagian 1.1 ; Si 'Manja'

Si 'Manja'

1.1

[•]

"Kamu butuhnya apa?" tanya Erga membawa tas keranjang untuk diisikan segala macam kebutuhan alat kuliah baru untuk istrinya.

Iya. Istri. Erga sudah resmi menikahi Oceana Eurahalin Gagahasana. Perempuan yang lebih pantas disebut 'cewek' karena menurut Erga Ocha lebih pantas menjadi cewek lajang yang menikmati usia mudanya. Iya. Muda. Bagi Erga bahkan usia Ocha tidak masuk akal untuk menikah. 18 tahun. Meski di negara ini sudah termasuk legal, tapi sangat tidak masuk akal bagi Erga.

"Aku nggak tau, Kak."

Ocha dengan santainya mengendik bahu seolah bukan masalah besar tidak mengetahui apa maunya ia sekarang. Lain bagi Erga, karena itu adalah bentuk bencana jika Ocha tidak tahu menginginkan apa saat Erga ingin segera menyelesaikan sesi belanja bersama istrinya.

"Ocha, kita harus cepet selesai. Saya ada urusan lain, Cha. Dari pada muter-muter begini, mending kita pulang sekarang."

Ocha segera menahan tangan Erga. "Aaaa, jangan!" rengek Ocha. "Iya, deh. Aku pilih, nih."

Erga langsung tahu kalau tujuan Ocha mengatakan tidak tahu, tidak tahu melulu karena ingin memperlama sesi belanja saja. Erga memaklumi tingkah kasmaran Ocha itu. Walau bagaimana, Erga memberi perhatian untuk membuat ayah dari perempuan itu senang melihat putrinya senang.

"Ocha..." Erga mendesah lelah.

Ocha menoleh dan berkata, "Apa, Kak?" dengan mimik datar.

Perempuan itu memang langsung memilih, tapi memilihnya lamaaaa... sekali. Belum lagi, setiap barang yang diambil adalah jenis barang yang harganya paling mahal.

"Apa, sih yang kamu pikirin sampe milih ini semua?!"

Ocha memberengut. "Aku, 'kan nggak tau, Kak. Makanya... bantuin... pilihin."

Erga melihat gelagat Ocha yang memilin kedua ibu jarinya, lalu memandang malu-malu pada Erga.

"Oke. Saya pilih, tapi setelah itu pulang. Selesai. Bisa?"

Ocha mengangguk semangat. Wajahnya yang sudah berbinar makin berbinar dengan mengamati Erga yang mau memilihkan setiap item untuk keperluan kuliah Ocha. Walau dalam batinnya, Erga mengumpat serta mencibir Ocha yang persis anak SD. Ini keperluan kuliah, sudah heboh seperti keperluan anak kecil sekolah.

"Kamu suka warna apa?" tanya Erga tanpa menoleh ke belakang, di mana Ocha berada.

"Hijau." Jawab Ocha pasti.

Erga mengangguk paham. "Suka bentuk apa?" tanya Erga lagi.

"Uhm... koala."

"Bentuk, Ocha. Bukan hewan," balas Erga.

Ocha terkekeh, lalu menjawab. "Ooohh... hehe. Aku suka bentuk daun, Kak."

Erga lagi-lagi menggeleng lelah. Matanya memutar, menunjukkan bahwa dia bosan menanyai Ocha.

"Itu tanaman, dasar..." bocah! Erga mencibir dalam hati.

"Uhm, iya, sih... tapi emang itu berbentuk, 'kan? Koala dan daun ada bentuknya, kok."

Erga membuang napas kasar. "Iya, tahu." Matanya menangkap tanaman hijau, dan seperti daun, tangan Erga dengan sigap mengambilnya.

Ocha yang melihat hal itu sontak merasa bungah(*excited) karena suaminya ternyata seperhatian itu.

"Udah. Ayo, bayar."

Erga menggiring Ocha menuju kasir. Pria itu menyentuh pinggang Ocha agar perempuan itu tidak tertabrak orang yang berlalu lalang.

Malu-malu, Ocha menekan tangan Erga yang berada di pinggangnya. Merasakan hangat yang menjalari seluruh tubuhnya hanya dari tangan Erga, Ocha merasa sangat bahagia.

Satu tekad Ocha bertambah. Yang awalnya hanya menyukai, kini Ocha sudah yakin jika ia semakin dalam mencintai suaminya. Erga Pratama. Pria dewasa yang mampu mengayomi Ocha, serta mau menerima Ocha yang masih begitu polos dan kekanakan.

"Kak..."

"Hm?"

"Terima kasih."

Dengan santainya Erga menjawab, "Kembali kasih, Ocha."

Lalu Ocha semakin memuncak kebahagiaannya karena Erga mengelus rambutnya dan mengecup pucuk kepalanya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top