CHAPTER 1 : Hujan

• themed song
Taylor Swift - The Way I Loved You


✨️

Hujan turun rintik-rintik di malam gelap yang sendu tersebut. Di antara redupnya lampu jalan dan pertokoan, dua sosok itu berdiri di sana. Mereka saling berhadapan, yang perempuan menunduk dengan eskpresi wajah macam kesakitan sedangkan yang lelaki hanya menatap dengan pupil mengecil. Tak ada yang memakai payung, keduanya sama-sama biarkan rintik air basahi tubuh meski harus mengigil kedinginan dan hampir mati rasa.

“Ann— “

“Reo, kamu malu ya punya aku?” ucap si perempuan. Napasnya memburu dan tersengal.

Kemudian si lelaki menggeleng sekilas sembari lidahnya sibuk membasahi bibirnya yang kering. Tidak, sama sekali tidak. Reo tidak mungkin malu memiliki gadis ini. Ia gugup setengah mati, memikirkan bagaimana cara dapatkan lagi sang gadis pujaan.

“Enggak,” ujar Reo, ia ambil satu langkah maju namun si gadis justru ambil satu langkah mundur. Si lelaki bersurai ungu makin frustrasi dibuatnya. “Anna, please … dengerin aku. Ya…?”

Gadis di depannya lalu menggeleng. Tangannya mulai bergerak perlahan, memeluk tubuhnya yang terasa dingin disengat udara malam. Hatinya sakit sehingga dadanya terasa begitu sesak seolah jantungnya tak dapat memompa darah dan oksigen yang masuk. Baru kali pertama ia merasa sesakit ini.

“Anna….” Suara Reo terdengar begitu lembut, penuh bias kasih sayang. Kemudian ia maju lagi, tapi Anna kembali mundur. Gadis bersurai biru gelap itu kini mulai terisak. Isakannya yang ditelan kebisingan hujan itu membuat hati Reo mencelos sakit. Bagi si pria bernetra ungu, tak ada melodi yang lebih menyakitkan dibandingkan dengan suara isak tangis gadisnya.

“Kenapa kamu gak pernah ada waktu buat aku sih, Reo?” Anna sekali lagi terisak, air matanya jatuh ke atas paving blok dan menyatu dengan air hujan. Di tangan kanannya ia menggenggam sesuatu, sebuah benda kecil berbulu berbentuk anak anjing.

“Anna, kita udah pernah bicarain ini,” ujar Reo, sembari mengembuskan napas lelah. Lantas ia sisir rambut depannya ke belakang dengan gelagat lelah. “Aku sibuk. Kamu harus ngerti.”

Gadis di depan lantas tersenyum sarkas, tapi netranya yang berair itu masih enggan menatap. “Terus kenapa tadi kamu jalan bareng Isabelle? Bukannya pagi tadi kamu bilang mau ketemu temen-temen kamu, ya?”

Bahu Reo seketika merosot mendengar penuturan gadis itu. Ia tidak mengira kalau Anna ada di sekitar Shibuya ketika ia menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Di musim panas ini, Reo mendapat libur dari program Blue Lock. Berterima kasihlah pada kegigihan teman-temannya melawan Timnas Jepang U-20 sebab Reo tak akan bisa kalahkan mereka seorang diri.

Dan tadi, sepulang dari tempat karaoke, pria itu tak sengaja bertemu Isabelle—teman sekelasnya yang hits dan populer—di depan toko boneka. Isabelle, yang memang sudah menjadi rahasia umum memiliki perasaan pada Reo pun memaksanya untuk temani ke dalam toko.

Anna salah paham. “Kamu gak pernah ada waktu buat aku, Reo. Waktu kamu cuma buat orang lain.”

Tangan Reo mengusap wajahnya kasar. Ia sudah tidak bisa mengelak sebab Anna melihat semua. Mau menjelaskan seperti apa pun percuma sebab tunangan rahasianya itu sedang emosi sekarang. Anna tak akan mau mempercayai apa pun kecuali apa yang dilihatnya secara langsung. Jadi, satu-satunya yang Reo bisa ucapkan hanyalah…

“Maaf.”

“…”

“Maaf. Aku minta maaf. Kamu benar, aku memang sempat ketemu dengan Isabelle,” lanjut Reo lagi, “tapi kamu harus tahu kalau pertemuan itu gak disengaja. Dia tadi yang maksa aku buat nemenin dia ke toko boneka.”

Anna seketika membeku. Jika dipikirkan lagi, ini memang bukan salah Isabelle pun bukan salah Reo. Sejak awal tak seorang pun tahu hubungan spesial di antara Anna dan Reo. Hal inilah yang membuat orang sekitar bisa secara bebas berinteraksi dengan keduanya. Dan di sisi lain, Anna juga Reo pun dituntut untuk beradaptasi, bertingkah … seolah yah, memang tidak ada hubungan spesial di antara keduanya.

Cemburu? Tahan.

Sakit? Simpan.

Belum lagi Reo yang selalu sibuk dan menghabiskan sebagian besar waktunya di Blue Lock, membuat Anna makin bertanya. Anna itu siapa? Apa arti dirinya untuk Reo? Apakah mereka di sini benar-benar saling mencintai dan bukan hanya satu pihak saja?

GREP. Anna masih membeku tatkala Reo berhasil mendekat dan melingkarkan lengannya di sekitar tubuh mungil gadis itu. Mau tak mau kepala Anna pun tenggelam di dada Reo. Perlahan, tangan Reo bergerak, belai rambut gadisnya dengan sayang. Cahaya lampu jalan yang redup memantul ke atas permukaan cincin pertunangan yang melingkar di jari manis si pria.

“Sayang, kamu mau maafin aku, kan?” Suaranya lembut dan nyaris membuat Anna tertidur.

Hening sesaat di antara keduanya. Hanya suara rintik hujan yang memenuhi semesta.

“Oke.” Anna mengangguk lantas membalas pelukan Reo. Gadis itu sembunyikan wajahnya di dada sang tunangan. Menangis. Padahal dulu ia yang menyanggupi hubungan rahasia ini, tapi sekarang ia sendiri yang tersiksa karenanya.

Reo lantas tersenyum lega, ia ciumi puncak kepala sang gadis berkali-kali dengan sayang sebelum menambah erat pelukan. Pria itu pun sembunyikan wajahnya di pundak Anna lantas berbisik, “I love you.”

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top