Chapter 31

Playlist
Ateez - Wave
.
.
.
Hi, lama tak jumpa
Sebenernya sudah beberapa hari ini aku berusaha untuk mengupdatenya.
.
.
Tapi, hari ini adalah saatnya
😂😂😂
.
.
Semoga kalian masih berminat dengan cerita ini
😆😆😆
.
.
.
Happy reading
📖📖📖📖
.
.
.
.

Hari semakin berlalu, saat semuanya begitu sibuk untuk mempersiapkan diri pergi ke bumi. Mereka pun terus mengawasi kawanan Czar yang tak kalah sibuknya. Kali ini Genio dan Linux terlihat mempersiapkan beberapa kendaraan sejenis Titanium J10, di samping mereka membuat sebuah pasukan yang mengungguli Cybrog bahkan itu Aido. Demian pun terlihat membawa beberapa pesawat blank space yang menjadi simbul dari negeri Magnum, tempat dimana ia berasal.

Ke enam kesatria juga tak kalah sibuknya. Mereka memikirkan segala strategi yang perlu disiapkan, disamping mereka harus berlatih dan ketiga putri, mereka harus menjalani pelatihan khusus dari Anora dan Zakline.

"Lagi, jika kau berhasil mengangkat ribuan kendaraan ini dalam bersamaan, nenek akan mengizinkanmu istirahat," kata Anora yang seketika membuat mulut Lexia mengeluarkan keluhannya.

"Oh my God! Come on grandma, bagaimana bisa kau melakukan ini kepadaku!"

Reika dan Sierra yang mengalami kelelahan yang sama, hanya mampu tertawa. Reika bahkan terbahak, ia sangat senang melihat Lexia berusaha cukup keras dari biasanya dan dapat dipastikan, ia tidak akan bisa bertemu dengan Axel malam ini.

"Jangan seperti itu, aku tahu kita tidak bisa bersantai, tapi ini sangat melelahkan. Nenek, benar-benar terlihat mengerikan di sini." Bahkan Sierra yang tak pernah mengeluh, kini merasa tak sanggup lagi. Bayangkan saja, ia harus menumbuhkan ratusan jenis tanaman di sini, menyulap daerah padang rumput menjadi lembah nan subur. Sierra sangat membutuhkan tenaga banyak untuk melakukan hal itu. Belum lagi, ia harus menyembuhkan beberapa prajurit yang terluka akibat penyerangan ke Mozarky kemarin.

Reika pun mendesah. "Lalu aku harus bagaimana? Selain kita harus menjadi kuat, tidak ada cara lain Sierra. Setelah Demian menceritakan bagaimana kita terperdaya kemarin, aku merasa sangat bersalah dan kita tidak boleh lagi terperdaya untuk kedua kalinya. Setidaknya, saat kita sampai ke bumi, kita lebih fokus untuk memberikan pengertian kepada penduduk bumi" ucap Reika yang kepalanya serasa mau meledak dengan banyak hal yang harus ia lakukan demi menyelamatkan bumi.

"Bagaimana caranya, sementara di bumi kita hanya manusia biasa. Kita, tidak memiliki pengaruh dimana pun, ayahku hanya seorang dokter ahli bedah dan ibu, hanya direktur rumah sakit," lirih Sierra yang merasa semuanya tak akan mudah untuk mereka lalui. Akan sangat sulit meyakinkan mereka semua dalam waktu yang singkat.

Sinb tersenyum. "Tentu kita akan menggunakan para ilmuan, mereka akan lebih mudah mempercayai kita. Kita tidak perlu tahu bagaimana cara mereka meyakinkan pemerintah, yang perlu kita lakukan adalah memberikan petunjuk kepada mereka tentang penyerangan ini. Aku sedikit banyak telah membahasnya dengan Demian dan Genio," ungkap Reika yang membuat Sierra nampak terkejut dan merasa senang seketika. Sepertinya semangat Reika telah kembali.

"Kalau begitu, aku tidak akan mengeluh lagi," ucapnya dan Reika hanya menanggapinya dengan tawa.

"Apa yang kalian lakukan! Cepat selesaikan sekarang!" pinta Anora yang membuat keduanya kelabakan.

---***---

Kerajaan Mozarky yang begitu megah, saat ini begitu sibuk untuk mempersiapkan segalanya. Enzio masih setia menjadi boneka Czar, Hellion, Greggor dan Morfeo pun kali ini menjadi bagian dari Enzio. Mereka nampak normal, namun otak mereka telah di cuci untuk mutlak tunduk kepada Czar. Sementara Tristan dan Nero setegah mati berusaha untuk pergi dengan diam-diam dari tempat ini.

"Aku harap keputusan ini yang terbaik." Nero berjalan dengan hati-hati dan terus menerus merapalkannya seperti sebuah mantra.

"Tidak ada sesuatu yang sepenuhnya benar. Kau hanya perlu untuk yakin dengan pilihanmu, pilihan kita," timpal Tristan yang juga berjalan dengan hati-hati bersamanya.

Mereka meliwati sela lorong yang sepi dan jarang sekali dilewati oleh prajurit bahkan para budak. Tempat dimana, hanya ada kegelapan dengan kondisi ruangan penuh debu. "Ckck, aku tidak pernah berpikir menjadi seorang bajingan pelarian seperti ini, " gumam Nero yang mungkin selalu

"Tunggu ... " seorang dayang tiba-tiba muncul, di ikuti beberapa dayang lainnya, sebuah cahaya memancar dari diri mereka. Para dayang pengikut ratu Mozarky memiliki sebuah kekuatan buatan yang berasal dari elemen cahaya dan api, Jessionlah yang menciptakan hal ini. Mereka nampak normal seperti layaknya penduduk Mozarky. Namun, separuh kekuatan berasal dari program dan mereka bisa juga disebut jenis dayang Cybrog.

Tristan dan Nero terlihat cukup waspada. Mereka adalah budak para ratu yang tentunya mutlak berada di bawah kekuasaan Czar. Namun, Tristan cukup heran, Czar atau pun ayahnya itu tidak akan mengirimkan seorang budak hanya untuk menundukkannya. Ini terlalu mudah, tapi ia tidak bisa meremehkan jika pada akhirnya ini hanya sebuah jebakan.

"Apa yang kalian inginkan?" Tristan bertanya, menunjukkan kewibawaan dan ketenangannya sebagai seorang kapten pemimpin pasukan.

Seketika para dayang ini bersujud dengan serempak, baik Nero dan Tristan dibuat terkejut dengan tindakan mengagetkan ini. "Ratu Tanzania, memohon kepada kapten Tristan untuk menemuinya secara damai," ucap mereka serempak, membuat baik Tristan serta Nero terkejut lengkap dengan ekspresi ketidak percayaannya.

"Kalian yakin dengan ini? Atau ini sengaja Czar yang melakukannya?" Tristan mencoba untuk menebaknya dan mereka menggeleng sebelum akhirnya pemimpin para dayang itu menyerahkan sebuah benda. Benda yang saat dibuka bisa

Tristan dengan ragu membukannya. "Tristan, aku selir Eliyana, ada sesuatu yang perlu kau tahu dan lakukan untuk menghentikan Czar,"

Perkataan terakhir Eliyana tentu membuat baik Tristan dan Nero penasaran. Bagaimana bisa Eliyana dan Tanzania tidak menyetujui rencana Czar? Apa karena sekarang anak mereka sudah menjadi boneka Czar? Jika dari awal memang mereka tidak menyetujuinya, seharusnya mereka melakukan tindakan pencegahan meskipun itu tak akan membuat rencana Czar berantakan oleh pemberontakan kecil para ratu dan selir ini.

"Baik, kami akan ikut kalian." Tristan memberikan keputusan yang tentu terlihat tak Nero setujui.

"Tapi Kapten ... " Nero hendak memprotesnya, tapi Tristan memandangnya dengan serius. Seketika Nero tak melanjutkan perkataannya, ia mengikuti Tristan yang kini berjalan terlebih dahulu.

Mereka menyusuri lorong dengan sangat waspada dan para dayang itu terlihat sekali berusaha untuk melindungi Tristan dan Nero. Sesampainya disebuah pintu, kepala dayang mengeluarkan cahaya pada proyeksi pendeteksi dan pintu pun terbuka.

Nampak ratu Tanzania, Gremory dan Elyana duduk dengan tegang. Saat melihat Tristan dan Nero datang, Elyana segera berdiri dan menyambutynya.

"Tristan ... " panggilnya berjalan sedikit sempoyongan, dibantu oleh dayang disampingnya.

Tristan dan Nero saling berpandangan bingung saat melihat kondisi ratu dan para selir yang tak terlalu bagus. Mereka terlihat sedih dan menderita, itu yang dapat Tristan dan Nero tangkap.

"Terimalah hormat kami," kata Tristan dan Nero serempak.

"Bangkitlah," pinta ratu Tanzania, membuat keduanya bangkit dan Elyana kini sudah berada dihadapan mereka.

"Aku ingin membicarakan sesuatu kepada kalian," sambut Elyana membuat Tristan dan Nero terlihat penasaran.

"Apa yang ingin Anda sampaikan?" tanya Tristan.

Nampak Elyana menghela napas panjang dan terlihat sekali ia berusaha untuk mengatakan sesuatu, "Tristan dan Nero, kalian sesungguhnya adalah keturunan Czar," ungkapnya yang tentu mengejutkan keduanya. Kemudian Tristan sedikit mengangkat sudut bibirnya, saat sebuah dugaan terlintas di dalam pikirannya.

"Aku pikir, akan ada baiknya jika Anda berterus terang tentang apa pun tujuan dari semua ini," ucapnya yang seolah menolak untuk mempercayainya. Tristan yakin, ini hanya sebuah trik untuk mengelabuhinya. Sudah cukup semua hal yang berurusan dengan para penguasa Mozarky, bahkan itu ayahnya sekalipun. Kali ini Tristan tak ingin dan tak mau lagi terjebak di antara kekacauan ini.

"Semua yang dikatakan oleh Elyana benar Tristan." Kali ini ratu Tanzania angkat bicara. "Semenjak awal, ia merencanakan semuanya. Keturunan dari klan ksatria hanya untuk mendapatkan anak seperti Enzio, hal ini juga diperkuat dengan pengikut klan ksatria Teley yang masih cukup kuat dan berpengaruh. Kau dan Nero, karena kekuatan kalian tak memiliki dampak sebesar Enzio, Czar mengabaikannya," ucap Tanzania yang tentu saja masih tak dapat Tristan dan Nero mengerti.

"Lalu, jika itu benar, kenapa Yang Mulia baru mengatakannya sekarang?" Untuk yang satu ini Tristan memang tak bisa memahaminya. Jika ini hanya sebuah rencana untuk mendapatkannya, bukankah ini terlalu gila dan mengada-ngada.

"Hanya aku yang tahu, baik Gremory dan Ellyana tidak tahu," sahut ratu Tanzania.

"Czar meminta diriku untuk menyembunyikannya dari siapa pun. Aku juga berpikir dengan seperti ini, tidak akan ada lagi yang mengambil posisi Hellion sebagai pewaris tahta di Mozarky. Namun, aku salah dan sangat bodoh. Jade, putriku satu-satunya harus ku korbankan untuk itu dan sekarang Jession. Kini, Hellion pun menjadi boneka Czar. Sebegitu tidak berharganya kah, anakku darah dagingnya sendiri." Tanzania menangis dan itu cukup mengejutkan Tristan dan Nero.

Gremory mendekatinya dan memeluknya, sementara Ellyana menghela napas dan menatapnya sedih. Kemudian ia menatap Tristan dan Nero kembali. "Kami hanya seorang ibu yang mengharapkan anak-anak kami hidup dengan bebas dan nyaman dan mereka adalah saudaramu, bisakah kalian membantu mereka untuk kembali pada kami? Aku dan semua yang ada di sini, tidak akan peduli dengan penguasaan galaxy atau ide gila Czar lainnya. Kami, hanya membutuhkan anak kami kembali, itu saja," ungkap Ellyana yang kali ini membuat Tristan menghela napas. Dahinya mengkirut, ia nampak berpikir cukup keras.

"Aku rasa, yang terpenting kalian harus berpindah ke tempat yang lebih aman." Asumsi Tristan yang berpikir jika Czar tahu, pasti para istrinya ini akan segera ia bunuh tanpa pertimbangan.

"Kalau begitu, kita akan bawa mereka ke Baracky untuk bergabung bersama yang lain," usul Nero.

Ketiga wanita itu nampak terkejut, wajahnya menunjukkan kebimbangan.

"Aku tidak tahu, apakah mereka akan dapat menerima kita. Namun, sudah sepantasnya kita kembali pada penguasa sesungguhnya. Hanya mereka yang sanggup untuk melawan Czar," kata Tristan yang mencoba untuk menenangkan semuanya.

"Baik, kami akan mengikutimu," putus ratu Tanzania.

"Ayo kita berangkat, kita tidak punya waktu banyak," seru Nero yang kini melangkah mendahuluinya. Disusul Tristan dan para perempuan.

---***---

Sinb terus mengeluh saat Demian terus memijat kakinya.

"Auu, itu sakit. Kau bisa membuat kakiku bertambah sakit," rancaunya yang membuat Demian menghela napas.

"Lalu aku harus bagaimana? Aku tidak tega melihatmu tidak bisa berjalan seperti itu, kau bahkan bukan prajurit perang yang sedang berlatih keras," omelnya tak mengerti. "Apa aku perlu memanggil Sierra untuk menyembuhkanmu?" tawarnya kemudian dan Sinb pun menggeleng.

"Jangan, ia juga kelelahan. Dasar nenek, bahkan pelatihan militer di bumi saja tidak sekeras ini. Wah, untung saja aku tidak pingsan seperti Jennie," keluh Sinb yang terlihat begitu kesal.

Demian tersenyum, kemudian mencium bibir Sinb tiba-tiba. "Kenapa kau menciumiku disaat yang tidak tepat seperti ini, hah?" protesnya kesal.

"Tidak ada, hanya saja aku merindukan ocehanmu. Jika kau terus mengomel, aku akan terus menciumimu," ucapnya dengan santai.

Sinb pun merasa kesal. "Demian!" teriaknya dan pria ini hanya tertawa sembari memeluknya.

Sementara Mina mencoba untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Ditemani Xeno yang terus memandanginya dengan khawatir.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Xeno untuk kesekian kalinya.

Mina hanya bisa menanggapinya dengan senyuman dan lagi-lagi Xeno terus menatapnya dengan ekspresi khawatirnya. Jennie yang masih terlihat paling lemas di sini. Ia telah memindahkan seluruh kendaraan tempur Baracky dengan kedua tangannya, belum lagi pasukan tempur Demian. Axel pun terlihat mondar-mandir mengambilkan beberapa hal yang Jennie pesan.

"Aku lapar, bisakah kau mengambilkan ku beberapa makanan," rengeknya manja yang tentu membuat Sinb dan Demian geli. Mina pun tersenyum mendengarnya dan Axel dengan sigap mengambilkannya.

"Nenek, haruskan mereka seperti ini?" Aiden terlihat khawatir melihat kondisi para putri. Ia bisa melihat betapa nenek maksa mereka.

Anora mengangguk dan berkata, "Kita tak punya pilihan. Mereka harus segera meraih level tertinggi. Jika tidak, tak ada peluang kita untuk menang," ucap Anora yang membuat Aiden dan Denta yang berada di sebelahnya menghela napas.

Sementara yang ksatria lainnya masih sangat sibuk mempersiapkan beberapa hal.

-Tbc-


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top