Chapter 14

🎶Playlist🎶

Siyeon Dreamchater - 'Faded' Alan Walker cover

Where are you now?
Where are you now?
Under the bright but faded lights
You've set my heart on fire
Where are you now?
Where are you now?
.
.
.
.

"REIKA! APA KAU DISINI!" Teriak seseorang membuat Sinb terhenyak. Ia sangat mengenali suara itu. Ini tidak mungkin sebuah mimpikan? Sinb masih nampak berusaha mencerna.

"Hei, gadis cerewet!" Sinb juga mengenali suara ini.

"Demian...Aaron..." Guman Sinb yang masih tak mempercayai mereka berada disini. Ia sangat berharap kedua pria itu dapat mendengarkankan panggilannya atau dapat merasakan kehadirannya.

"Sialan! Bagaimana ini kapten?" Tanya Nero.

"Tentu kita pergi dari sini." Kata Tristan yang kini menggendong Sinb kembali. Gadis itu berontak, menggerak-gerakkan tubuhnya.

"YAK! YAK! LEPAS AKU! DEMIAN! AARON! AKU DISINI!" Teriak Sinb.

"Tutup mulutnya!" Pinta Tristan pada Nero yang kini membawa sebuah benda lentur yang kini sudah berhasil membekap mulut Sinb.

"Kau tidak akan bisa kemana-mana!" Kata Nero sambil menyeringai.

Sinb hanya mampu menendang-nendang udara kosong sambil terus merancau tak jelas. Ia harus memikirkan sebuah cara, agar dirinya bisa kabur dari kedua orang sinting ini.

---***---

Demian, Denta dan Aaron saling berpandangan. Mereka cukup mendengar dengan jelas suara itu--suara yang cukup ia kenal dan gadis itulah yang mereka cari. Segera mereka berkumpul kembali.

"Putri Reika!" Kata Aaron dan Demian bersamaan.

"Berpencar! Kita tidak akan bisa menemukannya kalau kita terus bersama!" Saran Denta dan keduanya pun mengangguk pasti.

"Bawa ini..." Demian menyodor bola kristal yang berisi api kepada Aaron.

"Untuk?" Aaron mengangkat satu alisnya.

"Jika kau terus berada di dekat ku, aku akan bisa membuatmu hangat dengan energi ku tapi jika kau pergi sendirian dalam beberapa meter? Aku tidak yakin kau bisa tahan dengan dingin yang ada ditempat ini." Aaron sedikit mengangkat sudut bibirnya, ia sedikit senang melihat Demian cukup memperhatikannya.

"Terima kasih, Demian." Balas Aaron dan Demian mengangguk, kemudian berlalu dari hadapannya.

Berjalan menyusuri luasnya lembah yang tertutup salju abadi. Jujur, Demian sangat tidak menyukai benda sejenis salju. Selain bertolak belakang dengan kekuatan yang ia punya, salju juga membuat pandangan seseorang menjadi apatis karena tidak ada yang menarik untuk dilihat hingga menimbulkan gejolak tak menentu. Sungguh sangat berpengaruh pada tingkat emosional seseorang, mood akan berubah menjadi buruk seketika.

Demian merasa heran, Denta bisa bertahan ditempat ini? Meskipun memang ia penguasa salju tapi sekali-kali seharusnya pria imut itu mencoba mengelilingi Planet EXO ini sama seperti dirinya. Memiliki banyak pengalaman berpetualang sungguh membuatmu akan mengerti tentang banyak hal, bagaimana cara menghadapi beragam jenis makhluk dan yang terpenting adalah mengetahui seberapa besar kekuatan Czar yang merupakan jenis makhluk serakah nan kejam. Dan petualangan yang menurut kakeknya cukup tak penting itu, mengantarkannya pada Zakline dan membuat sebuah sekutu untuk membasmi makhluk kejam seperti Czar. Demian cukup lega karena bukan hanya dirinya saja yang berjuang saat ini untuk menghancurkan Czar.

Demian tersenyum saat mengingat pertemuannya dengan ketiga gadis unik itu dan saat Sinb menantangnya bertarung, memandangnya dengan emosi dan akhirnya membuat gadis itu menunjukkan kekuatannya.

"Ah, Reika dimana dirimu?" Lirihnya, harinya berubah suram meskipun ia tak tinggal di tempat bersalju ini. Biasanya mereka akan saling berdebat satu sama lain untuk mendebatkan bahkan sesuatu yang tak penting.

"REIKA! REIKA! APA KAU MENDENGARKU!" Teriak Demian

Tak jauh beberapa meter, Sinb melihat Demian tapi Demian tak dapat melihatnya karena ruang virtual yang tak mampu mereka lihat. Sinb menitihkan air matanya, saat ia dapat melihat Demian tapi tak mampu memanggilnya atau pun menyentuhnya.

"Kau menangis? Kenapa? Kau menyukainya?" Tristan bertanya dengan dingin, Sinb tak menghiraukannya. Gadis ini nampak berusaha memikirkan suatu cara untuk keluar dari ruang virtual ini.

Sinb mulai menyadari sesuatu dalam pikiran kalutnya. Ia benar-benar melupakan sebuah fakta bahwa dirinya adalah keturunan Lev yang mampu mengendalikan 12 klan ksatria dan tentunya ia dapat mengendalikan ruang virtual ini juga kan? Bodoh! Kenapa baru terfikirkan olehnya, dia tidak pernah mencoba untuk melakukan ini.

Time control dan gravitasi. Dua kekuataan itu, Sinb harus bisa memunculkannya dalam dirinya.

"Ah, kau tidak bisa berbicara kan...Aku lupa itu, harus kah aku membuka penutup mulutmu?" Tanya Tristan dengan seringaianya. Sinb tak berusaha menjawabnya dengan gerakan kepala atau tubuh yang lainnya, ia hanya menghela nafas kesal.

Sinb harus menemukan fokusnya, mengerahkan semua kekuatannya. Ia harus segera keluar dari tempat brengsek ini tapi disisi lain Tristan terus mengawasinya, membuat Sinb juga harus memikirkan cara untuk mengalihkan perhatian pria ini.

Akhirnya Sinb berpikir untuk menyandarkan punggungnya pada kursi dan menunggu reaksi Tristan. "Bagus, seperti itu. Kau sudah menyerah? Lagi pula kau tidak akan bisa melakukan apapun! Jika mereka menemukan kita, setidaknya Nero bisa menghentikan waktu dan kita bisa pergi dari sini tanpa bisa mereka kejar dan aku akan mengacaukan gravitasi." Ancam Tristan yang jelas membuat Sinb tersenyum dari balik bekapan mulutnya tapi mata Sinb masih menunjukkan sorot lelahnya.

Luar biasa, lama-lama berada di Planet ini Sinb sedikit bisa berakting bukan? Biasanya ia sangat membenci segala bentuk sandiwara tapi disini? Ia harus pandai menyembunyikan semuanya karena tempat ini tak cocok dengan sikapnya yang selalu blak-blakan. Mempertahankan sikap blak-blakannya hanya akan membuat nyawanya melayang karena ditempat ini tak ada peraturan yang mutlak tentang hak asasi manusia seperti dibumi. Siapapun bisa berbuat sesuka hatinya.

Sinb lelah, kesal, marah, sedih dalam waktu bersamaan. Ia pun memejamkan matanya berusaha untuk memusatkan perhatiannya pada satu titik.

BERHENTILAH WAKTU!

Matanya terbuka ketika mendengarkan kesunyian. Matanya membelalak saat ia menyadari semua berhenti.

Waktu telah berhenti dan Sinb dengan leluasa mengerahkan kekuatannya untuk membongkar tali kursi yang menahan perutnya.

KRAK

Kemudian gadis itu membuka penutup mulutnya dengan mudah, memandang Tristan dan Nero yang terdiam seperti patung.

"Aku harus membuat mereka sibuk terlebih dahulu sebelum mengejarku. Ah, baiklah sepertinya aku menemukan sesuatu yang dapat membuat mereka sibuk." Gumannya dengan senyum terhiasi di bibirnya.

Sinb menengadahkan tangan kanannya dan

PYARRRR

Ruang virtual yang tercipat pecah, ia dapat melihat angksa yang luas dan putihnya salju di lembah yang luas ini. Kemudian Sinb menempelkan kedua telapak tangannya dan mulai memejamkan matanya.

"ICE GOLEM JADILAH! Aku menciptakanmu dari kekuatanku dan halangi mereka sampai aku benar-benar pergi."

Berlahan dengan pasti, butiran salju menggulung dan menggumpal menjadi 2 gumpalan besar dan mulai membentuk lekuk-lekuk kepala dan bagian yang nampak seperti tubuh.

Ice Golem

Dua Ice Golem raksasa tercipta dan bersujud dihadapan Sinb. Gadis itu nampak terhuyun, ia memang belum bisa memaksimalkan kekuatannya. Stamina terkuras habis hanya untuk membuat dua Golem ini.

"Laksanakan perintah ku setelah aku memberikan kalian petunjuk lewat ledakan salju." Kedua Golem itu mengangguk mengerti.

Sinb menghilang dan kini berada dihadapan Demian, memandang wajah Demian penuh syukur. Ia menyentuh wajah itu pelan dan Demian tersadar, mengedipkan matanya beberapa kali dan membulat saat menyadari Sinb dihadapannya.

"Reika..." Suara serak yang selalu Sinb rindukan. Gadis itu tersenyum dengan mata berkaca-kaca.

"Ayo pergi dari sini, kita tak punya banyak waktu. Mereka akan mengejar kita dan aku sekarang tak memiliki banyak tenaga." Lirih Sinb dan tanpa banyak kata Demian langsung menggendong Sinb ala bridal style membuat gadis itu cukup tercengang.

"Kita pergi dari sini dan kau berhutang penjelasan kepadaku." Katanya yang kini sudah mengaktifkan sepatu terbangnya. Sinb hanya tersenyum mendengarkan omelan Demian. Padahal hanya beberapa waktu mereka tidak bertemu tapi rasanya cukup lama menurut Sinb.

"Kita akan kemana?" Tanya Sinb dengan wajah was-wasnya, ia masih belum bisa tenang sebelum memastikan Tristan dan Nero tak dapat mengejar mereka.

"Menemukan Aaron dan Denta. Berapa lama kau hentikan waktu ini?" Tanya Demian menatap Sinb, gadis yang membuatnya seperti kehilangan sesuatu.

"Kurang 10 menit." Jawab Sinb dan Demian segera mencepatkan pergerakannya.

"Itu Aaron!" Kata Demian yang kini turun dengan masih menggendong tubuh Sinb.

"Cepat sentuh dia." Pinta Demian, masih dalam gendongan Demian Sinb menyentuh wajah Aaron.

"Aaakkk..." Aaron hampir terpental kebelakang, untung saja ia bisa menyeimbangkan tubuhnya.

"Hey! Kalian membuat ku terkejut!" Kesal Aaron.

"Tidak banyak waktu, ayo kita pergi!" Demian terbang lagi dan Aaron mengikutinya tanpa banyak protes. Aaron cukup mengenal Demian yang jika serius, ia akan lebih menakutkan dari Czar mungkin?

"Dimana arah Denta pergi?" Tanya Demian.

"Itu dia!" Tunjuk Aaron dan mereka pun turun.

"Ah, waktu benar-benar berhenti. Kau hebat sekali bisa melakukannya." Puji Aaron tapi Demian dan Sinb diam tak banyak bicara karena Demian lebih memilih mendekatkan Sinb pada tubuh Denta.

"Sentuh!" Pinta Demian dan Sinb segera menyentuhnya. Denta mulai mengerjabkan matanya beberapa kali dan terkejut melihat seorang gadis asing berada digendongan Demian dan Aaron yang memperhatikan disampingnya. Apakah gadis ini yang mereka cari?

"Aku akan membuka portal, kalian bisa menunjukkan dimana letak tempat pergi yang aman." Kata Sinb dan Demian menghela nafas.

"Tidak, kau sudah mengeluarkan banyak energi, aku tidak bisa membiarkannya." Larang Demian tapi Sinb tak setuju. Ia menatap Demian memohon.

"Demian, ini hanya portal dan kita tidak pergi ke negeri lain, masih disekitar tempat ini. Itu tidakakan mengabiskan banyak energi." Sinb berusaha memberikan penjelasan kepada Demian. Meskipun sebenarnya Demian tidak suka, ia harus menyetujuinya karena waktu pun sudah berjalan kembali.

Time control Sinb telah memudar saat menyadari salju yang berguguran.

"Baiklah..." Kata Demian berat.

"Turunkan aku!" Pinta Sinb.

"Apa dalam posisi seperti ini, kau tidak bisa melakukannya?" Dan untuk satu ini sepertinya Demian tak mau dibantah dan Sinb akhirnya mengalah. Aaron dan Denta saling melirik dengan senyum gelinya. Untuk pertama kalinya Aaron melihat perdebatan manis seperti ini, kenapa manis? Karena Demian yang arogan itu menunjukkan kekhawatirannya jadi di situlah letak manisnya.

"Dimana tempatnya?" Sinb bertanya dan tak lagi membantah.

"Istana Paily." Denta menjawab dan dibalas senyuman oleh Sinb. Tangannya mulai bergerak dengan mulut berkomat-kamit. Lingkaran portal terbuka dengan diameter 1 meter, cukup untuk dimasuki mereka.

"Ayo!" Demian memasuki portal tersebut dan di iringi oleh Denta, Aaron yang menusul mereka berdua.

Diruangan besar, mereka sampai disana. Sinb mengehela nafas dan segera mengarahkan tangannya untuk menutup portal tersebut.

"Ah, aku lelah." Keluhnya yang kini memejamkan matanya.

"Kau baik-baik saja." Demian cemas bahkan Sinb tak lagi menjawab pertanyaannya.

"Menurutku ia kehabisan energi. Dia hanya membutuhkan istirahat dan aku harus membentengi istana ini dengan jaring-jaring salju ku agar mereka tidak masuk." Kata Denta yang kini berjalan pergi.

"Letakkan tubuhnya di tempat tidur dan temani dia. Aku akan berjaga-jaga bersama Denta." Kata Aaron membuat Demian mengangguk.

Demian segera membawa Sinb kekamar yang sudah Denta siapkan untuknya dan Aaron kemarin. Membaringkan berlahan tubuh mungil itu dan menatapnya dalam. Tanpa bisa Demian kontrol tangan besarnya itu berusaha menyentuh wajah Sinb yang terlihat damai dengan mata terpejamnya. Bahkan wajahnya berlahan terus mendekat dan...

Chu~

Demian tersentak, merasa terkejut dengan aksinya sendiri yang tanpa sadar mengecup bibir Sinb. Ia merasa bingung dan panik seketika, membayangkkan kalau-kalau gadis ini tau jika ia menciumnya barusan.

"Bagaimana ini? Apa yang kulakukan sebenarnya?" Keluhnya kesal dan ia segera meletakkan tangannya diatas wajah Sinb dan menggerak-gerakkannya. Tidak ada pergerakan dan ia pun menghembuskan nafas lega.

"Untung saja..." Katanya pelan dan kini memilih duduk di tempat lain dan masih memandangi Sinb, ia tidak bisa membiarkan dirinya berada sekitar gadis itu kalau tidak ingin sesuatu tak terduga akan terjadi lagi.

---***---

Dinegeri Baracky, Aiden membawa kelompok yang di pimpin oleh Genio memasuki balai kota yang merupakan pusat pemerintahan kota ini.

Mereka harus melewati pintu utama dan menuju lif untuk masuk kedalamnya, ada beberapa penjagaan dan mereka melalui itu tanpa masalah karena Aiden bersama mereka.

Mereka terus melewati lorong untuk menuju pintu utama sampai pintu itu terbuka, masih dengan menjagaan ketat oleh beberapa orang.

"Apa kau bisa menemukan keberadaan Axel dan Lexia?" Tanya Linux pada Genio yang cukup mengkhawatirkan temannya itu.

"Ya, sepertinya mereka berada di balai kota ini. Aku tidak mengerti, apa mereka menemukan Reika disini?" Genio memikirkan segala kemungkinan.

"Bagaimana kalau seandainya mereka melakukan sesuatu yang ceroboh?" Celetuk Xeno yang sekatika membuat semuanya memandanginya.

"Kenapa kau berkata seperti itu?" Mina jadi cemas.

"Ah, aku sudah berusaha menepisnya dan kau memperkuat asumsiku." Sepertinya Linux juga berpikiran sama seperti Xeno.

"Apa yang kalian cemaskan, ayo masuk!" Aiden menyuruh mereka masuk lagi kesebuah ruang dan mereka melihat sosok pria dengan wajah ramahnya.

"Aiden...Ku pikir kau sudah pulang?" Tanyanya dengan senang, memeluk Aiden dengan hangat.

"Tidak, aku membawa tamu yang pasti akan membuatmu terkejut, Raidon." Kata Aiden antusias. Pria yang bernama Raidon itu melepaskan pelukannya dan menatap mereka berempat bergantian.

"Siapa mereka?" Tanyanya dengan masih menunjukkan ekspresi ramah dan rasa ingin tahu bersamaan.

"Mereka dari klan ksatria." Kata Aiden membuat mata Raidon membulat lengkap dengan mulut membukanya.

"Kau serius Aiden?" Tanya Raidon dan Aiden mengangguk.

"Wah, ini sebuah kejutan yang paling spesial setelah ratusan tahun." Kata Raidon yang kini mulai berjalan mendekati keempatnya, mengulurkan tangannya yang pertama pada Genio. Genio menyambutnya dengan senang hati.

"Aku Raidon Segtrony pemimpin Baracky dan juga klan ksatria pengendali petir." Katanya yang membuat semuanya cukup terkejut, jadi memang ada klan ksatira ditempat ini.

RAIDON SEGTRONY | KSATRIA KLAN SETRONY| PENGENDALI PETIR

"Senang bisa bertemu dengamu, aku Genio pengendali air. Dia Linux pengendali segala sesuatu yang ada di tanah, Xeno adalah pengendali udara dan gadis ini adalah putri keturunan Lev dari ketiga putri yang tersisa." Terang Genio membuat Raidon memkirutkan keningnya.

"Tiga yang tersisa? Lalu dimana lagi putrinya?" Tanya Raidon.

"Yang satu bersama satu klan ksatria dengan kekuatan teleport berada disini. Pelacak kita menunjukkan mereka berada disini dan yang satunya, kami masih mencarinya." Terang Genio membuat Raidon terdiam.

"Apa yang kalian maksud sepasang kekasih yang menghancurkan sebuah kekayaan negara?" Raidon mencoba memastikan.

"Mungkin, gadis itu memiliki kekuatan besar untuk menghancurkan apapun dan Axel dia bisa berteleport kemana pun." Raidon menganga mendengarkan ucapan Genio.

"Astaga! Kenapa sangat mirip...Ayo ikuti aku, kurasa mereka temanmu." Raidon berjalan didepan dan kelima orang itu mengikutinya, sepertinya ia akan membawanya menemui Axel dan Jennie.

-Tbc-

Hi...Aku uda update loh...yg nunggu ff ini 😂

Kuy baca 😉

Vote dan Komen sertakan ya 😂

Thanks
🙏🙏🙏

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top