Pekerjaan seorang Bangsawan
"Bangun! BANGUN!"
Gue denger suara di deket kuping gue. Duh nyebelin banget sih.
"5 menit lagi ah, orang gak ada kegiatan apa-apa kan mah?" Gue bales aja sambil pindah posisi tidur terus narik selimut sampe ke kepala, tanpa melihat sebenernya siapa yang bangunin gue, asumsikan aja kalo itu ibu gue.
"Ehem." Gue denger lagi tuh suara, lah tapi suaranya suara cowok.
Pelan-pelan gue buka mata, eh ternyata itu pelayan gue udah rapih berdiri sambil megangin jas gw.
"Ada tamu tuan, dari pihak militer. Katanya mau membicarakan tentang bantuan dari keluarga tuan." Dia berbisik.
Aduh...
Mampus gue...
Sebenernya, keluarga gue, yaitu keluarga Dunkermann, dari dulu emang ngasih dana buat kampanye militer kerajaan. Tapi semenjak ayah gue meninggal dan gue jadi kepala keluarga, gue gak mau ngasih dana lagi. Soalnya gue gak mau mendukung perang, apalagi ekspansi wilayah kerjaan.
----------------
Oh iya, nama gue Aron Dunkermann, biasa dipanggil Aron atau Ron. Gue baru aja ulang tahun yang ke 21. Ayah gue udah meninggal kira-kira satu tahun yang lalu terus Ibu juga sakit-sakitan dan depresi berat semenjak itu, makanya gue ambil alih jadi kepala keluarga. Keluarga Dunkermann bisa dibilang salah satu keluarga yang paling kaya di kerajaan Londinium. Kami punya bisnis mobil tenaga uap yang paling laris di seluruh Europa, bahkan sampe kerajaan lain pun impor mobil dari kami. Makanya bisa sekaya ini sekarang.
---------------
"Yaudah bentar, suguhin mereka teh sama kue dulu ya. Saya siap-siap." Gue bangun dari kasur sambil stretching terus ganti baju.
Gak lama kemudian, keluar lah gue dan nyapa para jenderal yang lagi minum teh di ruang tamu.
"Selamat pagi mas." Ucap seorang jenderal yang tinggi, besar dan menyebalkan. Namanya Georgios, dia terobsesi sama perang.
"Langsung aja to the point, butuh dana kan?" Blak-blakan gue langsung ngomong.
-----------------
Kerajaan Londinium dari dulu selalu gak bisa serasi sama Kerajaan Berlungard yang ada di pulau besar. Perang dari mulai pake pedang sampe sekarang pake musket pun gak berhenti-henti. Sebenernya gak jelas kenapa gak bisa damai aja, ada yang bilang sebenernya itu salah Londinium karena mau ekspansi wilayah ke pulau besar atau ada yang bilang kalo Berlungard serakah dan mau ambil seluruh wilayah yang ada di Europa. Ya sampe sekarang masih gak jelas walaupun frekuensi perang udah gak sesering dulu.
------------------
*Uhuk* perempuan di sebelahnya pura-pura batuk buat nenangin suasana.
"Begini pak..." Mulai dia berbicara.
"Sumber daya kami mulai menipis, apalagi perang lawan Berlungard di wilayah selatan yang tiada hentinya...."
Omongan dia pun di salip sama Georgios.
Lalu si Georgios berkata, "Banyak bangsawan yang mulai hengkang gara-gara kamu. Mereka tidak mau lagi memberikan dana atau sumber daya mereka buat perang. Kalau seperti ini terus, nanti raja bisa marah. Kamu gak mau kan hartamu di ambil semua sama kerajaan secara paksa? Kami gak minta banyak, cuman 10% dari total penghasilan kamu." Nada bicaranya jadi halus, pertama kali gue denger dari Georgios, kayaknya mereka udah gak ada opsi lain.
Daripada panjang lebar, gue bilang aja...
"Saya mau memberikan itu tapi ada satu syarat yang saya dan bangsawan-bangsawan lain inginkan. Kami mau mendengar dari Raja sendiri bahwa dia memang perlu dana untuk perang. Tapi saya hanya akan memberikan dana untuk mempertahankan daerah kesatuan kerajaan kita, BUKAN untuk ekspansi wilayah." Gue tegasin poin penting itu.
Muka Georgios dan sang cewek terlihat risih, mereka saling menatap satu sama lain lalu mengangguk setuju.
"Baiklah, akan kami usahakan. Tapi ini akan memakan waktu yang cukup lama, birokrasi di kerajaan sangat rumit." Kata si perempuan itu.
"Saya sih gak terburu-buru, tapi kalian kan yang membutuhkan bantuan dengan segera. Saya serahkan saja ke kalian buat menguruskan itu, nanti kalau sudah selesai, tinggal kirim pesan ke saya. Itu saja, terima kasih." Gue menutup pembicaraan terus nyuruh mereka buat pergi.
Apalah, masih pagi udah ada tamu aja.
Baru aja pas gue mau duduk dan lepas jas, pelayan gue nyamperin lagi.
"Maaf tuan, tapi ada tamu lagi dari keluarga Belheilm." Ucap dia sambil menunjuk keluar.
Mobil tenaga uap mereka udah sampe, dikawal sama dua orang naik kuda. Gak cuma mereka, pas gue liat ke luar pintu gerbang mansion keluarga gue, udah ada antrian yang panjang dari berbagai macam kelas. Ada bangsawan, perusahaan, bahkan petani.
Emang sih, ini resiko yang gue ambil kalo pergi menjelah dungeon di keliling Europa selama 9 bulan. Permintaan orang-orang jadi numpuk.
Kadang males aja layanin orang-orang itu, bangsawan pasti antara minta kerjasama bisnis atau minta gue nikah sama anaknya. Kalo perusahaan dan petani pasti minta dana.
Ini semua berkat ayah gue yang terkenal sangat dermawan waktu itu, jadi mereka semua berharap gue juga sama dermawannya.
Ya sebenernya mau jadi dermawan gue juga gak bisa, toh banyak dana gue diabisin buat menjelajah. Iya sih agak sombong dan arogan, tapi itu minat gue dan emang keahlian gue satu-satunya.
Menjelajah dungeon tuh ibarat judi, kadang dapet banyak, kadang malah rugi.
----------------------
Beberapa jam abis gue melayani hampir 50 orang, gue minta pelayan gue buat nutup gerbang gue.
"Jon, tutup gerbang. Saya sudah capek. Yang masih ngantri suruh mereka balik lagi besok."
"Baik tuan." Jawabnya, "Tapi ada satu tamu lagi, yang saya kira tuan pasti mau melayaninya."
Dengan muka melas dan udah selonjoran di sofa ruang tamu, gue bilang, "Siapa?"
"Ada permaisuri Adelaide, dia baru saja sampai." Jon, pelayan gue, bales sambil ngelirik-lirik keluar.
Sekilas gw lompat dari kursi, benerin baju gue. "Siapin motor saya, saya ajak dia jalan aja."
Jon berusaha buat nahan ketawa dan malah senyum sendiri.
"Eh, gak usah senyum-senyum sendiri. Cepetan siapin motornya!" Kesel kan gue jadinya.
Adelaide itu teman masa kecil gue, dulu kita tetangga tapi dia pindah sama ayahnya ke luar pulau karena keterlibatannya sama perang. Udah 7 tahun lebih gue gak ketemu sama dia. Makanya gue gak sabaran, ya dia juga bisa dibilang perempuan yang gue suka pertama kali.
Larilah gue ke garasi yang penuh dengan inovasi-inovasi montir gue.
"Oi Grad, motor prototipe lo udah bisa dijalanin kan? Lumayan nih mau ngasih kesan yang 'wah' ke Adelaide. Sekalian promosi inovasi terkini 'Dunkermann Auto' ke dunia luar." Gue samperin Grad Helter, montir sekaligus inovator Dunkermann Auto.
"Weh ada pak boss, belum mateng sih persiapannya tapi bisa lah dibawa keliling kota." Grad bales sambil benerin mesin mobil gue. Terus dia jalan ke motornya yang masih ketutupan kain.
"Nih motornya." Lanjut dia sambil buka penutup motornya.
Motornya besar & panjang , bannya ada 3, satu di depan dua di belakang. Ada dua knalpot di belakang yang ujungnya melengkung terus ke atas. Bentuk keseluruhannya kotak dan ada kesan macho gitu lah. Maklum lah masih prototipe, belom eye-catching.
"Aman kan nih? Gak akan meledak?" Gue tanya sambil naik ke motornya.
"Asal gak terlalu dibawa kelamaan sih gak akan meledak." Grad bales sambil masukin air ke mesinnya. "Coba nyalain."
Sehentak gue berhenti, kok gak ada starter di deket setir kayak di mobil. Darimana nyalain motornya coba. "Ehm Grad, nyalainnya gimana ya?"
"Oh iya, belum ngasih tau cara nyalainnya, gini nih."
Dari bagian bawah kaki kanan gue ada kayak tuas gitu yang harus diputer dulu beberapa kali. Grad puter tuasnya dengan cepet terus mesinnya nyala.
Suaranya lebih keras dari suara mesin mobil, maklum lah soalnya gak ada yang nutupin mesinnya kan.
Ada suara 'tsssss' yang nandain kalo airnya masuk ke mesin terus keluar uap dari kedua knalpotnya.
Gue udah sempet belajar sebentar gimana cara jalanin motornya, sama kayak mobil cuman ganti giginya di tangan kiri sambil puter pegangannya.
Jon sama Grad barengan buka pintu garasi, dan dengan pede, gue jalanlah keluar dan pastinya orang-orang pada liatin gue. Melipirlah gue deket ke Adelaide, "Ayok naik!" gue teriak soalnya suara mesinnya berisik banget.
"Udah lama gak ketemu langsung bawa kendaraan sendiri ya!" Adelaide bales sambil teriak juga. Terus naiklah dia di belakang gue dan jalanlah kami ke kota.
Semua orang di jalan dan di dalam rumah pun ngeliatin gue & Adel. Gak heran, naik kendaraan roda tiga pertama di dunia terus diikuti sama suara knalpot yang berisik banget ditambah juga uap air yang tebel yang keluar dari knalpot motornya. Gue tinggal beberapa menit di luar Capitol, ibukota Londinium. Maklum lah, rata-rata mansion para bangsawan emang agak di luar ibukota, soalnya Capitol udah sempit, bangunan-bangunan disana dibangun berdempetan satu sama lain, dengan konsep yang sama kayak rumah/ruko tiga lantai yang cukup buat 9 orang. Terus ditambah juga Capitol polusi asepnya yang gila. Ibaratnya tuh awan badai selalu ada di atas Capitol.
Yaudah gak lama abis muter-muter Capitol, gue ajak Adel ke guild, tempat yang bagaikan surga untuk para penjelajah. Apapun yang dicari buat menjelajah pasti ada disitu. Terus juga guild itu tempat buat kita tuker harta karun yang kita dapet di dungeon dengan koin. Koin adalah mata uang di Europa, ada bronze, silver & gold koins.
---------------------------------
Menjelajah dungeon bukanlah hal yang mudah, di dalam itu ada monster-monster yang berkeliaran, perangkap-perangkap yang mematikan dan juga penjelajah yang lain yang lagi cari harta karun yang sama.
Makanya, gue gak sendiri kalo jelajah, pasti ada yang namanya party, yang bisa dibilang sebagai grup gitu lah. Dan orang-orang di party punya peran masing-masing. Gue misalnya, gue tuh pemimpin sekaligus "pemanah". Kata pemanah gue kutip soalnya orang yang jadi pemanah gak harus pake panah, bisa aja pake pistol atau musket. Kalo gue sih pake panah sekaligus pistol, kenapa gak?
Dari membunuh monster aja sebenernya udah dapet harta karun, yaitu jantung dari para monster itu yang ukurannya beda-beda, ibaratnya kayak mutiara merah yang bisa kecil atau sampe besar kayak kepala manusia. Semua tergantung dari jenis monsternya.
-----------------------------
"Yo Ron!" Sang penjaga guild nyapa gue.
Gue sapa balik dengan melambaikan tangan terus langsung ke cafe di guild. Semua orang ngeliatin gue sama Adelaide, gue sih udah bisa dibilang cukup terkenal lah di kalangan para penjelajah, tapi Adelaide belum pernah sama sekali ke guild, mungkin itu alesannya kali ya. Ditambah juga dia bangsawan yang keluarganya sangat amat populer.
Firasat gue udah gak enak pas masuk ke guild, dan ternyata...
-------------------------------
Hi gaes!
Gimana pendapat kalian tentang pembuka cerita gue? Komen ya biar gue bisa belajar dan berkembang lebih baik jadi penulis (walaupun ini cuman iseng sih haha) kritik yang membangun dan saran sangat diterima.
Terima kasih!
Tunggu bagian berikutnya ya!
Salam,
Penulis.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top