Adel

Semua mata tertuju kepada Adel, dia dengan rambut hitam pekat yang panjang dan dengan tubuh yang gak tinggi tapi juga gak kelihatan seperti bocah. Bisa dibilang Adel itu imut lah. Dia cuman bisa tersenyum malu ngeliatin semua orang di dalam guild.

Gue bawa Adel ke bar, dan semua mata ngikutin kita. Si Adel udah duduk manis di bar dan bartender nanya mau minum apa. Tiba-tiba gue ditarik oleh beberapa orang dan dibawa ke meja mereka. Kita semua ngumpul deket dan ada satu orang yang bilang, 'eh Ron, emang lo gak tau keluarga dia itu udah melakukan apa aja ke petualang kayak kita ini?'

Gue dengan polosnya geleng kepala gue.

'Dia tuh yak, bapaknya benci sama kita kita ini. Si belagu itu tuh yang bilang kalo petualangan itu gak ada gunanya. Kata dia mending uangnya dipake buat bantuin kerajaan aja biar perang cepet selesai.' Kata si Dinda, sang gadis tomboi terpopuler di Londinium.

Lah emang iya ya? Setau gue keluarga Adel itu emang yang nanganin pendanaan buat perang. Tapi gue gak sangka kalo sampe mau minta duit dari para petualang.

'Hoooh gitu, lah maap, gue baru tau.' Gue jawab ke mereka sambil garuk garuk kepala, kebingungan.

'Lo mending cepetan deh bawa dia pergi dari sini, entar kalo para petualang kelas S tau ada si Adel, beuh bisa dihajar abis-abisan dia.' Dinda tambah sambil megang pistol di pinggangnya. Dia abis itu nunjuk ke belakang guild, dimana para petualang kelas S lagi ngumpul.

--------------------------------

Di Londinium, petualang itu dibagi jadi 6 kelas. Paling tinggi itu kelas S, setelah itu A, B, C, D & yang paling rendah itu F. Para petualang di 'beri' kelas itu berdasarkan jumlah akumulasi koins yang mereka dapetin dari berpetualang. Jadi para petualang yang senior atau petualang yang berhasil bunuh monster besar lah yang berhak berada di kelas S.

----------------------------------------

'Eh bentar' , gue bales lagi ke si Dinda, 'nama keluarga Adel itu Stevenson kan?'

Si Dinda dan yang lain ketawa terbahak-bahak.

Dan gue dengan begonya, cuman bisa bengong kebingungan.

Si Dinda narik gue lebih dekat ke meja, kita ngumpul lebih dekat, pala ketemu pala.
'Lo tuh bisa aja bangsawan, tapi lo antara bego atau polos. Gue rasa sih gak polos, yaa kalian tau lah yaa.'

Mereka ketawa lagi...

Dan gue....

Masih bingung...

Si Dinda nih, dengan rambut pendeknya dan gaya belagu karena dia terkenal, tiba-tiba jadi serius. Mata hijaunya yang belo natap mata cokelat gue yang sipit.

"Adel itu dari keluarga Durkheim, Stevenson nama samarannya biar orang lain gak curiga. Tapi para petualang udah tau kalo Adel dari Durkheim."

Durkheim....

Gue serentak langsung diem gak bisa berkata-kata.

Mereka kan keluarga yang sangat anti sama petualang, tapi kok dengan santainya si Adel mau gue bawa ke guild, apa jangan-jangan dia juga gak tau kalo ayahnya lah yang ngajuin undang-undang buat melarang segala kegiatan yang terlibat dengan petualangan.

"Waduh, yaudah makasih ya. Gue bawa Adel pergi sekarang."

Tapi kok bisa ya gue gak tau tentang info ini... ah udahlah nanti aja gue pikirin, yang penting sekarang gue bawa Adel pergi dulu.

Tanpa pamit, gue jalan cepet ke Adel yang lagi dengan santainya minum di bar. Gue taro duit di meja dan gue tarik Adel ke luar.

"Del, gak usah banyak tanya, ikutin gue sekarang."

Si penjaga guild kebingungan kenapa gue buru-buru pergi, "Oi Ron, perasaan baru sampe, kok udah pergi aja?"

Gue langsung keluar tanpa bales apapun dan suruh Adel naik motor.

Ini antara dunia benci sama gue apa gimana, motornya gak mau nyala.

Tambah panik kan gue...

Dengan susah payah gue injek pedal motor biar nyala, tapi tetep gak mau nyala. 

Dari dalem guild, gue liat para petualang kelas S mulai turun dari tempat mereka dan banyak petualang di bawah yang nunjuk keluar pintu, dimana gue dan Adel berada. 

Dinda coba buat alihin isu nya tapi tetep aja gak bisa menghadang para petualang S yang mau keluar. Yaudah, gue tarik si Adel dan kabur ninggalin motor gue. Tapi si Adel gak mau jalan, dia minta dijelasin ada apa. Dan gue bersikeras kalo nanti akan gue jelasin yang penting lari dulu aja.

Akhirnya Adel nurut dan kami pun lari, tapi belum jauh. Tiba-tiba ada yang dorong gue ke samping sampe gue jatuh. 

"Aduh, mati gue bawa Adel ke guild."

"Oke, oke gue bisa jelasin..." gue bangun dan liat orang yang dorong gue, ternyata bukan para petualang kelas melainkan malah orang yang terlihat kayak tentara, pake baju besi dengan mantel tanpa lengan di luarnya. 

"Lah, ngapain ada tentara disini? Apa iya si raja mau manggil gue cuman gara-gara insiden tadi pagi?" gue ngomong dalem hati sambil ngeliatin tentara itu. Pas gue nengok ternyata gak cuman tentara itu aja yang ada di depan gue, ada tiga lagi naik kuda ditambah 3 lagi yang ngelilingi gue dan Adel.

"Del, sini deket gue." 

Ah kambing, gue kan bawa senjata apa-apa lagi. Kalo mereka nyerang, gue gak bisa ngelindungi Adel.

Adel dengan tenang diri dan bilang ke gue, "gak apa-apa, mereka bodyguard  aku. Aku pergi dulu ya, maaf."

Dia tanpa bicara apa-apa langsung pergi sama para tentara itu dan gue masih dalam posisi siap ngelawan, bengong kebingungan.

.

.

.

.

.

.

.....................................

HAAH APAAN WOI TADI, gue teriak di dalam hati tapi muka gue tetep stay cool. Gue naik motor gue dan langsung pulang.

Baru juga balik udah banyak masalah lagi aja, gue bingung antara gue harus cari tahu kenapa si Adel dijaga ketat sama tentara atau ya diemin dulu aja, toh gue juga masih ada yang nungguin di mansion gue.

Akhrinya gue memutuskan untuk balik aja ke mansion . Pas baru sampe, ternyata grup petualangan gue udah ngumpul di ruang tamu.

Oh sebelum gue lanjut, gue kenalin dulu anggota grup gue,

Ada si Imran, mungkin manusia terlincah yang ada di Londinium. Dia bertubuh mungil, tingginya ya kira kira 150 cm dan kurus pula, dia adalah sang pengintai dari grup gue. Dia menggunakan dua pisau kecil dan selalu membawa beragam jenis suling untuk ngasih tanda tanda ke kami ketika lagi berpetualang. 

Terus ada si Natalia, sang perempuan berambut pirang yang membawa tiga jenis pedang di punggungnya, dia sang penyerang dari grup gue. Jangan tertipu dengan penampilannya yang sangat elegan, menawan, lucu dan ramah, dia sangat amat kejam dan tidak akan segan untuk bunuh orang yang menghalangi kami. Salah satu alasan kenapa dia ikut grup gue karena waktu itu gue sempet nyelamatin dia pas di serang

Lalu ada Klaus, sang pendekar yang tidak menggunakan apapun kecuali tangan dan kakinya saja, dia juga sang chef  di grup kami. Indra perasa dia seluruhnya sudah di asah sedemikian rupa, refleksnya sangat cepat dan tubuhnya sangat kuat. Dia bisa menangkis panah dan bisa menangkap pedang lawan dengan tangannya. Fakta menarik tentang dia, Klaus adalah orang yang sangat amat cinta lingkungan dan sangat lembut dari segi kepribadiannya. 

Ya grup gue bukan grup yang besar, gak sampe puluhan orang, tapi kami bisa menyelesaikan misi misi sulit dari guild hanya ber empat saja. Makanya kami sekarang termasuk petualang Kelas A, cukup terkenal dan cukup disegani. Oh ya dan nama dari grup kami adalah "Golden Rapiers". 

-----------------------------------------------------------------------

Gue parkir motor di garasi, Grad masih disitu benerin beberapa mobil.

"Eh bos, gimana motornya? Udah enak kah? Patut di produksi secara massal kah?" Grad tanya sambil bantuin gue parkir motor.

"Lumayan enak lah, lebih kecil dan lincah di jalan. Tapi ya cuman bisa bawa dua orang, gak apa apa sih, enak juga berdua jalan naik motor itu." Gue bales dengan muka pusing.

"Bos kenapa bos? Mukanya kok bingung gitu?" Dia tanya lagi.

Tanpa gue bales, gue langsung masuk ke dalem.

Di ruang tengah, udah ada grup gue lagi pada santai, Imran lagi tiduran di sofa, Natalia lagi ngasah pedangnya dan Klaus seperti biasa lagi masak di dapur.

"Wah akhirnya si pak ketua balik, gimana kencannya? Pasti lancar dong hahaha." Klaus sapa dari dapur sambil membagi makanan ke piring piring.

"Ya begitulah, rumit hehe." Gue bales sambil elus kepala sendiri, malu.

"Weh kenapa weh, cerita lah cerita, kepo nih kepo." Natalia sambung sambil tutup pedangnya.

"Eits sebelum kita ngapa-ngapain, ada quest nih dari guild ." Imran potong sambil ngasih kertas dari guild. "Kita disuruh investigasi sebuah wilayah di pinggiran Londinium, lebih tepatnya gua di dekat kampung Lorne. Katanya warga Lorne kalau malam malam, ada yang ketuk pintu pintu rumah mereka minta tolong, tapi ketika di buka gak ada apa apa."

"Yakin itu bukan hanya halusinasi dari mereka aja? Desa Lorne kan emang deket di pegunungan mungkin mereka lagi kekurangan oksigen makanya jadi halusinasi." Klaus balas sambil memberikan kami makanan buatannya.

"Haduh baru juga sampe lagi di mansion, masa iya udah ada quest lagi. Kenapa gak dikasih ke grup lain aja sih Ran?" Gue bales sambil nenggelami badan di sofa.

"Masalahnya tuan, permintaan ini langsung dikirim ke mansion ini oleh sang ketua guild." Jon, pelayan gue potong pembicaraan.

"YUK MARI KITA BERANGKAT SEKARANG JUGA!" Natalia teriak sambil  naikin meja dan nunjuk pedangnya ke atas.

"Kita gak bisa nolak ya? Yasudah deh, kapan dia mau kita pergi ke Desa Lorne?" Gue jawab dengan pasrah.

"5 hari lagi tuan, nanti akan ada perwakilan dari desa Lorne yang datang kesini." jawab Jon

"YAAaahh..." Natalia tenang lagi.

"Oalah, masih 5 hari lagi, saya kira besok atau kapan gitu." Gue bales dengan lega dan langsung menyantap makanan Klaus. "Yuklah makan dulu, terus nanti kita diskusi mau kemana lagi bulan depan."

Kami pun semua menyantap makan malam buatan Klaus lalu bercanda ria hingga larut malam. Mereka semua nginep di mansion malem ini. 

Kami semua tertidur di ruang tengah dan kira-kira pada pukul 4 pagi, ada suara yang mengetuk pintu depan. Penjaga rumah pun bangun dan bergesa-gesa untuk buka pintu. Ketukan pintu itupun makin keras hingga kami semua terbangun.

"EH ITU SIAPA SIH, TOLONG DONG DI USIR AJA." Gue teriak ke penjaga rumah.

Lalu, ketukan itu berhenti dan berpindah ke pintu belakang...pintu samping, pintu kamar mandi dan semua pintu di mansion gue.

Serentak kami semua pun mengambil senjata kami, yang emang selalu ada di samping kami saat tidur. 

"Ron ini apa ron, lo abis jahatin penyihir apaan? Jangan jangan si Adel nih." kata Imran, sambil takut gemetaran. 

"Apa, gak lah, gak mungkin si Adel begini. Dia bukan penyihir, lagipula gak ada penyihir lagi di Londinium." 

"Terus ini apa dooonngg??!!" Imran ketakutan.

Ketukan pintu tersebut diikuti oleh tangisan orang orang, mansion gue berasa dikelilingi oleh orang orang yang lagi sedih dan mau minta tolong, tapi gak ada apa apa di luar.

Tiba-tiba ada suara lantunan mantra, "wahai pelindung di dalam kegelapan, tunjukkanlah musuh-musuhku!

Ada gelombang kasat mata yang keluar dari ruang tengah menuju keluar. Dan ternyata terlihat bahwa ada jin-jin di luar mansion  gue.

"Siapa tadi yang ngomong itu? Bahasa penyihir udah langka!" Gue teriak sambil panik lihat para jin.

Lalu ada lantunan mantra lagi, "Pelindung dalam kegelapan, berikan lah aku kekuatan dan bantu aku membasmi para musuhku dengan teriakan ini!"

Para jin pun menjerit dan menghilang.

Dan kami semua pun,

termenung tak tahu harus berbuat apa.



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top