Chapter 1

"Hazel, jangan melamun saat sedang belajar!" suara Bu Britney menyadarkan gadis bersurai cokelat dari lamunan.

"Maaf Bu, tapi halaman sekolah kita sudah dipenuhi sekumpulan polisi yang sekarang mulai memenuhi lorong." Hazel masih menghadap ke jendela, kali ini semua teman-temannya mengikuti arah lamunannya. Begitu juga dengan Bu Britney.

Entah apa yang sedang terjadi disekolahnya, namun Hazel berpikir bahwa sesuatu yang gawat sedang terjadi, karena tidak mungkin sekumpulan polisi mendatangi sekolahnya hanya untuk hal sepele. Jika hanya satu, mungkin karena seorang anak brandal yang tertangkap bolos sekolah. Yang dilihatnya sekarang adalah selusin atau mungkin lebih.

Saat semuanya sedang sibuk melihat keluar jendela, tiba-tiba saja pintu kelas mereka terbuka. Seorang pria dengan jas hitamnya menghampiri Bu Britney. Pria itu berbisik padanya. Sedangkan semua murid menatap kearahnya dengan pandangan takut sekaligus penasaran.

Bagi Hazel, ini bukan kali pertama dia melihat lusinan polisi atau petugas bersenjata. Ayahnya memang memiliki jabatan yang tinggi di pemerintahan, karena itu dia terlihat tenang dikursinya. Tapi tentu saja, bukan berarti itu untuk dirinya. Bisa saja ada keadaan darurat tingkat tinggi dan semua orang perlu dievakuasi.

Sesaat setelah pria berseragam hitam itu berbisik, Bu Britney mengangguk, bertanda dia telah mengerti apa yang pria itu katakan. Tidak lama kemudian padangannya menelusur sekitar, hingga berhenti pada Hazel. "Hazel Skylar, bisa kesini sebentar?" perintahnya dengan lembut.

Sekarang semua pandangan mengarah padanya, membuat gadis itu risih dan membenarkan posisi duduknya. Dia selalu tidak suka saat menjadi pusat perhatian, hal itu bisa membuatnya mual seketika.

"Kau harus pulang sekarang. Ibumu telah menuggu di rumah," ujar Bu Britney dengan nada yang berempati.

Tanpa curiga Hazel mengambil tasnya dan berlari keluar. Apa yang dikatakan Bu Britney tadi, sudah jelas bahwa hal buruk telah menimpa keluarganya. Hazel tidak begitu yakin, namun dia terus menyumpah dalam hati bahwa ini hanya hal yang tidak perlu dikhawatirkan.

Orang-orang berseragam hitam tadi mengekor Hazel yang terus berlari dan pergi ke halaman depan untuk mengambil sepedanya. Sepeda kesayangan yang dibelikan ayahnya di ulang tahunnya yang ke tujuh belas.

Sebenarnya sebuah mobil telah disediakan untuknya sampai ke rumah. Tapi dia selalu tidak suka duduk manis dibelakang seperti anak manja, lagipula dia juga tidak mau meninggalkan sepedenya.

Perlahan Hazel mulai mengayuh sepedanya, hingga semakin lama semakin cepat. Sekarang orang-orang itu mulai mengikutinya dengan mobil mereka. Membuatnya terkesan seperti dikejar oleh orang-orang jahat yang mau menculiknya.

Saat sampai di depan halaman rumahnya, Hazel menjatuhkan sepedanya saat mendapati karangan-karangan bunga untuk berduka cita memenuhi pekarangan. Membuat Hazel semakin berpikir yang tidak-tidak, didapati ibunya yang sedang menangis di depan sebuah peti.

Tubuhnya begetar hebat saat Hazel menghampiri ibunya perlahan, kemudian menatap ke dalam peti. Sesosok tubuh yang dia kenali telah terbaring kaku dan pucat. Namun bukan itu yang menjadi perhatiannya, ada sesuatu yang digenggam ayahnya.

Hazel memperhatikan sebuah kalung dengan bandul alphabets, ada dua huruf yang menyatu yaitu HS, mungkin maksudnya untuk Hazel Skylar. Diambilnya kalung itu dan secarik kertas menempel disana, dia begitu mengenali tulisan tangan ayahnya yang sangat jelas sekali. Mungkin ini menjadi tulisan tangannya yang terakhir.

Tidak tahan, Hazel mulai menangis, kelopak matanya sudah dipenuhi oleh air yang mengalir ke pelipis. Dia menangis lebih keras dari dugaannya.

Ibunya yang berada di samping memeluknya erat. Alhasil, tangisannya itu berhasil membuat orang-orang mulai terdiam dan menjadikannya bahan tontonan. Hazel yang masih menangis dipelukan ibunya, tidak lama kemudian berlari keluar dan pergi begitu saja.

Dia mengambil sepedanya yang tadi dia jatuhkan begitu saja di pekarangan. Orang-orang berseragam hitam tadi mulai mengikutinya lagi, tapi kali ini Hazel tidak ingin diikuti. Dia ingin sendiri dan merenung. Hanya sendiri.

Dengan susah payah dia mengayuh lebih cepat, namun tentu saja, seberapa cepat dia mengayuh tidak akan bisa mengalahkan kecepatan mobil sedan beroda empat itu. Sebuah gang sempit di depan adalah satu-satunya cara agar mobil itu tidak bisa mengikutinya dan usahanya itu membuahkan hasil. Orang-orang itu hanya diam di depan gang dengan kesal.

Hazel tidak tahu harus pergi ke mana, dia tidak punya arah dan tujuan. Sekarang dia berada di sebuah taman. Hazel kemudian duduk pada kursi kosong yang berada di pinggir taman, kini tatapannya terpaku pada seseorang yang sepertinya dia kenal. Beberapa detik kemudian dia menyadari kemiripan wajah itu dengan dirinya. Dia ingat betul kalau dia tidak memiliki saudara kembar.

Ditatapnya orang itu lekat-lekat, hingga tanpa dia sadari, orang-orang yang tadi mengejarnya berhasil menyusul Hazel. Mereka menunggu gadis itu, memintanya untuk ikut dan masuk ke mobil. Hazel yang merupakan tipikal gadis keras kepala, tentu menolak, tapi lengannya dicengkram kuat oleh salah satu dari mereka. Bahkan Hazel tidak tahu siapa nama mereka.

Dia tidak pernah dilakukan seperti itu oleh ayahnya. Bahkan jika ada orang yang melakukan hal seperti itu pada Hazel dia akan melawannya. Untuk beberapa saat Hazel bersikap tenang, sedangkan pikirannya telah menyusun rencana, sesaat sebelum pria yang mencengkarmnya itu mendorok masuk ke mobil, Hazel meninju wajah orang itu.

Pria yang terkena bogem mentah Hazel terlihat muda dari yang lainnya, sampai-sampai Hazel berpikir mungkin itu hari pertamanya bekerja. Membuat gadis itu sedikit tertawa karena memikirkan kemalangannya.

Kejar-kejaran mulai terjadi lagi. Hazel yang mulai terengah-engah memutuskan untuk masuk subway dengan menaiki sepedanya, sedangkan orang-orang itu masih mengejarnya. Dengan cepat Hazel melompat pada sebuah kereta yang sedang berhenti dan tepat setelah itu, pintu tertutup.

Orang-orang yang mengejarnya hanya terdiam melihat Hazel pergi, membuatnya melambaikan tangannya dengan kegirangan. 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top