Prolog

“Seandainya aku mendengarkan apa yang kau katakan.”
-Princessa Aurelia

*****

“Nar, di mana? Gue udah di taman yang kemarin nih,” seru seorang gadis dengan rok berwarna biru itu pada ponsel yang berada di telinganya.

Oke, bentar lagi gue sampe, kok,” sahut orang di seberang sambungan.

“Siap, gue tunggu!” ucapnya sambil memutuskan sambungan.

Tidak lama setelah sambungan berakhir, seorang gadis lainnya dengan seragam yang tidak jauh beda dengannya datang dengan napas tersengal. Dan bukan hanya seragam mereka yang sama, namun wajah mereka juga terlihat sama, mereka adalah kembar identik.

“Udah yuk, langsung aja tuker seragam.” Gadis yang baru datang itu langsung menarik tangan kembarannya ke arah toilet umum yang terletak tak jauh dari tempatnya berdiri.

Mereka tidak perlu menukar seluruh seragam yang sedang mereka kenakan, karna yang berbeda dari seragam mereka hanyalah badge pada bagian saku di dada. Sepasang kembaran itu lalu mematut diri mereka di depan kaca yang tersedia di dalam toilet tersebut.

“Lo serius mau ngelakuin ini, Cess?” tanya seorang gadis sambil menatap ke arah kembarannya yang sedang sibuk dengan dasinya, Queenara Angela.

Gadis bernama Princessa Aurelia atau yang biasa disapa Cessa itu menoleh dan memberikan senyuman. “Lo mau ketemu Papa, kan? Cuma ini satu-satunya jalan, Nar. Lo masih inget perjanjian tidak tertulis mereka yang gak ngebolehin kita ketemu satu sama lain, kan?”

Nara menghela napas panjang, tentu saja dia ingat perjanjian yang membuat dirinya tidak dapat bertemu dengan Papa-nya sejak empat tahun yang lalu. “Iya, gue inget. Tapi kali aja mereka udah berubah pikiran dan ngebolehin gue ketemu Papa dan lo ketemu Mama,” ucap Nara, berharap akan adanya keajaiban.

Cessa merengkuh bahu kakak kembarnya dan menatapnya tepat di netra coklatnya. “Sekarang, besok atau sampe kapanpun mereka gak akan berubah, Nar. Lo yang paling tau gimana keras kepalanya mereka.”

“Iya, tapi—“

“Udah, ayo berangkat ke sekolah, siniin tas sama hape lo,” potong Cessa yang tak mau mendengar perkataan Nara lagi dan merebut tas serta ponsel milik Nara. “Karna sekolah lo agak jauh dari sini, jadi gue harus berangkat sekarang biar gak telat. Kelas IX-2, kan?” tanya Cessa.

Nara mengangguk. “Iya, kelasnya di lantai tiga paling pojok. Inget, jangan ngobrol sama siapa-siapa dan jangan cari gara-gara kalo gak mau ketahuan!” Nara memperingatkan Cessa.

Cessa melakukan gerakan hormat pada Nara. “Yes, Ma’am! Gue jalan dulu yah, dah!”

Baru beberapa langkah Cessa berlari, Nara kembali menghentikan langkah adik kembarnya tersebut. “CESSA!! LO KELAS BERAPA?” teriak Nara.

Mendengar teriakan Nara, Cessa berhenti dan membalikkan tubuhnya. “IX-2 DI LANTAI TIGA PALING POJOK!” teriak Cessa sambil berlalu.

Nara terdiam mendengar jawaban Cessa, barusan gadis itu meneriakkan kelasnya atau mengkonfirmasi kelas Nara? Nara lalu mengambil ponsel Cessa yang sudah berpindah tangan kepadanya yang mengetik pesan kepada kembarannya tersebut. Nara tak ingin jika nanti disangka amnesia sampai melupakan letak kelasnya sendiri. Membayangkan kemungkin tersebut saja membuat Nara bergidik ngeri. Sinetron banget.

TBC

Hellooo....  aku datang lagi nih sama project baru (padahal project yang ada aja belum kelar) huhuhu 😂😂 Maklum ide lagi banyak ngalir dan sayang kalo gak dituangkan jadi karya seperti ini, tapi aku memprioritaskan cerita aku yang FRIENDS itu kok, dan cerita ini bakalan slow update.

Kira-kira ada yang suka cerita dengan genre drama gak, sih? biar nanti kita meweknya barengan.

Thanks a lot for coming, yah 😄😄

Jekardah, November 30th, 2017
Lotta love,
O-Queen ❤

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top