Bab 48 "Kembali Ke Tempat Yang Seharusnya"

"Sekarang, rebut kembali hak kursi Putra Mahkota Kerajaan Quon. Jadilah raja yang tangguh dan peduli pada rakyat."

Perkataan dari Pemimpin Pasukan Kerajaan Qing mengganggu pikiranku. Ia dan pasukannya sudah kembali setelah matahari akan tergelincir ke barat. Namun hawa berat dan suara Jendral Gong saat mengatakan hal itu masih terbayang, tidak membiarkanku tenang seperti dua puluh anggota Black Lotus Assassin yang tersisa setelah pertempuran.

Tidak, mereka juga tidak tenang. Kehilangan separuh dari teman seperjuangan kalian tidak akan membawa ketenangan.

"Tuan Sky." Seorang pria berambut hitam yang diikat tapi sebagiannya dibiarkan tergerai hingga bahu berdiri di pintu tenda. Namun, ia langsung membungkuk setelah memanggilku. "Maafkan saya! Seharusnya saya memanggil Anda Pangeran Pertama Quon, Yang Mulia Pangeran Fengying!"

Aku tersenyum melihat tingkah pengawalku itu. Ping, pemuda yang baik dan sangat patuh pada orang yang berkedudukan di atasnya. "Tidak apa-apa, Ping. Sky juga adalah namaku." Aku membalas Ping. Pengawal yang terus mengikutiku itu kembali berdiri tegak.

"Ada apa, Ping? Mengapa kau masuk ke tendaku?" Kedatangannya kesini pasti ada tujuan tertentu. Sama seperti kebiasaannya di desa dahulu. Ia hanya akan masuk ke kediamanku saat ada kabar atau perintah dari para tetua.

"Mayat para anggota Black Lotus Assassin sudah dibersihkan. Kita harus menggelar upacara terakhir untuk mereka, Tuan." Ping menjawab. Upacara terakhir, melakukan pengkremasian kepada para pejuang yang gugur sambil diiringi mantra-mantra oleh para tetua. Aku bukan salah satu dari para tetua desa, dan aku tidak menguasai mantra-mantra yang dibacakan saat melakukan upacara. Lagipula, upacara itu dihadiri oleh keluarga para pejuang, yang artinya mereka harus dibawa ke Desa Hutan Terlarang terlebih dahulu.

"Apa gerobak-gerobak yang kita pakai untuk mengelabui penjaga kota masih ada?"

"Gerobak itu masih berada di bukit." Ping menjawab, kemudian bertanya padaku. "Untuk apa gerobak itu, Tuan?"

"Kita harus melakukan ritual di desa." Aku menjawab. "Bukankah upacara itu harus dipimpin para tetua dan dihadiri keluarga para korban?"

"Baiklah jika itu keinginan Anda, Tuan. Saya akan memberitahukan kepada para ketua elemen. Apa ada yang perlu Tuan sampaikan lagi?"

"Sebentar, aku perlu berpikir."

Sekarang, kandidat terkuat Putra Mahkota Quon adalah Feng— aku. Feng berhak mendapatkan gelar itu karena ia adalah anak pertama dari Yang Mulia Raja. Namun aku— Feng, sudah hilang selama bertahun-tahun dari Kerajaan. Yang Mulia Raja pasti tak tinggal diam, ia pasti menyelidiki hilangnya Feng dari istana. Selama ini, dari pihak Quon hanya Wei saja yang mengetahui bahwa aku masih hidup. Keinginannya yang kuat untuk menjadi Putra Mahkota pasti mencegahnya untuk mengabari Raja bahwa aku masih hidup.

"Tuan?" Ping bertanya.

Jika Raja tidak mengetahui bahwa aku masih hidup, maka aku harus menunjukkan wajah Feng yang asli yang tidak tertutup jurus penyamaran. Namun, apakah ia akan langsung percaya padaku? Aku harus memiliki buktinya.

"Tuan?" Kali ini Ping sedikit mengeraskan suaranya. Aku tidak menjawabnya, karena aku sedang memikirkan kemungkinannya.

Ah, benar juga! Bukankah para anggota Black Lotus Assassin yang tewas akan dibawa ke desa? Aku akan memerintahkan orang yang pergi ke desa untuk membawakan bukti-bukti pengkhianatan Wei pada Quon. Sekarang, tinggal bagaiamana cara meyakinkan Raja dan para petinggi Quon.

Setelah sekian menit keheningan, Ping bertanya. "Apa yang Anda pikirkan, Tuan?"

"Merencanakan langkahku selanjutnya." Aku menjawab Ping.

"Bagaimana, Tuan? Untuk pelaksanaan upacara terakhir?"

"Separuh anggota kita sekarang akan mengirimkan jenazah para anggota kita ke desa. Biar para tetua yang mengurus upacara itu," jawabku.

"Baik, Tuan."

"Jangan lupa bawakan kepadaku bukti-bukti pengkhianatan Pangeran Wei terhadap Quon yang ada di kediamanku setelah kalian pergi ke desa."

"Baik, Tuan." Ping membungkuk sebentar kemudian ia bangkit. Pengawalku itu pergi.

***

Tiga hari telah berlalu.

Kelompok yang pergi ke desa untuk mengirimkan jasad para anggota Black Lotus Assassin yang tewas sudah kembali lagi ke perbatasan antara kota Yue Ming dan Ibukota.

Sepuluh orang yang tidak ikut ke desa, bertahan dengan cara berburu hewan di sekitar bebukitan. Tidak terlalu banyak hewan yang didapatkan, kami semua menggunakan bahan makanan yang kami bawa sebagai penyamaran untuk dimasak. Kini, setelah semuanya berkumpul lagi, kami akan berangkat ke Ibukota, tepatnya menuju Istana Kerajaan.

"Siapkan satu gerobak untuk mengangkut jasad Pangeran Wei." Aku memberi perintah. Dengan sigap, para anggota Black Lotus Assassin menyiapkan hal itu. Tubuh Wei dimasukkan ke dalam gerobak yang pernah dipakai untuk mengantarkan mayat para anggota Black Lotus Assassin ke desa.

Walau bagaimanapun juga, Wei adalah anggota keluarga kerajaan, dan dia adalah adik dari Feng. Hanya ini yang bisa kulakukan untuk menghormati orang yang pernah menjadi musuhku itu.

Aku menyentuh gerobak yang digunakan untuk mengangkut jasad Wei. Kumasukkan gerobak itu ke dalam Cincin Ruang Dimensi untuk mempermudah perjalanan. Di Ruang Dimensi masih gersang dan hancur, tapi setidaknya masih bisa dipakai untuk menyimpan sesuatu. Kami pun berangkat.

Melewati hutan yang tidak selebat Hutan Terlarang benar-benar mempercepat pergerakan. Apalagi hutan perbatasan antara Yue Ming dan Ibukota Quon tidak dipenuhi oleh monster. Hanya dengan jurus peringan tubuh tingkat dasar, kami semua sudah sampai di tempat ramai di pusat Kerajaan Quon, Pasar Ibukota.

"Istana hanya berjarak beberapa ratus meter lagi. Kita harus hati-hati." Aku memberi perintah kepada dua puluh anggota yang mengikuti.

Jalan menuju istana dipenuhi oleh orang yang lalu lalang berkegiatan di pasar. Ditambah kios-kios yang berjejer di setiap sisi jalan, mengikis area yang dapat dilewati orang. Beberapa kereta kuda yang melintas semakin memperparah kemacetan jalan.

Semua kios yang ada di pasar dikerumuni oleh pelanggan, terutama oleh para wanita. Di kios yang menjual sayuran, seorang wanita sedang beradu mulut dengan sang pemilik kios. Mengingatkanku kepada ibu yang suka menawar hingga harga termurah. Walau ramah, ibuku kejam saat menawar barang.

"Aah, kol ini sudah agak membusuk! Seharusnya lebih murah lagi!" Sang wanita memegang kol yang ditaruh di meja tempat sayuran. "Tiga koin perak! Hanya untuk sayur yang sudah tidak layak?"

"Nona, di bagian timur Kerajaan, pusatnya kebun sayuran, sedang mengalami gagal panen." Penjual sayur itu menjawab keluhan sang pembeli dengan sabar. "Tiga koin perak adalah harga yang cukup murah untuk sayur yang kami jual ini yang biasanya adalah lima koin."

Dasar, dunia kuno dan dunia nyata sama saja.

Pemandangan kios dan kedamaian berubah menjadi dinding tinggi besar yang menjulang. Tidak perlu waktu lama untuk mencapai Istana Quon yang merupakan jantung kerajaan ini.

Tunggu. Mengapa ada banyak pemanah ditempatkan di atas dinding istana? Apa mereka sudah mengetahui kedatangan kami?

"Berhenti disitu, Pemberontak! Atau kami akan menembaki kalian!"

_______________________________

Dari kemaren Oryza dilema mulu deh. Emang labil orang yang satu ini😂.

Bogor, Selasa 28 Maret 2023

Ikaann

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top