Bab 41 "Dukungan"
Asap membumbung tinggi ke langit. Api membakar habis kayu yang telah disusun sedemikian rupa sebagai tempat untuk pengkremasian mayat-mayat yang sudah membusuk. Orang-orang di desa berkumpul di lapangan belakang rumah Tuan Qui. Melantuntan mantra mengiringi upacara terakhir bagi para pejuang.
Aku meneteskan air mata. Mereka, para anggota Black Lotus Assassin, berjuang mati-matian untuk memenuhi perintah dari Dewa Pengetahuan. Seminggu yang lalu, pertempuran pecah di pedalaman Hutan Terlarang. Banyak korban berjatuhan. Kini, di hari ketujuh setelah perang, upacara pelepasan jasad para anggota Black Lotus Assassin digelar. Upacara terakhir, karena sebagiannya sudah dilakukan di hari-hari sebelumnya.
Salah satu tetua desa memimpin upacara pengkremasian. Ia memandu warga untuk melantunkan mantra kepada para pejuang yang telah gugur. Aku hanya bisa diam, tak kuat mengikuti. Tangisan dari orang tersayang para anggota Black Lotus Assassin menimbulkan kesedihan yang kentara. Apa yang bisa kau lakukan sekarang, Oryza? Bukankah kultivasimu di Langit Tahap Satu? Mengapa kau tak bisa berbuat apapun kepada para bawahanmu yang telah meninggal?
Setelah beberapa waktu berlalu, pembacaan mantra telah selesai. Lantunan mantra doa digantikan dengan tangisan yang semakin jelas.
"Tuan Sky, mohon berikan sepatah dua patah kata kepada para warga. Mereka membutuhkan Anda." Tetua yang memimpin upacara mmeyelesaikan pembacaan mantra. "Saya mohon, Tuan."
"Tidak. Aku tidak bisa, Tetua." Aku menunduk, menghindari tatapan sang tetua.
"Jika bukan Anda, siapa lagi yang bisa?"
"Baiklah." Tidak ada pilihan lain. Sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas segala yang terjadi, aku harus mengatakan sesuatu.
Aku maju selangkah. Menatap satu persatu warga yang pipinya sudah basah dengan air mata. Keadaan menjadi hening. Tidak ada suara selain dari api yang terus melahap kayu hingga menjadi abu.
"Warga Desa Hutan Terlarang." Para warga menatap ke arahku dengan mata yang berlinang. Kumohon, jangan tatap aku. Tolong jangan bawa kesedihan yang sama. Aku tidak mampu lagi. Rasa bersalah menggenggam hatiku.
Kau harus tetap bertanggung jawab, Oryza. Kau adalah penyebab mereka meninggal.
Jantungku berdegup kencang. Gemetar, seluruh tubuhku bergetar menahan gejolak kesedihan yang siap keluar melalui mata. Namun semuanya harus diberi balasan. Aku sedang menghadapi balasan dari apa yang telah kuperbuat.
"Para pejuang telah gugur, membela tujuan mulia perintah dari Yang Mulia Dewa Pengetahuan." Bah, tujuan mulia apanya? Hanya tujuan egoismu untuk memenuhi perjanjian dengan Kakek Jun. Kau katakan itu tujuan mulia?
"Maafkan aku, atas segala yang terjadi. Aku pantas dihukum karenanya." Aku menjatuhkan pedang, menimbulkan bunyi kelontang keras di tanah. Aku berlutut ke hadapan puluhan warga yang menyaksikan upacara terakhir bagi para anggota Black Lotus Assassin. Tangisan yang sedari tadi kutahan lolos begitu saja.
"Tuan? Apa yang Anda lakukan?"
"Jangan lakukan itu, Tuan."
"Tuan janganlah bersedih."
Perkataan para warga semakin membuatku merasa bersalah. Mengapa aku tidak pantas melakukan ini? Bukankah ini harus kulakukan?
Aku memungut pedang yang tadi kujatuhkan. Pedang legendaris dari Ruang Dimensi Kakek Jun. Setidaknya, elemen cahaya di pedang ini bisa menebus dosa-dosaku.
Ampuni aku, Tuhan.
"Jangan jadikan kematian para anggota Black Lotus Assassin sia-sia, Iza."
Kakek Jun?
"Lepaskan semua rasa bersalahmu dan berjuanglah. Hanya itu satu-satunya cara untuk menebus kegagalanmu."
Ya. Berjuang. Hanya itu yang bisa menebus kesalahanku. Jangan buat pengorbanan mereka sia-sia. Mengakhiri hidup bukanlah cara penyelesaian masalah. Ganjaran atas setiap perbuatan akan diberikan di Alam Baka, dan aku tidak akan lolos dari itu.
Tanganku kehilangan kekuatan. Pedang yang keras-keras kugenggam jatuh begitu saja di tanah.
"Anda baik-baik saja, Tuan?" Tetua yang tadi memimpin upacara pengkremasian bertanya. Ia berdiri selangkah di sisiku.
"Aku tidak tahu," balasku seadanya.
Mendadak keadaan menjadi ramai. Dua orang penting telah keluar dari kediaman paling besar di desa. Tuan Qui dan Tetua Luo, mereka berdua berdiri di hadapanku yang masih berlutut.
"Ada apa ini, Tuan?" Tetua Luo menjatuhkan diri ke tanah, mensejajarkan posisi denganku. Di belakangnya, ada Ping yang berdiri tegak. Ah, sepertinya ia yang telah memanggil Tuan Qui dan Tetua Luo ke sini.
"Tuan Sky, apa yang terjadi?" Tuan Qui mengerutkan dahi. Ia bertanya dengan nada yang sama dengan Tetua Luo, nada tinggi penuh keprihatinan.
"Tidak. Aku tidak layak menjadi pemimpin Black Lotus Assassin." Remaja labil sepertiku memegang ratusan nyawa yang telah menyatakan kesetiaan kepadaku. Kini, serikat yang kupimpin itu hanya tersisa sedikit anggota karena kejadian minggu lalu. Ketua macam apa aku yang tidak bisa melindungi bawahannya? Pemimpin egois yang mengorbankan orang lain untuk kepentingannya sendiri.
"Selain Anda, siapa lagi yang layak untuk memegang posisi itu, Tuan?" Tuan Qui menatapku dengan mata sayunya. Ia menggeleng, gerak tubuh yang berarti 'tidak'. "Tidak ada."
"Hanya Anda yang mendapat berkah besar dari Yang Mulia Dewa Pengetahuan secara langsung." Tetua Luo berkata. Tangannya yang mulai dipenuhi keriput memungut pedang yang kujatuhkan. Ketua Serikat Dagang itu memegang pedang dengan kedua tangan. Tangan kanannnya menyangga gagang pedang, sedangkan ujung tajam pedang elemen cahaya itu ditopang tangan kiri. Tetua Luo membentangkan pedangku secara horizontal.
"Aku telah bersalah. Mengorbankan ratusan orang demi tujuanku sendiri." Hanya satu tujuanku, memenuhi perjanjian dengan Kakek Jun untuk kembali ke duniaku. Hanya tujuan itu.
Tuan Qui berlutut di samping Tetua Luo. "Harus Anda ketahui, perang tidak bisa dimenangkan tanpa korban."
"Kepala Desa benar, Tuan." Tetua Luo menimpali. "Semuanya butuh perjuangan."
"Untuk apa? Bukankah kalian bisa menolak untuk membantuku?" Aku mendongak, menatap mata kedua orang penting yang berada di hadapanku bergantian. Sejak kedatanganku ke desa ini, akun hanya merepotkan mereka saja. Memerintahkan untuk membentuk perkumpulan, dilatih sebagai pasukan, dan bertempur bersama. Bukankah desa ini masih terancam oleh keberadaan monster dan hewan buas Hutan Terlarang? Mengapa mereka menuruti begitu saja?
"Kami semua adalah pelayan Yang Mulia Dewa. Kami harus membantu untuk mencari artefak Dewa Kegelapan yang telah hilang." Tuan Qui menjawab. "Bukan hanya untuk membantu Anda, tapi patuh kepada orang yang telah membuat kami seperti ini, Tuan."
"Tugas kami untuk melayani orang pilihan-Nya. Anda merupakan orang itu." Tetua Luo menundukkan kepala, setengah membungkuk dalam keadaan masih berlutut. Begitu juga dengan Tuan Qui.
"Tetaplah berjuang, Tuan," ucap Tuan Qui.
"Tetaplah berjuang, Tuan Sky!" Semua warga yang berkumpul di lapangan belakang rumah Kepala Desa berseru. Mereka semua melakukan hal yang sama dengan tiga tetua yang sudah berlutut lebih dulu.
"Kalian semua…." Setetes air jatuh dari mataku. Seketika semua rasa bersalah dan sedih menguap begitu saja dari hati. Digantikan gejolak senang dan semangat yang membara. Mereka semua masih menerimaku bahkan setelah ratusan nyawa melayang. Sebegitu setianya mereka.
"Genggam pedang ini dengan erat, berdiri tegaklah di hadapan kawan. Tunjukkan ketangguhan di depan lawan, hancurkan mereka dengan keyakinan." Sang Kepala Desa mengucapkan petuah. Ya, tidak ada alasan lagi untuk mundur sekarang.
"Terima kasih." Aku mengambil pedang yang Tetua Luo serahkan. Aku bangkit, berdiri tegak di hadapan orang-orang yang selalu mendukung di setiap keadaan.
Kuangkat pedang elemen cahaya di tanganku. Sudah waktunya untuk kembali berjuang. "Sekarang atau tidak sama sekali, kita harus bangkit!"
___________________________________
Hallo semuanya!
Gak kerasa ya udah part 41 lagi...
Daaann, kabar baiknya, sekarang The Trash Prince sudah 1K reads lho. Seneng banget deh.
Disini, Author mau ngucapin terima kasih ke semuanya yang telah mendukung cerita ini. Yang vote, yang comment, yang ngerekomendasiin cerita ini, atau yang membaca cerita ini. Makasih banget pokoknya. Terus dukung Oryza dan Author yaa. Happy reading, Readers!
Bogor, Jumat 24 Februari 2023
Ikaann
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top