Bab 38 "Terungkap"
"Kau adalah Oryza Sky, ketua dari Black Lotus Assassin. Murid dari Dewa Pengetahuan."
Tidak, ini tidak mungkin. Penyamaranku sudah terbongkar. Tapi, bagaimana bisa Wei mengetahui hal itu? Apalagi ia tahu nama lengkapku.
"Tidak usah takut begitu, Iza." Sang Pangeran Kedua menjeda ucapannya. "Atau kusebut kau 'Tuan Sky'?"
Sial. Ia sudah tahu sedalam itu tentang diriku. Pantas saja ia tak panik saat pasukannya tinggal tersisa sedikit. Namun bukan berarti aku takut. Level kultivasiku adalah Bumi Tingkat 9. Melawan orang berkultivasi lebih rendah dariku tak akan membuatku gentar.
Aku menetralkan keterkejutanku. Dengan tenang, aku membalas ucapan Wei. "Walaupun kau mengetahuinya, belum tentu kau menang melawanku, Pangeran Kedua."
"Kau meremehkanku, Iza." Wajah Wei seketika memburam. Senyum di wajah tegasnya luntur akibat amarah yang membara karena diremehkan. "Kau harus merasakan senjata legendaris ini, Pedang Naga Empat Elemen." Sang Pangeran Kedua Quon mengangkat pedang yang ia genggam. Logam berukiran naga itu mengkilat saat terkena cahaya api yang menyala dari kerusuhan. Kilauan empat warna menguar dari pedang legendaris Sang Pangeran. Merah, abu-abu, coklat, dan biru. Warna keempat elemen dasar.
"Kau juga harus merasakan serangan mantan bawahanmu, Jendral." Aku melapisi pedang yang kubuat dari elemen logam ini dengan aura elemen daun, menjadikan pedang ini sebagai media jurus-jurus elemen daun yang kukuasai.
Aku menyabet perut Sang Pangeran, tapi ia sigap menangkisnya dengan Pedang Naga Empat Elemen. Dentingan keras langsung tercipta saat dua logan tajam berbenturan.
"Kau bukan orang sembarangan, Iza." Wei tersenyum di tengah pertarungan.
"Bukankah kau sudah tahu siapa aku, Pangeran?" Kuincar kaki Wei yang kokoh. Lagi-lagi, Pangeran Kedua Quon itu berhasil mengelak dengan cara melompat. Sebuah bola api meluncur dari bilah tajam pedang legenda. Sontak, serangan mendadak dari Wei membuatku terpaksa mundur beberapa langkah.
Wei menurunkan pedangnya hingga hampir menancap di tanah. Ia tersenyum miring meremehkan. "Menguasai elemen daun yang spesial, tetapi tak berguna melawan elemen api dariku."
"Oh, ya?" Aku mengacungkan pedang yang terbuat dari elemen logam ini pada Wei. "Bagaimana dengan ini?"
Puluhan kelopak bunga yang tajam meluncur ke arah Sang Pangeran Kedua. Ia kewalahan menghadapi serangan elemen daun yang menurutnya tak berguna itu. Tangan Wei terus menggerakkan pedang legendaris berkekuatan empat elemen itu. Helaian daun tajam yang kuluncurkan langsung terbakar menjadi abu.
Ini kesempatan yang bagus.
Aku duduk di tanah yang hampir hangus ini, bersila seperti akan berkultivasi. Kedua tangan menyatu di depan dada. Aura elemen daun yang berwarna hijau seketika menguar ke seluruh tubuhku. Di tengah munculnya aura daun, sebuah bunga lotus raksasa timbul dari bawah tanah tempatku duduk, menjadi alas.
"Seribu Kelopak Lotus!" Kelopak bunga lotus yang berwarna merah muda langsung meluncur kencang ke arah Wei yang masih disibukkan dengan helaian daun yang menyerangnya. Mata Sang Pangeran Kedua membelalak. Ia melompat tinggi untuk menghindari serangan lanjutan dariku. Namun itu percuma, kelopak lotus yang kuluncurkan bisa kukendalikan sesuai keinginan.
"Sial! Elemen daun bodoh!"
Kerepotan dengan ratusan kelopak lotus, Wei membuat perisai api di sekelilingnya. Semua kelopak lotus yang kuluncurkan terbakar api yang mengelilingi sang pangeran.
"Langkah yang bodoh!" Aku mengganti aura pedang menjadi aura elemen logam. Puluhan bilah logam yang tajam menembus perisai api yang berbentuk setengah bola.
"Aargh!" Teriakan kesakitan menjadi pertanda bahwa sang pencuri artefak telah meninggal. Aku telah menang.
"Ugh!"
Aku terpelanting menabrak pepohonan Hutan Terlarang. Sakit langsung menggerayangi punggung yang bersentuhan langsung dengan pohon.
Apa yang sebenarnya terjadi?
"Kau masih lemah, Iza."
Suara itu bergema di pedalaman hutan yang hampir terbakar. Musuhku masih belum kalah. Ia masih hidup.
Sang Pangeran Kedua melayang di langit malam yang terang karena bulan purnama. Di tangan kanannya sebuah energi hitam berkumpul pekat yang langsung dijatuhkan ke bawah– ke arahku.
Aku berguling ke kiri, menghindari serangan dari Wei. Energi hitam yang diluncurkan Wei meleset ke sebuah pohon yang langsung busuk seketika.
Kekuatan apa itu?
Energi hitam kembali menghujani daerah tempatku berpijak. Kualirkan energi qi ke kaki, menggunakan jurus qing gong untuk menghindar. Serangan Sang Pangeran masih meleset ke pepohonan yang kini sudah tak berbentuk. Aku menaiki pohon, menatap sang Pangeran Kedua yang sedang melayang di langit.
Hitam. Kegelepan. Wei menggunakan kekuatan artefak Dewa Kegelapan.
Aku mengeluarkan energi elemen logam ke sekujur tubuh. Armor full plate menyelimuti seluruh tubuhku kecuali bagian mata, hidung, mulut, dan telinga.
"Percuma saja, Iza. Baju besimu akan hancur saat terkena kegelapan!" Puluhan energi hitam berbentuk bulat melayang cepat. Aku berpindah ke pohon lain, menghindari energi hitam yang bisa membuat tubuh menjadi busuk seketika. Pangeran sekaligus jendral itu terus membombardir hutan dengan energi dari artefak. Sudah puluhan pohon membusuk akibat serangannya. Bahkan, beberapa tubuh prajuritnya dan pasukanku ada yang membusuk. Ia sudah gila.
Jika seperti ini terus, aku akan segera kehabisan tenaga. Sedangkan Wei masih hidup dengan tenang. Aku harus melawan.
Aku mengalirkan energi qi ke seluruh tubuh. Perisai Qi, perlindungan yang hanya bisa dibuat oleh orang berkultivasi Bumi ke atas saja. Cahaya kelabu keluar setelah energi qi menyelimuti tubuhku. Elemen angin, untuk terbang menuju sang pencuri artefak yang masih hidup setelah terkena seranganku.
"Wei! Akan kuakhiri kau sekarang!" Aku berseru kencang. Angin yang tercipta mengangkatku terbang. Kini, aku dan Wei terbang sejajar.
"Apa kau yakin, Iza?" Sang Pangeran Kedua Quon itu mengangkat pedang legendaris yang memiliki kekuatan empat elemen. Aura hitam sudah mengelilingi Pedang Naga Empat Elemen itu.
"Logam." Sebuah pedang kugenggam dengan tangan kanan. Kualiri logam yang baru kubentuk dengan kekuatan cahaya. Cahaya akan melawan kegelapan.
"Matilah kau!" Wei mendekat dengan kecepatan luar biasa.
Aku menyilangkan pedang yang telah dialiri cahaya. Energi qi yang telah berubah menjadi perisai langsung bersinar terang. Namun Wei tidak ragu untuk menghantamkan pedangnya.
"Percuma!" Wei berseru.
Tidak. Perisaiku pecah?
Energi qi yang telah berubah menjadi perisai hancur berkeping-keping seperti kaca yang terkena pukulan. Wei menebaskan pedangnya ke baju besiku. Bunyi kelontang keras bergema di langit. Energi hitam dari pedangnya melumat perisai besi yang kubuat. Aku jatuh ke tanah dengan kecepatan tinggi.
"Aarrggh!" Sekujur tubuhku remuk. Terjatuh ke tanah tanpa alas. Aku kehabisan tenaga. Dantian milikku kosong tanpa ada energi qi sedikitpun. Semua jurus yang kukeluarkan telah hilang. Termasuk Jurus Kamuflase yang mengubah wajahku.
"Fengying? Itukah kau?"
Wei sudah mengetahui siapa aku sebenarnya.
"Cepat selamatkan Tuan Sky!" Puluhan pasukanku yang masih hidup mengelilingiku. Mereka semua menggumamkan sesuatu yang kuduga adalah salah satu jurus yang memerlukan perapalan di gulungan legenda milik Kakek Jun.
"Berpindah!" Seru anggota Black Lotus Assassin kompak. Cahaya putih langsung menyinari kami semua.
Aku gagal. Musuhku masih hidup. Wei benar, aku masih lemah.
__________________________________
Duuh... Kasian ya Oryza...
Bogor, Senin 13 Februari 2023
Ikaann
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top