Bab 34 "Pengungkapan"

Hutan Terlarang tidak semenyeramkan saat pertama kali aku ke tempat yang terkenal penuh monster ini. Entahlah, kegelapan hutan tidak membuatku takut. Tentu saja sekarang aku mempunyai kekuatan besar. Siapapun yang berani menyerangku, aku tak segan untuk meremukkan tulang-tulangnya.

Akar pepohonan mencuat saat aku menggunakan esensi kekuatan tanah, yaitu kehidupan, penopang, dan penunjuk arah. Berpadu dengan elemen daunku, akar itu mengarah ke bagian timur hutan, lokasi desa Hutan Terlarang berada. Jurus Peringan Tubuh menjadi andalanku saat hendak bepergian jauh. Pepohonan di hutan ini mempermudah pergerakan dimana aku tinggal melompat dari satu dahan ke dahan lain.

Setelah sekian menit aku berlari, susunan bambu yang digunakan sebagai gerbang berdiri kokoh dapat terlihat jelas. Beberapa orang berjaga di sekitar gerbang. Mereka semua memakai baju besi. Di pinggang mereka, sudah menggantung senjata yang akan digunakan saat melihat ancaman.

"Tuan Sky?" Aku menjejakkan kaki tepat di depan para penjaga gerbang. Mereka mengacungkan pedang ke arahku. Namun sedetik kemudian memasukkannya kembali ke sarung di pinggang.

"Maafkan aku karena muncul tiba-tiba." Aku menggunakan jurus penekan aura, hingga para penjaga tidak dapat merasakan hawa kedatanganku. Wajar saja, aura orang berkutlivasi tinggi sulit dideteksi oleh orang yang lebih lemah.

"Anda memang murid dari Yang Mulia Dewa Pengetahuan." Mereka semua membungkukkan badan sedikit ke arahku.

"Sudahlah." Aku mengangkat tangan kananku, kode agar mereka berdiri tegak. "Kembali ke tempat kalian. Aku akan menemui Kepala Desa."

"Baik, Tuan Sky!" Penjaga yang berjaga di gerbang kembali ke tempat mereka masing-masing.

Aku kembali melangkah, masuk ke gerbang pembatas hutan dan area desa. Jajaran rumah kayu beratap daun kelapa tidak berubah semenjak aku pergi ke Ibukota Quon untuk menjalankan misi. Tidak  terlalu banyak orang yang berlalu lalang di desa ini. Sebagiannya sudah kulantik menjadi anggota Black Lotus Assassin dan Serikat Dagang. Aku khawatir jika desa ini tidak dihuni banyak orang, maka monster hutan akan mudah menyusup. Bahkan, bisa saja ada kerajaan tertentu yang menghancurkan kehidupan yang damai di desa ini. Seperti kedatangan Wei dan pasukannya ke desa timur Hutan Terlarang beberapa waktu lalu.

Aku telah sampai di rumah besar yang dipenuhi penjaga berbaju besi. Mereka langsung menghampiriku dan melakukan salam hormat sambil membungkuk.

"Salam, Tuan Sky." Serentak mereka mengucapkan salam.

"Bangkitlah." Mereka kembali berdiri tegak.

"Kepala Desa sudah menunggu di dalam, Tuan." Salah seorang penjaga berucap.

"Ya. Aku akan menemuinya."

Para penjaga kembali ke tempat mereka. Aku mendekati pintu ganda yang langsung dibukakan oleh dua orang yang sedang berjaga di pintu. Aku melenggang masuk, menghampiri sang pemilik rumah yang sedang duduk di kursi khusus untuk pemimpin desa ini.

"Salam, Kepala Desa Hutan Terlarang, Tuan Qui." Aku meletakkan tangan kanan di dada, membungkuk ke arah Tuan Qui yang menatapku sendu.

"Anda tak usah merendah seperti itu, Tuan Sky."

Aku bangkit, berdiri menghadap ke orang yang duduk di kursi besar.

"Anda adalah orang yang harus dihormati." Aku membalas ucapan Tuan Qui.

"Duduklah, Tuan. Ada hal yang ingin kusampaikan." Aku duduk di kursi terdekat dengan Tuan Qui.

"Aku juga akan menyampaikan hasil penyelidikan beberapa bulan terakhir."

"Begini, Tuan. Beberapa waktu lalu, Pangeran Weiheng dari Kerajaan Quon datang ke desa untuk mencari Pangeran Feng."

"Aku sudah mengetahuinya dari surat Anda, Tuan," balasku.

"Bukan hanya itu, Pangeran Wei dan pasukannya menggeledah seluruh rumah di desa demi mencari Pangeran Pertama." Tuan Qui menjelaskan. Pantas saja dia memintaku untuk menyiagakan satu bayanganku di desa. Ternyata Wei sudah bertindak sejauh itu demi mencari kakaknya.

Tuan Qui melanjutkan. "Kami tidak bisa melawan pasukan kerajaan. Kami kalah jumlah, dan jelas jendral seperti Pangeran Wei bukan tandingan warga desa."

Perkataan Tuan Qui membuatku merenung. Apa mengambil setengah total pria dan dua puluh wanita di desa Hutan Terlarang ini terlalu banyak? Demi kepentingan pribadiku, warga desa terkena dampaknya. Bisa saja nanti Wei akan datang ke desa dengan pasukan yang lebih besar dan warga desa tak memiliki kesempatan untuk melawan. Apa aku harus membubarkan Serikat Dagang dan Black Lotus Assassin?

"Anda jangan membubarkan perkumpulan kunci kemenangan kita, Tuan Sky." Ia tersenyum ke arahku. Kekuatan membaca pikirannya masih berfungsi ternyata. "Kita sudah semakin dekat dengan kemenangan."

"Rasanya aku seperti menjadi penjahat saja." Mengorbankan warga desa demi tujuanku memanglah tindakan yang egois. Mereka mengikuti permintaanku demi Kakek Jun. Mengapa mereka tidak menolak saja?

"Kami bersedia melakukan perintah dari Yang Mulia Dewa Pengetahuan. Walaupun nyawa yang menjadi taruhannya."

"Mengapa?"

"Bukankah Anda sudah mengetahuinya?" Tentu saja. Warga desa mendapatkan pengetahuan dari Kakek Jun melalui bimbingan di masa lalu.

"Sekarang, aku ingin mengetahui apa hasil penyelidikan Anda." Tuan Qui menyesap teh yang berada di meja di sampingnya.

"Pangeran Wei mengkhianati Quon dengan membuat perjanjian bersama Jendral Qing, Tuan." Tanpa basa basi, aku mengatakan informasi penting ini.

Ekspresi Tuan Qui tidak berubah. Ia masih tenang meminun tehnya. Apa ia sudah mengetahuinya juga melalui pikiranku?

Tuan Qui menaruh cangkir tehnya kembali di meja.

"Perjanjiannya adalah Qing akan menyerahkan berlian dan emas, Pangeran Wei akan memberikan sumber daya makanan bagi Qing. Selain itu, Pangeran Wei meminta Jendral Qing untuk merekayasa kematian Pangeran Feng."

"Jika Pangeran Wei ingin merekayasa kematian Pangeran Feng, mengapa ia mencarinya di desa ini?" Tuan Qui bertanya. "Apa ia terlibat atas hilangnya Pangeran Feng?"

"Ya, Tuan. Ia melakukan itu demi posisi Putra Mahkota," jawabku.

Tuan Qui menggelengkan kepalanya. "Ternyata perkiraanku benar."

"Selain itu, Jendral Qing itu memerintahkanku untuk melakukan rekayasa kematian."

"Apa?!" Ucapanku yang tadi membuat Tuan Qui terkejut. Alis kelabunya mengkerut. Begitu juga dahinya yang sudah keriput. "Apa Anda sudah punya rencana?"

"Tentu saja sudah, Tuan. Tunggu saja berita selanjutnya."

***

"Apa ini akan berhasil?"

"Kalian meragukan orang yang salah."

Aku dan keempat bawahanku berkumpul di tengah Hutan Terlarang. Tepatnya di lokasi dulu aku diculik dan disiksa. Guratan di pohon belum saja menghilang padahal sudah lebih dari satu tahun. Tali yang digunakan untuk mengikatku masih tergeletak di bawah pohon. Benar-benar tidak ada yang berubah kecuali noda darah yang sudah bersih.

Aku mengeluarkan hanfu penuh darah dari Ruang Dimensi di cincin Kakek Jun. Aku menyentuh batu giok hijau di jari manis, mengalirkan sedikit energi qi hingga baru giok itu bercahaya. Seketika pemandangan di sekitarmu berubah menjadi danau yang dikelilingi banyak pohon berbuah lebat. Sehelai hanfu penuh darah tergeletak di batu di pinggir danau. Aku langsung mengambil pakaian bekas milikku itu. Aku kembali menyentuh giok di cincin Ruang Dimensi. Pemandangan berubah menjadi gelap remang-remang, Hutan Terlarang.

"Anda memiliki cincin ruang dimensi?" Ping bertanya.

"Tentu saja. Ini adalah pemberian dari Dewa Pengetahuan."

"Apa hanfu penuh darah itu bisa membuat rencana kita berhasil?" Ping kembali bertanya.

"Ya, Tuan. Hanfu milik siapa itu? Apa itu benar milik Pangeran Feng?" Bawahan yang lain ikut bertanya.

Aku menaruh hanfu yang kupegang di bawah tali pengikat di bawah pohon. "Ini adalah pakaian milik Pangeran Feng."

"Bagaimana bisa Anda tahu?"

"Karena aku adalah Pangeran Feng itu."

_______________________________

Jangan lupa vote dan comment yaa!

Bogor, Minggu 29 Januari 2023

Ikaann

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top