Bab 27 "Pelayan Kedai"
Sudah kurang lebih satu bulan aku melatih para anggota Black Lotus Assassin yang terbagi menjadi enam kelompok dengan Jurus Pembelah Tubuh. Ditambah aku harus menjadi koki di kedai baru milik Serikat Dagang, total klon yang kubuat ada tujuh. Itu menyebabkan letih luar biasa saat hari telah usai. Untungnya, perkembangan para anggota lebih cepat karena mereka kuberi pil peningkat kultivasi. Tingkat kultivasi mereka sekarang berada di Tahap Berlian. Jadinya aku tak perlu membuat banyak bayangan lagi, demi menghemat tenaga untuk bekerja sebagai pelayan kedai.
Kedai yang telah dibeli oleh Tetua Luo diubah lagi setelah hasil penjualan ramuan cukup memuaskan. Kedai milik Serikat Dagang kini memiliki total sebelas kamar, sembilan untuk penginapan, satu kamar untuk Tetua Luo, dan satu kamar khusus untukku. Di ruang tanah kedai dibuat juga markas untuk anggota Black Lotus Assassin yang ikut denganku sebagai pengawal. Sebagian anggota lainnya kusuruh menyebar ke seluruh Kerajaan untuk mencari informasi. Sisanya kutempatkan di desa untuk berjaga-jaga.
Kedai sudah tutup beberapa menit lalu. Baru sebulan dibuka, kedai lumayan ramai oleh pengunjung. Karedok dan rujak menjadi primadonanya, walaupun banyak juga dari pelanggan yang memesan ayam pengemis, makanan favorit kebanyakan orang disini. Sudah kuduga, makanan itu akan menarik perhatian. Perlahan, kedai akan semakin ramai. Semakin banyak orang, semakin banyak informasi yang bisa didapatkan.
Aku bersiap untuk tidur di lantai tiga tempat kamar besarku berada. Aku menaiki tangga menuju ke lantai tiga, tempat kamarku berada. Kamar Tetua Luo juga ada di lantai ini. Sengaja dibuat berdampingan agar kami bisa berdiskusi setiap saat.
Saat aku hendak masuk ke kamar, seorang tetua pemimpin Serikat Dagang menghampiriku. Ia tergopoh-gopoh berlari.
"Ada apa Tetua berlari seperti itu?" tanyaku.
"Ada yang ingin aku sampaikan, Tuan Sky." Ia menjawab.
"Mari kita bicarakan di dalam." Aku membuka pintu kamarku, mempersilakan Tetua Luo masuk. "Silakan duduk."
Kamarku di kedai ini luasnya kira-kira 10 meter persegi dengan fasilitas kasur ukuran double, meja persegi ukuran sedang, empat kursi, dapur kecil, kamar mandi dengan kolam kecil, dan satu lemari besar untuk menyimpan peralatan meramu dan bahan-bahan ramuan. Sengaja dibuat luas untuk menampung bahan-bahan ramuan dan peralatan meramu yang butuh ruang yang banyak. Sebenarnya ada tempat di toko ramuan milik Serikat Dagang untuk menyimpannya. Ruang Dimensi Kakek Jun juga dapat dijadikan tempat yang aman untuk menyimpan. Namun, aku tak ingin rahasia dari ramuan buatanku terbongkar. Itu bisa membuat penyamaranku tidak berhasil.
Tetua Luo duduk di kursi di tengah ruangan. Aku mengambil seteko teh yang kupanaskan terlebih dahulu dengan bola api kecil. Kutuangkan teh yang masih hangat ke dua cangkir yang berada di atas meja.
"Beberapa pejabat Quon dan para saudagar mulai membeli ramuan yang telah Anda buat. Kita mulai bisa menyelidiki pelaku pencurian artefak itu." Tetua Luo menyesap teh yang kutuangkan. Jika pejabat Quon mulai membeli ramuan disini, itu akan mempermudah untuk mencari petunjuk. Akhirnya, akan ada titik terang.
"Apa sudah ada keluarga kerajaan yang membeli pil atau ramuan kita?" Aku bertanya. Sesuai pertemuan dengan para tetua desa waktu itu, pelaku pencurian artefak Dewa Kegelapan kemungkinan besar adalah orang yang punya pasukan besar dan kuat. Quon adalah salah satu kerajaan yang dicurigai. Wajar saja aku bertanya begitu, keluarga kerajaan adalah target utama pencarian.
"Belum, Tuan," jawab Tetua Luo, "sejauh ini, baru pejabat menengah ke bawah yang membeli ramuan dan pil toko kita."
"Siapa saja mereka?"
"Kapten dari satuan tentara, Tetua Keluarga Hua, dan beberapa saudagar yang berasal dari kerajaan lain."
"Kapten dari satuan tentara? Di bawah pimpinan siapa dia?" Militer Kerajaan berkaitan erat dengan pencurian artefak. Menyelidiki bawahan dari sang pemimpin merupakan langkah pertama yang bagus.
"Dia adalah Kapten Jingmi, pengawal Pangeran Pertama Quon, Ho Fengying."
Jingmi? Ia masih hidup? Bukankah ia saat itu terluka parah?
"Ia membeli pil penyembuhan karena ia terkena racun saat ada penyusup yang masuk ke Istana Pangeran Feng." Tetua Luo melanjutkan.
"Bagaimana bisa Tetua tahu keadaan Jing—eh, Kapten Jingmi?" Racun yang ada di tubuh Jingmi sama dengan racun yang dulu ada di tubuhku. Beruntungnya aku, Dewa Pengetahuan datang dan menyembuhkanku dari racun itu. Menurut Dewa, racun itu adalah racun yang cukup kuat. Bagaimana bisa Jingmi bertahan dari racun itu?
"Ia datang ke toko ditemani oleh seorang pelayan." Tetua Luo menjawab. "Pelayan itu berkata bahwa Kapten Jingmi perlu ramuan penyembuh yang cukup manjur."
Pelayan itu pasti Xi Jia, pelayanku dulu di Istana Koi. Ia membantu Jingmi agar sembuh dari Racun Teratai Hitam yang membunuh secara perlahan. Kurang lebih kejadian penculikan itu adalah setahun yang lalu. Berarti, aku harus membuat ramuan tingkat tinggi untuk racun itu. Racunnya sudah pasti telah menyebar ke seluruh tubuhnya. Aku harus menolong mereka. Bagaimanapun, Jingmi dan Jia merupakan temanku saat di dunia ini.
"Bagaimana dengan hasil penjualan ramuan kita?" tanyaku.
"Sudah lumayan, Tuan, untuk mengelola kedai dan toko ramuan," jawab Tetua Luo.
"Bagaimana dengan membuka cabang di Kerajaan lain? Bukankah terduga pelaku pencurian itu bukan hanya Quon?"
"Kurasa, dengan penghasilan kita saat ini, hal tersebut masih belum bisa dilakukan." Dasar bodoh, Oryza. Kedai dan toko ramuan baru buka selama satu bulan. Mana ada toko yang baru memulai usahanya langsung bisa membuka cabang di daerah lain, apalagi tempat itu sangat jauh dari toko utama?
"Bodohnya aku, tidak menyadari hal itu." Aku menghembuskan napas.
"Kurasa hanya itu yang dapat kusampaikan. Maaf mengganggu waktu Anda, Tuan Sky." Tetua Luo bangkit, berjalan ke pintu kamar untuk keluar. "Terima kasih."
"Sama-sama, Tetua."
Lelah yang kurasakan setelah bekerja seharian serasa lenyap setelah mendengar kabar bahwa Jingmi sedang terluka parah dan memerlukan ramuan yang cukup kuat. Ia adalah orang pertama yang melatihku di ilmu beladiri sebelum Kakek Jun. Setiap pagi, dia berlatih pedang denganku, dan latihan fisik di taman Istana Koi. Di sela latihan, Jia datang membawa makanan untukku dan Jingmi. Saat yang indah, melupakan keinginanku untuk kembali ke duniaku sejenak.
Aku mengambil tungku ramuan yang berada di lemari bahan ramuan. Beberapa bahan yang efektif untuk mengobati racun kumasukkan ke tungku sebelum diolah. Aku takut, racun itu sudah terlalu menyebar di tubuh Jingmi. Bukan hanya bahan biasa jika untuk menyembuhkan racun yang telah lama bersarang.
Semua bahan ramuan kutaruh di lantai. Sebelum meracik, aku mengambil air dari Danau Qi dan apel di Ruang Dimensi cincin Dewa Pengetahuan. Ini merupakan rahasia mengapa ramuan buatanku lebih manjur daripada ramuan lain. Air Danau Qi sendiri bisa mengobati racun, apalagi dipadukan dengan bahan lain.
Tungku logam bercorak naga itu kuisi air dari Danau Qi. Aku mengeluarkan bola api kecil melayang sebagai pemanas tungku. Menurut gulungan ilmu alkemis dari Dewa Pengetahuan, orang yang hendak menjadi alkemis haruslah berelemen api untuk memanaskan ramuan dengan panas yang cukup dan stabil. Bisa juga dengan api biasa yang bukan dari elemen sang alkemis, tapi hasilnya tidak akan maksimal.
Setelah air agak mendidih, kumasukkan Ginseng Seribu Tahun yang sudah dikupas. Tak lupa beberapa dedaunan berkhasiat kumasukkan ke ramuan setengah jadi ini. Terakhir, beberapa potong apel dari Ruang Dimensi Kakek Jun menjadi pelengkap ramuan. Kuaduk hingga ramuannya berwarna kekuningan. Bola api menghilang, ramuan ini telah jadi. Tinggal menunggu dingin saja untuk dituangkan ke dalam botol keramik.
Saat akan menuangkan ramuan ke botol keramik, seekor burung elang bertengger di jendela yang terbuka. Di kaki sang burung, sebuah kertas diikat kuat.
Siapa yang mengirim burung ini?
Kubuka ikatan di kaki burung, mengambil secarik kertas putih yang kasar. Aku membaca tulisan yang ada di kertas yang dikirim melalui burung ini dengan penuh konsentrasi. Pasti ada berita penting darinya.
Maaf mengganggu Anda, Tuan.
Desa telah didatangi oleh pasukan Quon. Mereka di bawah pimpinan Pangeran Kedua, Pangeran Wei. Saya hendak memberitahu Anda segera, namun tidak ada bayangan Anda di desa. Kedatangan pasukan Quon untuk mencari Pangeran Pertama, Pangeran Fengying yang telah lama hilang.
Saya rasa, Anda harus mengirim satu bayangan Anda ke desa untuk berjaga-jaga, demi mencegah kejadian tak terduga seperti hari ini.
Kepala Desa Hutan Terlarang
Qui
__________________________________
Jangan lupa vote dan comment yaa!❤
Bogor, Kamis, 05 Januari 2023
Ikaann
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top