Bab 19 "Aku Tidak Akan Menyerah!"
"Engh…." Aku membuka mataku. Aku berada di sebuah ruangan yang terbuat dari kayu yang hampir lapuk, berbaring di ranjang kayu yang hanya beralaskan anyaman bambu. Tunggu sebentar, apa aku masih berada di Ruang Dimensi Kakek Jun? Selama berada di Ruang Dimensi, aku belum pernah melihat tenpat ini.
"Rupanya kau sudah bangun, Nak." Sebuah suara membuktikan bahwa aku masih berada di Ruang Dimensi Kakek Jun, karena sang pemilik tepat berada di sampingku.
"Kenapa aku berada disini, Kek? Dan dimana ini?" tanyaku.
"Kau kembali mengalami kebocoran dantian saat menyentuh batu kristal penguji. Batu itu menyedot energi qi milikmu hingga habis, dan dantian-mu rusak karena energi qi milikmu memaksa untuk terus mengalir ke batu." Kakek Jun menjawab. "Kau berada di salah satu rumah yang tak terlihat dari danau."
Pantas saja aku belum pernah melihat tempat ini. Setiap harinya aku hanya berkegiatan di Danau Qi saja, belum pernah ke daerah lain di Ruang Dimensi ini.
"Dantian-ku … bocor?" Aku masih mencerna ucapan Kakek Jun sebelumnya, bahwa dantian milikku bocor setelah menyentuh kristal itu.
"Ya, dan itu berarti kultivasi yang telah kau capai sebelumnya menghilang."
"Apa aku telah gagal?" Kultivasi yang susah payah kulakukan memghilang begitu saja akibat kelalaianku karena tak bisa memutus aliran energi ke batu kristal penguji. Usaha untuk mengalahkan Sang Pencuri Artefak harus tertunda lagi. Kenapa kau tidak mempelajari cara memutus aliran energi, Oryza!?
"Masih ada kesempatan, Nak. Dantian-mu akan kuperbaiki lagi dengan cara yang berbeda." Setidaknya, jawaban dari Kakek Jun bisa membuatku lega karena ada kesempatan. Namun, cara yang berbeda apa yang akan dilakukannya untuk memperbaiki dantian-ku? Bukan lagi dengan menembakkan energi besar padaku?
"Aku telah menyiapkan sebuah pil yang terbuat dari daun Pohon Takdir milik Dewi Takdir, ginseng seribu tahun, bunga lotus Gunung Selatan di Ruang Dimensiku, dan air Danau Qi." Kakek Jun memberikan sebuah botol keramik putih dan sebuah pil dengan motif yang sangat indah.
"Apa ini akan berhasil, Kek?" tanyaku.
"Aku bisa menjamin 100% berhasil, dikarenakan bahan-bahan pil ini sangat langka dan hanya dimiliki oleh Para Dewa saja," jawab Kakek Jun, "minumlah."
Aku dibantu Kakek Jun untuk duduk di atas ranjang kayu yang keras ini. Kuraih botol putih berisi pil yang terbuat dari bahan langka milik Para Dewa. Kumasukkan pil langka ini ke mulutku, lalu kuminum air yang berada di dalam botol keramik. Mendadak, serbuan energi masuk ke dalam tubuhku, padahal aku tidak sedang dalam posisi lotus untuk kultivasi. Perutku yang sedari tadi perih, mulai mereda. Aku memejamkan mata untuk mengendalikan energi yang terus mencoba merangsek ke pusat energi qi, yaitu dantian. Aku menghela napas dan mengembuskannya. Kulakukan itu berkali-kali. Perlahan, energi yang tadi mencoba untuk menerobos ke dantian-ku mulai stabil. Tak ada tekanan besar lagi seperti tadi. Aku membuka mata untuk mengakhiri pengendalian energi.
"Bahan dari pil yang kauminum itu memperkokoh dantian milikmu, juga menaikkan tingkat kultivasi hingga ke Emas Tingkat Tiga," ujar Kakek Jun.
"Itu artinya aku bisa mempelajari jurus Seribu Kelopak Lotus?" tanyaku. Jika menurut perkataan Kakek Jun waktu itu, aku sudah mencapai tingkat minimal untuk mempelajari jurus Seribu Kelopak Lotus.
"Aku tidak menyarankannya. Jurus itu memerlukan energi yang tidak sedikit, ditambah lagi dantian-mu baru pulih. Kau harus menjaga untuk tidak mengeluarkan terlalu banyak energi agar dantian milikmu tidak mengalami kerusakan lagi." Perkataan Kakek Jun ada benarnya. Aku akan menyia-nyiakan kesempatan yang ada jika dantian-ku rusak kembali. Apalagi bahan pil yang menjadi obat kerusakan dantian itu hanya dimiliki oleh para Dewa. Aku harus mempelajari jurus lain yang lebih mudah.
***
Jurus Manipulasi Elemen dan Jurus Auman Singa. Kedua jurus itu saat ini sedang kupelajari. Aku sebelumnya meminta gulungan jurus yang lebih mudah untuk kupelajari pada Kakek Jun. Kedua jurus yang sedang kupelajari ini cukup mudah, walaupun aku harus berusaha keras mengeluarkan elemen yang diperlukan.
Auman Singa memerlukan elemen angin sebagai syarat penggunaan. Karena aku memenuhi syarat, aku bisa mempelajarinya. Aku memusatkan energi qi di tenggorokan, menahannya beberapa detik, dan aku melepaskan energi itu sambil berteriak.
"Aarrgghh!" Teriakanku bergema ke penjuru danau. Beberapa buah apel dan mangga bahkan sampai terjatuh dari pohonnya. Akhirnya, setelah satu minggu mencoba, aku berhasil mengeluarkan Jurus Auman Singa yang berguna untuk membuat musuh tak bisa bergerak selama beberapa detik. Tak sabar aku mencobanya pada orang-orangan yang dibuat oleh Kakek Jun.
Aku berjalan ke sebuah area lapang tak jauh dari danau. Di lapangan, dudah ada beberapa orang-orangan mirip boneka yang terbuat dari tanah. Beberapa waktu lalu, Kakek Jun membuatkan boneka-boneka tanah itu untukku sebagai lawan latihan tarung. Menurutnya, dengan bertarung kemampuanku akan meningkat pesat. Itu ada benarnya. Nanti aku akan bertarung melawan Si Pencuri Artefak itu, tentunya aku harus merasakan bagaimana rasanya pertarungan walaupun hanya tiruan saja.
Aku berdiri menghadap keempat boneka tanah yang diam mematung, memasang kuda-kuda demi pertarungan. Kualirkan sebagian energiku ke tenggorokan, menahannya beberapa detik sebelum melepaskannya melalui teriakan yang menggema ke segala penjuru.
"Aarrgghh!" Aku berteriak kencang, membuat keempat boneka tanah yang dibuat oleh Kakek Jun beranjak dari tempatnya. Hanya butuh satu serangan saja, membuat mereka sudah bersiap untuk melumatku habis-habisan.
Keempat boneka tanah itu mendekat dalam kecepatan sedang, mungkin Kakek sengaja mengatur kecepatan dari boneka-boneka ini cukup seperti sekarang. Aku bersiap mengeluarkan elemen anginku, saru-satunya elemen yang kukuasai saat ini. Aku memutarkan kedua tangan ke arah yang saling berlawanan beberapa kali hingga ada hembusan angin yang menerpa pipiku. Aku menyatukan kedua telapak tangan di dada, lalu mengarahkannya ke depan, ke boneka tanah yang semakin mendekat.
Swuzzh….
Hembusan angin yang agak kuat menerpa para boneka tanah. Beberapa boneka tergores akibat hembusan angin, bahkan ada salah satunya yang terpukul mundur hingga membentur pohon apel hingga roboh. Aku tahu, elemen angin menang melawan elemen tanah. Jadi, aku menang dalam hal elemen. Namun, kemenanganku tak berlangsung lama. Boneka-boneka tanah itu menerjang dengan kecepatan yang lebih tinggi dari sebelumnya.
"Astaga! Kenapa kalian semakin cepat!" Aku berteriak kepanikan. Dengan kecepatan gerak seperti itu, aku yang belum menguasai jurus yang lebih tinggi hanya bisa berpasrah. Mereka mungkin akan mmebuatku babak belur dan pingsan setelah bertarung. Aku berlari, menjauh dari kejaran para boneka tanah yang hendak melumatku.
Tidak, Oryza. Kau masih memiliki satu jurus lagi.
Aku berbalik, menghadap para boneka tanah yang semakin mendekat. Aku segera mengumpulkan banyak energi qi di tenggorokan, tanpa repot-repot menahannya beberapa detik, aku langsung berteriak sekuat tenaga.
"Aaarrrggghhh!" Aku melepas banyak energi melalui teriakan yang kencangnya lebih besar dari sebelumnya. Dampaknya bisa kulihat dari pepohonan di sekitarku yang kehilangan daun. Boneka-boneka itu tidak bergerak lagi akibat terkena Jurus Auman Singa milikku. Tanpa basa-basi lagi, aku segera memutar kedua tanganku beberapa kali dengan berlainan arah dan menyatukannya di dada, hendak mengeluarkan hembusan yang lebih besar dari sebelumnya. Setelah angin kuat menerpa tubuhku, kuarahkan tangan ke boneka-boneka yang tak bisa bergerak itu, mengirimkan angin besar agar mereka menjauh. Keempat boneka tanah itu menabrak pepohonan yang kegilangan seluruh daunnya hingga roboh, dan boneka-boneka itu hancur berkeping-keping.
Aku … berhasil.
Mendadak, suara seseorang terdengar di dekatku. "Bagus, bagus. Kau sudah menguasainya dengan baik."
__________________________________
Jangan lupa vote dan comment yaa!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top