2][The Terror

Sebuah pesan masuk ke dalam ponsel Sirin. Segera ia menyambar ponselnya yang berada di atas nakas dan membuka pesan itu.

Udah ngerjain tugas Kimia Bu Riri?

-Tiara-

Ternyata pesan dari teman satu bangkunya. "Tugas Kimia Bu Riri," gumam Sirin seraya menatap buku-buku yang berserakan di meja belajar. Ia mengangguk-anggukkan kepala, ingat bahwa ia sudah menyelesaikan tugas itu dari kemarin. Awalnya Sirin ingin membalas pesan tersebut. Tapi ia mengurungkan niatnya dan malah mendial nomor Tiara. Dalam dering ketiga, temannya itu mengangkat panggilan teleponnya.

"Lagi banyak pulsa lo?" tanya Tiara tanpa basa-basi.

"Gue mana pernah miskin pulsa," balas Sirin yang membuat Tiara terkekeh.

"Gimana, lo udah ngerjain belum tugasnya?"

"Udah kelar dari kemarin." Sirin berbaring di atas kasurnya dan meraih remot TV yang berada di atas nakas di sebelahnya. Lalu ia menekan tombol power agar TV itu menyala.

"Asik! Gue nyontek nomor 3 sama 5," balas Tiara dengan semangat.

"Dih, nyontek," ujar Sirin geleng-geleng kepala. "Eh, lo nggak di-Whatsapp si Zidan?"

Gara-gara di pesan Zidan bilang rahasia dan tidak boleh bilang ke siapa-siapa, Sirin jadi tidak bertanya kepada Tiara soal hal ini. Dan berhubung sekarang ia sudah tahu tadi itu soal apa, sepertinya tidak masalah jika Sirin bertanya kepada Tiara. Lagian, Tiara juga cukup dekat dengan Alita. Seharusnya dia pun diikut sertakan dalam rencana tersebut.

"Soal kumpul di taman belakang gedung olahraga tadi sepulang sekolah?"

"Iya. Lo juga dapat Whatsapp, ya?"

"Dapat. Tapi kan gue nggak bisa. Tadi pulang sekolahkan gue ada acara keluarga di rumah tante gue."

"Ah, iya." Sirin ingat, tadi setelah bel pulang sekolah, Tiara terlihat buru-buru pulang. Tiara juga sempat bilang kalau ada acara keluarga.

"Emang tadi itu soal apa?"

Dan akhirnya Sirin menjelaskan apa yang Zidan ungkapkan tadi. Ia menceritakan rencana Zidan untuk mengerjain Alita dalam rangka peringatan hari jadi mereka. Tiara mendengarkan dengan seksama. Tapi ketika cerita Sirin sampai pada saat ia dijadikan hantu Bloody Mary, Tiara langsung tertawa.

"Itu semua gara-gara Pandu," keluah Sirin mengabaikan tawa Tiara. "Sumpah, tuh cowok beneran punya dendam kayaknya sama gue. Masak gue dijadiin sasaran dia mulu."

Masih dengan sisa tawanya Tiara menjawab, "Pandu kan emang kayak gitu orangnya, Rin. Omongannya emang pedes. Untung gue tadi nggak ikut, bisa-bisa gue yang malah dijadiin tumbal."

"Terus lo bakalan ikutan nggak nanti pas hari H?" tanya Sirin dengan mata fokus ke arah layar TV di hadapannya yang tengah menampilkan sebuah iklan sepatu.

"Nggak tahu," jawab Tiara diiringi suara kunyahan. Sirin menebak Tiara sedang ngemil. Tiara memang tidak takut gendut, ngemil malam-malam begini. Sangat beda dengan Sirin. "Emang kapan sih, acara kejutan itu?"

"Tiga hari lagi kayaknya." Jari tangan Sirin menekan tombol-tombol di remot. Mencari acara yang bagus.

"Kayaknya nggak bisa deh, gue. Seminggu ke depan gue bakalan sibuk banget dengan acara-acara keluarga gitu. Kakak sepupu gue mau nikah, jadi bakalan ikut ribet gitu sih."

Sirin menghela napas dalam. Tiba-tiba saja ia memikirkan hari ulang tahunnya yang akan tiba seminggu lagi. Apa kira-kira teman-temannya tahu bahwa sebentar lagi ia ulang tahun? Akankah ia akan mendapatkan kejutan seperti yang akan Alita dapat? Tapi kan Sirin tidak punya pacar, mana mungkin ada yang bela-belain ngasih kejutan spektakuler begitu. Palingan juga kejutan seperti biasa, Alita dan teman-temannya datang ke rumah dan memberikan kue ulang tahun. Jika memang seperti itu, Sirin beneran nggak akan tekejut.

"Kenapa lo?" tanya Tiara seakan sadar bahwa Sirin sedang galau.

"Gue sebentar lagi ulang tahun," jawab Sirin. "Guenya malah sibuk jadi hantu buat ngasih surprise orang lain." Sirin terkekeh. Meskipun sebenarnya hatinya ngilu.

Tiara kembali tertawa. "Ya malah ngode gue. Lo mau juga dikerjain kayak gitu?"

Sekarang gantian Sirin yang tertawa. "Nggak gitu."

"Nanti gue kerjain deh. Gue umpetin HP lo," balas Tiara masih dengan tawanya.

"Kalau HP gue beneran ilang, berarti lo yang ngambil."

Kini mereka berdua sama-sama tertawa. Meskipun hanya sebuah bercandaan, sebenarnya Sirin menaruh harapan untuk dikerjain. Ia ingin punya kenangan seru tentang hari ulang tahunnya. Seperti Tiara yang pernah kena tilang waktu naik motor mau ke supermarket. Terus waktu Tiara nangis gara-gara dimarahin polisi itu, tahu-tahu Nugra, pacarnya, muncul entah dari mana. Dan ternyata polisi yang menilangnya itu adalah kakak sepupu Nugra. Itu semua hanya sekenario saja untuk mengerjainya. Sirin ingin mengalami kejadian mengejutkan yang berakhir bahagia seperti itu. Tapi balik lagi, Sirin jomlo. Tak ada yang akan memberinya kejutan seperti itu.

Terdengar suara gaduh dari seberang telepon yang membuat Sirin mengerutkan dahi. "Lagi ada bencana apa di rumah lo, Ra?"

"Si Bucil nyolong ikan. Emak gue lagi ngomelin dia."

Sirin tertawa mendengarnya. Bucil itu adalah kucing kampung peliharaan keluarga Tiara. Tiara sering menceritakan Bucil yang suka bikin ulah. Entah nyolong ikan, manjat lemari, berantem sama kucing manapun yang lewat di depan rumahnya. Bucil tuh, juaranya bikin kesal orang serumah. Tapi anehnya mereka tetap sayang Bucil.

"Bucil panutan gue," kata Sirin di sela tawanya.

"Sesat lo nganut Bucil," balas Tiara ikut tertawa. "Udah dulu ah, gue mau makan. Keburu ikannya diabisin Bucil."

"Iya. Dadah."

Setelah sambungan telepon terputus, Sirin segera memeriksa beberapa pesan yang masuk ke ponselnya. Salah satu pesan itu dari Zidan.

Rin, besok kalau ketemu Alita jangan bilang apa-apa soal rencana gue. Pura-pura bego aja kalau dia nanya aneh-aneh.Okeh?

-Zidan-

Sirin mengehela napas dalam. Ya kali Sirin bilang dia mau jadi hantu buat nakutin Alita. 

-------------- 

[09.11.2018]

Halo! Semoga ada yang menanti cerita ini hueehehhee

btw enaknya cerita ini diapdet tiap hari apa ya? Rencananya bakal kuapdet tiap seminggu sekali gituuu. 


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top