4

Leona

Aku menarik napas panjang sebelum kembali membuka pintu yang sama dengan semalam. Ruangan yang sama dan orang yang sama, yang berarti kesialan yang sama, tapi aku tetap melangkah masuk dan musik techno kembali menyambutku.

Kali ini dia memakai setelan resmi dan sial! Dia menakjubkan! Kenapa pria berengsek selalu menakjubkan?

Berhenti berpikir kalau dia menakjubkan, Leona! Dia sialan!

Matanya melihatku seperti malam sebelumnya dan aku tahu pembicaraan terakhir kami masih belum selesai. "Mr. Sylvester," ucapku menyapanya sopan, meski jika boleh aku akan lebih senang jika dapat mengumpat dan menyumpah.

Berengsek!

"Senang bisa menepati janjiku," ucapnya dan dia meraih botol scotch, menuangkannya ke dalam gelas berisi beberapa balok es dengan gerakan anggun yang memukau.

Seorang peminum. Dia sering mabuk atau setengah mabuk. Apa yang dia kerjakan selaian menjalankan bar ini?

"Benar, jadi haruskah saya mulai sekarang?" aku bertanya dan meraih ujung kausku.

"Jangan singkirkan pakaianmu. Kita perlu bicara," jawabnya. Aku berhenti dan mengangkat alisku. "Kemari dan duduklah." Dia menepuk pahanya dan aku tidak bisa menahan diri untuk tidak mendengus.

Aku bukan jalang!

"Saya tidak akan tidur dengan Anda," ucapku, masih berdiri di posisiku.

Dia berkedip dan mengerutkan dahinya, bibirnya tersenyum. Itu bibir yang seksi. Bibir yang akan membuat wanita memohon untuk bisa merasakannya.

"Ayolah! Aku hanya ingin bicara ... dan aku bahkan belum menyarankan untuk tidur," balasnya dan senyumnya berubah menjadi seringai sombong yang menjengkelkan. "Duduk!"

Menghembuskan napas berat dan aku mengambil langkah. Aku berniat duduk di ujung terjauh dari sofa yang dia tempati tapi sebelum aku mencapainya tangannya menariku dan memaksaku jatuh duduk ke atas pangkuannya. "Sir!"

"Lucas. Itu namaku," ucapnya tapi aku tidak peduli dengan itu karena saat ini jarinya ada di pinggangku, menahanku, dan itu membuatku lupa bagaimana caranya berpikir.

Kedalikan dirimu Leona! Kau wanita dengan kontrol diri yang sempurna, kau tidak hilang akal hanya karena pria menyentuhmu!

Tapi dia bukan pria. Dia Lucas. Bos sialan tampan, menggoda, dan tak tertahankan. Dia punya pesona yang luar biasa.

"Bisakah saya duduk di sofa?" ucapku, mengabaikan ucapannya.

"Tidak."

"Kalau begitu bisakah saya berdiri?"

"Tidak."

Astaga! Dia hanya menjengkelkan atau memang ingin membuatku mati karena terlalu marah?

"Apa yang kau inginkan?" bentakku akhirnya.

"Mendapatkanmu terlentang di ranjangku, dan telanjang," jawabnya dan aku kembali membentaknya.

"Aku tidak akan tidur denganmu!"

"Kenapa?" dia bertanya bingung, seakan aku tidak tidur dengannya adalah hal paling tidak masuk akal di dunia.

Well, itu memang hal paling tidak masuk akal sedunia. Aku ingin tidur dengannya.

"Karena kau berengsek," jawabku dan kali ini dia benar-benar tertawa.

"Ini pertama kalinya wanita menyebutku berengsek," ucapnya.

"Aku meragukan itu."

"Oke, baiklah. Ini pertama kalinya wanita menyebutku berengsek bahkan sebelum aku tidur dengannya. Apa masalahmu sebenarnya?" dia bertanya dan berhenti tertawa. Menurunkanku untuk duduk di sofa di sampingnya.

Apa masalahku? Apa ini lelucon? Ini bukan bulan April!

"Aku bukan jalang. Aku tidak tidur dengan pria acak. Dan kau jelas tidak menangkap semua itu!" jawabku.

"Aku tidak menyebutmu jalang." Dia meraih gelasnya, meminumnya dalam sekali tembakan dan mengisinya lagi.

"Kau melemparkan uang ke wajahku untuk tidur denganmu! Itu sama seperti kau berteriak padaku kalau aku Jalang," jawabku dan ini parah. Aku yakin aku akan kehilangan pekerjaanku setelah ini. Hebat sekali!

"Sejujurnya, aku tidak melemparkan apa pun ke wajahmu. Itu wajah yang terlalu cantik," balasnya dan aku mulai berpikir kalau sebenarnya orang ini mengalami gangguan jiwa. Orang gila yang tampan.

"Intinya aku tidak tidur untuk uang!"

"Baiklah, aku tidak akan membayar kalau begitu. Kita bisa pergi ke hotel sekarang atau menggunakan salah satu kamar di sini," ucapnya dan lagi dia mendekatkan wajahnya padaku. Mata yang indah menatapku, abu-abu dengan aksen biru yang cantik. Matanya sangat unik, aku belum pernah melihat mata seperti itu. Dan aku bersumpah kalau jantungku bekerja dua kali lebih cepat saat ini.

Aku tidak akan berbohong kalau dia tidak mempengaruhiku. Kenyataannya adalah aku sangat menginginkannya, ingin tangannya di seluruh kulitku, ingin bibirnya di bibirku, dan aku ingin lebih banyak lagi. Tapi aku tahu itu hal yang bodoh. Dan aku bukan gadis yang bodoh.

"Aku tidak tidur denganmu," ucapku lagi dan sekali ini dia tidak tertawa, atau menyeringai, atau tersenyum menggoda. Dia melihatku dengan serius sekarang.

"Kau benar-benar tidak ingin tidur denganku?"

Well, aku ingin.

Tapi aku tidak mengatakan itu dan hanya mengedikkan bahuku.

"Kenapa?" dia bertanya lagi dan ini cukup menggelikan. Rasanya menyenangkan dapat membuat pria yang besarnya dua kali ukuran tubuhmu mengernyitkan dahi.
"Bukankah aku sudah bilang? Karena kau berengsek," jawabku.

"Apa kau perawan?" dia bertanya dan aku berjengit sekarang.

"Astaga! Pertanyaan apa itu?"

"Satu-satunya hal masuk akal di otakku hanya itu. Itu menjelaskan kenapa kau tidak bisa tidur denganku," jawabnya dan aku menggelengkan kepalaku, tidak percaya dengan apa yang telingaku dengar.

Pria ini benar-benar punya ego yang tinggi.

"Aku sudah 28 tahun! Pria pertamaku adalah pacarku di sekolah menengah dan aku punya beberapa pacar setelah itu!"

"Kau hanya tidur dengan pacarmu?" dia bertanya, shock melintas di wajahnya.

"Aku melakukan itu," jawabku.

"Sial!" dia mengumpat sekarang. "Aku sangat ingin tidur denganmu."

"Kita bisa mencoba," ucapku.

Apa aku serius baru saja mengusulkan itu? Mulut sialan!

"Benar. Aku bisa jadi one night stand pertamamu," ucapnya antusias dan aku mendengus.

"Bukan itu. Kita bisa mencoba untuk kencan," ucapku.

"Aku tidak melakukan sebuah kencan sialan."

"Well! Aku juga tidak melakukan hubungan satu malam," balasku.

Dia tertawa sekarang. "Siapa namamu?"

Perubahan topik yang mendadak, apa yang ada di kepalanya?

"Leona."

"Kau berbeda," ucapnya dan ia menyentuh pipiku. Jarinya dingin tapi itu seperti api di kulitku. Aku ingin jari itu di mana-mana. Aku ingin dia menyentuhku lebih banyak.

"Apa itu artinya aku harus mulai menari?" tanyaku dan aku mundur menghindari sentuhannya. Aku perlu kendali diriku atau aku akan mulai merengek untuk berada di bawah kulitnya.

"Tidak. Itu artinya kau berhenti bekerja," jawabnya.

Sial! Dia memecatku?

"Itu tidak adil! Kau tidak bisa memecatku hanya karena aku menolak tidur denganmu!"

"Tidak Leona. Aku memecatmu karena kita berkencan sekarang. Aku tidak ingin membagi wanitaku," ucapnya dan tulang punggungku menggigil mendengar kata terakhirnya.

Wanitaku? Seperti aku miliknya? Oh My!

"Aku bukan wanitamu," dia mengangkat alisnya, "kecuali jika kau priaku."

"Kupikir itu adil," balasnya. Dia mengisi gelas yang lain dan menyerahkannya padaku. Aku benci scotch. "Untuk merayakan hubungan baru kita?"

Dia menenggaknya dan aku mengikuti. "Untuk hubungan gila dan paling tidak jelas yang pernah aku miliki." Aku menenggak milikku dan aku benci saat rasa keras dan membakar itu mengaliri tenggorokanku. Membuatku mengernyitkan wajahku.

"Tidak terbiasa dengan scotch?" dia bertanya dan jarinya menepuk punggungku.

"White Russian. Aku libih suka cocktail," jawabku dia mengangguk setuju.

"Aku akan mengingatnya," jawabnya. "Jadi apa sekarang kita bisa berakhir di ranjang?"

Ya Tuhan! Kenapa aku melibatkan diriku dengan pria seperti ini?

"Tidak," jawabku.

"Tidak?"

"Ya, aku bilang,'tidak'," balasku.

"Apa lagi masalahnya sekarang?"

"Aku penganut tiga kali kencan," jawabku dan aku menyeringai padanya.

"Oh sial! Harusnya aku memikirkan itu. Dan kau mulai berani menyeringai pada bos-mu?"

"Secara teknis kau baru saja memecatku jadi kau bukan bos-ku dan bukankah kita berkencan?" balasku dan ia tersenyum terhibur.

"Aku akan menjemputmu untuk makan malam besok. Makan malam dan kencan pertama kita," balasnya.

Dan sekarang aku benar-benar merasa bodoh karena terlibat dengannya. Aku tahu semenarik apa pun Lucas Sylvester, dia berbahaya. Terlibat dengannya adalah suatu keputusan yang bodoh. Tapi kehilangan kesempatan untuk telibat dengannya adalah hal yang tolol.

Nikmati ini Leona. Ini tidak akan menjadi lebih buruk, 'kan?

***TBC***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top