16
Leona
Kami baru saja menghabiskan semamgkuk popcorn dan menyelesaikan film The Vow dan sekarang Sylvia bersikeras kami harus mendapatkan es krim pesta gadis kami sebelum dia menikah. Lea tidak banyak bicara seperti biasa tapi dia berjanji untuk datang ke pesta lajang saat Sylvia memintanya. Sejauh ini dia terlihat baik tinggal sendirian, hampir normal, meski aku tetap mengkhawatirkannya.
"Aku akan mendapatkan es krimnya." Lea melompat dari duduknya dan berjalan ke dapur. Meninggalkan aku dan Sylvia sendirian.
"Ceritakan!" ucap Sylvia.
"Apa?" Aku meletakkan mangkuk kosong popcorn di meja dan mematikan layar televisi.
"Kamu pindah dengan pria, harus ada cerita yang bagus di baliknya," jawabnya tepat di saat Lea muncul dengan satu cap besar es krim vanila dan tiga sendok.
"Sebenarnya aku tidak pindah dengan pria, karena kami tidak tinggal bersama."
Lea melemparkan dirinya di antara aku dan Sylvia, menyerahkan satu sendok masing-masing pada kami. "Tapi kamu bilang kamu tinggal di apartemennya."
"Iya itu apartemennya tapi dia tidak tinggal di sana."
"Kenapa?" ucap Sylvia sambil mengambil satu sekop besar es krim dengan sendoknya. "Maksudku, kenapa membuatmu tinggal di sana jika dia bahkan tetap tidak tinggal denganmu?"
"Hubungan kami rumit dan aku tinggal di sana karena dia pikir aku akan aman di sana," jawabku.
"Aman?"
"Pacarnya mafia," ucap Lea. Ada garis sinis di suaranya. Tapi Sylvia mengerang seolah dia mendapat orgasme dan matanya melebar.
"Serius? Apa dia pria gelap yang seksi? Mengisap cerutu? Berbahaya dan menggoda? Seperti di film? Sial! Kita harusnya menonton The Godfather dan bukan film romantis hilang ingatan!"
Aku tertawa sementara Lea lebih suka menelan lebih banyak es krim. "Dia tidak mengisap cerutu tapi ya tentang gelap seksi dan berbahaya menggoda."
"Wow! Jadi apa kau sudah terlibat semacam pertarungan antar gangster?" Sylvia bertanya penuh semangat. Gadis itu tahu cara membuat seseorang terus bicara.
"Balapan dan baku tembak. Aku bahkan meledakkan ban dengan Baretta. Bisa kau bayangkan betapa kerennya itu?" Aku menyeringai.
"Kau tidak mengatakan itu padaku!" Lea menodongkan sendoknya tepat ke hidungku.
"Karena aku tahu kau akan mengambil ini dengan berlebihan."
"Aku sudah menduga kalau dia adalah masalah!" desisnya lagi.
"Biarkan saja Lea. Kakakmu tahu apa yang dia lakukan," ucap Sylvia. Lea jelas tidak tertarik lagi dengan es krim. "Lagi pula ini tidak seburuk seperti dia mengambil pria dari wanita lain." Aku meringis dan dua gadisku ternyata cukup memperhatikan itu.
"Ada apa?" Mereka bertanya serentak.
"Dia bertunangan."
Rahang Lea jatuh terbuka, Sylvia memberiku pandangan tidak percaya, sementara aku hanya dapat mengedikkan bahu.
"Sial Leona! Sejak kapan kamu mengembangkan ketertarikan pada pria dengan pasangan?" Sylvia menjatuhkan sendoknya.
"Itu tidak seperti itu!"
"Tinggalkan dia!" ucap Lea.
"Aku tidak bisa." Mereka mulai melihatku dengan wajah menjengkelkan. "Dengar! Ini pertunangan untuk bisnis semacam mereka sedang menambah kekuatan dengan membentuk sekutu. Lucas dan gadis ini tidak saling suka atau apa pun."
"Tetap saja dia bertunangan!" Lea melayang pergi. Membanting pintu kamar dan mengurung diri.
Sial! Aku membuat dia kesal.
"Apa dia mencintaimu?" Sylvia masih melihatku dengan tidak nyaman tapi setidaknya dia tidak terlihat jijik atau semacamnya.
"Dia mengatakan C besar padaku," desahku.
"Kau percaya padanya?" Aku mengangguk. "Baiklah, aku harap kamu melakukan hal yang benar. Aku sudah mengenalmu sejak kecil dan selama itu pula aku tahu kamu tidak pernah mengambil keputusan dengan bodoh."
"Terima kasih."
"Selalu untukmu Leona."
"Tapi Lea bereaksi dengan buruk," ucapku. Aku pikir aku harus menginap malam ini. Tidak mungkin meninggalkan dia saat dia dalam emosi semacam itu.
"Tidak bisa menyalahkan Lea. Dia punya alasan bagus untuk panik."
Benar. Aku juga mengambil ini dengan buruk pada awalnya.
"Kau benar."
"Oke, aku harus pergi sekarang. Besok aku harus mencoba gaunku. Dan kau harus datang tidak peduli apa pun kau harus datang ke pesta lajangku! Atau aku akan memburumu selama sisa hidupku."
"Aku janji."
***
Aku memperhatikan Lea saat dia berada di lantai dansa di pesta lajang Sylvia, cara dia bergerak dan menatap pria yang menjadi pasangannya, itu aneh. Kemudian aku memperhatikan tubuhnya yang tegang saat pria itu menekan tubuh mereka bersama. Aku tahu Lea tidak pernah nyaman berada di sekitar pria dan sebagian diriku ingin meninggalkan pasangan dansaku dan menarik Lea bebas. Dia masih marah padaku tentang Lucas, mungkin dia masih tidak ingin bicara padaku tapi aku benci ketika melihat dia terganggu.
Musik berakhir dan pria itu masih tidak melepaskannya. Aku rasa aku tahu pria itu, Archer Black. Teman calon suami Sylvia. Apa yang dia inginkan dari Lea?
Aku baru akan menghampiri mereka saat ponselku berdering, aku mengambilnya dari saku gaunku untuk menjawabnya.
"Hai Luke? Ada apa?" ucapku.
"Aku ada di apartemen dan kau tidak ada. Aku khawatir. Kau bahkan tidak mendengarkanku tentang membiarkan Homer mengantarmu kemana pun. Leona, aku serius saat mengatakan kamu bisa dalam masalah!" ucapnya marah. Aku tidak butuh omong kosong seperti itu!
"Aku hanya pergi ke pesta lajang! Ini hanya beberapa menit dari apartemen!" desisku.
"Tidak bisakah kau mendengarkan aku? Aku hanya ingin kamu aman!" balasnya lebih marah. Aku mengutuk di balik napasku.
Dia tidak akan memegang kendali seperti itu. Aku perlu mengendalikan hidupku sendiri.
"Dan aku aman! Aku bahkan mengangat panggilanmu."
"Aku akan ke sana! Kirim alamatmu!"
Sialan! Apa-apaan ini?
"Tidak! Apa yang akan kamu lakukan? Luke aku baik-baik saja, kamu paranoid!"
Aku tidak pernah bersorak untuk pria posesif. Itu gila untuk menahanku di tali kekang yang pendek.
"Dan aku punya alasan bagus untuk menjadi paranoid! Alamat?"
Aku mendesah. "Aku akan pulang. Oke? Adikku di sini dan ini bukan waktu dan tempat yang tepat untuk membuat kalian bertemu."
Aku tidak menunggu jawaban darinya, aku hanya memutus sambungan itu karena aku terlalu jengkel.
Aku kembali melihat Lea dan dia masih bersama pria itu. Aku berjalan menghampiri mereka dan pria itu baru melepaskannya. Apa yang kamu mau dari adikku, Boy?
"Mr. Black," ucapku sambil mengangguk singkat padanya lalu aku beralih pada Lea. "Bisa bicara sebentar, Lea?"
Dia melirik pria itu seolah perlu izin darinya. Apa yang salah dengan Lea? Dia baru bertemu pria ini beberapa saat yang lalu dan dia bertingkah seolah pria ini memegang kendali. Tapi kemudian Lea kembali melihatku. "Tentu Leona."
Kami berjalan menjauh dari pendengaran pria itu dan aku melai mendesis, "Apa yang terjadi?"
"Apa?"
"Kau dan Archer? Kalian?" ucapku. Lea memasang wajah defensif jelas tidak ingin mengatakan apa pun.
"Tidak ada apa-apa. Apa yang ingin kamu bicarakan?"
"Aku perlu pergi sekarang," ucapku. Dia melihatku dengan bingung.
"Terjadi sesuatu?" Nada khawatir berada dalam suaranya.
"Tidak, hanya Lucas. Dia ke tempatku dan aku harus menemuinya." Wajahnya kembali masam dan dia menghentakkan kakinya, jelas jengkel.
"Mobilku mungkin mogok! Aku berniat pulang bersamamu saat aku kemari!" desisnya.
"Tidak masalah! Kau bisa membawa mobilku dan aku akan minta Lucas menjemputku." Aku menawarkan kunci dan dia hanya melihat benda itu seolah itu kotoran.
"Aku tidak akan membawa Porsche sialanmu!" bentaknya. "Pergilah jika kamu ingin pergi padanya!"
Itu memukulku dengan keras. Aku tahu dia benci ini tapi dia tidak pernah mengatakan hal-hal seperti itu padaku sebelumnya. Bahkan meski aku tahu dia punya alasan bagus, itu tetap menyakitkan.
"Aku minta maaf, Lea, tapi aku serius saat mengatakan aku mencintai Lucas. Tolong jangan menghakimiku," ucapku. Aku menepuk bahunya berharap dia akan mengerti.
Dia mendesah dalam rasa bersalah dan mengangguk. "Maaf. Aku hanya tidak ingin kamu terluka, Leona."
Aku tahu itu. Aku selalu tahu.
"Tidak apa-apa. Aku pergi?"
"Yah, hati-hati," jawabnya dan aku pergi.
Itu hanya lima belas menit untuk mencapai apartemen dan aku langsung pergi ke atas, mengabaikan Homer yang memberiku tatapan mencela saat aku melewati lobi. Aku ingin membentaknya tapi kupikir itu hanya akan membuang tenagaku. Begitu aku membuka pintu, Lucas melompat berdiri dari sofa di ruang tamu. Meledak dengan kemarahan yang tidak masuk akal padaku.
"Apa kamu harus membuatku gila?" bentaknya.
Aku balas melotot, aku tidak akan menerima kemerahan untuk sesuatu yang tidak memiliki alasan. "Kamu tidak akan membentakku!"
"Kamu pergi sendirian!" desisnya.
"Dan itu baik-baik saja! Ini berlebihan Luke. Kemarahanmu, rasa khawatirmu, dan itu mencekikku!"
Dia mengacak rambutnya dan aku benci karena dia panas saat dia marah.
"Ini membuatku gila! Aku tidak pernah peduli pada wanita seperti ini sebelumnya. Memikirkan kamu terluka adalah sialan, Leona!" Dia menarik simpul dasi di lehernya. Membuatnya longgar dan berantakan.
Tuhan! Pria ini bingung dan aku tidak yakin bisa membuatnya mengerti.
"Hai, tidak apa-apa. Aku mengerti ini baru untukmu, tapi tolong percaya padaku, Luke." Aku menangkup pipinya, memaksanya untuk fokus padaku. "Aku tahu apa yang aman dan tidak aman. Jika membawa Homer akan membuatmu lebih tenang, aku akan mengajaknya lain kali. Apa itu oke?"
Dia mengangguk dan memelukku. Rasanya aneh saat pria seperti Lucas menjadi rentan di depan gadis sepertiku. Aku tidak memiliki sesuatu yang istimewa untuk membuatnya mencintaiku tapi aku tidak ragu sama sekali tentang apa yang dirasakan Lucas padaku.
"Aku sudah lupa bagaimana rasanya takut begitu lama," akunya saat dia mengubur hidungnya di rambutku. "Kamu membuatku mengingat rasa itu lagi. Aku takut kamu pergi."
Aku tidak yakin harus mengatakan apa untuk itu. Aku adalah ketakutannya meski aku tidak ingin itu, aku sadar detik itu bahwa aku membuatnya menjadi manusia. Membuatnya kembali merasakan hal-hal yang dulu dia buang. Itu membuatku merasa hangat, untuk bisa menariknya kembali dari kegelapan apa pun yang telah menjeratnya. "Kamu tidak akan membiarkan aku pergi."
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top