Bab 5 - Pertama yang Menyakitkan
Aurel baru saja keluar dari kamar mandi, saat suara ketukan pintu terdengar begitu nyaring di indra pendengarannya. Hawa dingin kembali menyelimuti diiringi degupan jantung yang begitu kencang. Kekasih Rick ini tak serta merta menyahuti ketukan yang kembali terdengar.
Jemarinya menggenggam erat bathrobe putih gading yang dia kenakan. Buliran bening mulai memenuhi pelupuk mata seiring kenangan indah bersama Rick berputar secara otomatis dalam pikirannya.
Apa gue harus bener-bener ngelakuin ini? Keraguan seketika muncul. Penyesalan untuk menyetujui tawaran dari Pak Adam kini menghantui benaknya.
“Mbak Aurel,” panggil seorang wanita dari balik pintu. Sedikit melegakan hati, setidaknya bukan ajudan Pak Adam yang hendak menjemput. Bahkan, Aurel berpikir kalau itu salah satu tetangga yang kemungkinan besar akan meminjam sesuatu atau memang ada keperluan.
“I-iya, Mbak. Tunggu bentar,” teriak Aurel yang kemudian bergegas membuka pintu tanpa memedulikan apa yang sedang dia kenakan. “Siapa, ya?”
Aurel mengernyitkan wajah, menampilkan kerutan di dahi. Mata cantiknya juga menyipit hingga kedua alis menukik tajam. Dia tak mengenali wanita yang ada di hadapannya ini. Penampilannya sangat rapi, mengenakan setelan blazer peach dan celana kulot putih. Rambut dikucir kuda dengan poni bermodel see-through bangs, sangat anggun seperti artis-artis Korea.
Irish cokelat Aurel menghentikan fokus di satu titik, yaitu tangan wanita di hadapannya yang menyampirkan sesuatu berwarna merah menyala dibungkus sebuah plastik transparan di lengannya.
“Saya Kinanti, diutus oleh Pak Adam untuk make up-in Mbak Aurel sebelum berangkat,” terangnya yang kembali menyentak hati Aurel.
Susah payah Aurel menelan salivanya sendiri, membayangkan kalau hal ini bukanlah main-main. Papa sang kekasih sangat serius dengan apa yang dia katakan.
Aurel yang masih bingung harus berbuat apa, dikejutkan dering ponsel miliknya yang berada di atas meja tamu.
“I-iya, halo?” ucap Aurel tanpa melihat seseorang yang melakukan panggilan padanya.
[Saya mengirim seorang make up artist terbaik di Surabaya. Dia juga dress yang bisa kamu pakai malam ini.] Sial! Rupanya wanita di hadapan Aurel ini merupakan utusan Pak Adam. Kali ini dia benar-benar tidak bisa berbuat apa pun lagi selain menurut.
[Saya juga sudah transfer ke rekening kamu sebesar 750 juta, sesuai yang kamu minta. Tapi, ingat ... kalau kamu membohongi saya tentang keperawananmu, kamu harus mengembalikan uang itu dua kali lipat. Tiga puluh menit lagi, salah satu orang saya akan menjemput kamu.]
Seolah tak ingin berinteraksi dengan Aurel, Pak Adam berbicara tanpa henti, lalu memutus sambungan telepon mereka. Setelah itu dia membuka aplikasi perbankan untuk mengecek saldo di rekeningnya.
Aurel langsung mempersilakan wanita di hadapannya ini masuk untuk memoles wajah.
Maafin aku, Rick. Aku bener-bener minta maaf.
***
“Kamu cantik sekali,” ucap seorang pria seraya mencium bagian pundak Aurel yang malam itu mengenakan off shoulder dress, di dalam salah satu kamar presidential suite Sheraton Hotel.
Aurel hanya membisu, sekuat tenaga untuk tidak meneteskan air mata karena rasa bersalah yang begitu besar dalam hatinya terhadap Rick. Namun, tak dimungkiri, sentuhan pria yang hanya membalut tubuhnya dengan selembar handuk putih ini, berhasil membuat bulu kuduknya meremang sekaligus membangkitkan gairahnya secara perlahan.
Tangan kekar sang pria yang nyatanya berusia dua kali lipat dari usia Aurel saat ini menurunkan ritsleting dress yang wanita itu kenakan. Bibirnya tak henti menjelajah inci demi inci leher dan pundak mulus di hadapannya.
***
Lanjutan Bab ini bisa kalian baca di Bestory dengan judul dan nama pena yang sama ya. 😉
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top