16.1
Selamat membaca
•
•
Jangan lupa taburan bintan dan komennya
•
•
9 BULAN SEBELUM PERTEMUAN
DAVID MENUNGGU Fariza di tempat biasa, di jam yang sudah mereka tentukan, dengan membawa empat porsi lontong sayur sesuai jumlah orang di sana—termasuk Rukma. Namun, nyaris lima belas menit berlalu belum ada tanda-tanda kemunculan dari Fariza.
Ketika dia berpikir untuk menelepon, panggilan dari Fariza lebih dulu masuk. Pikiran buruk bahwa perempuan itu tertangkap basah Rukma membuat hati David tersentak. Apa yang harus dia lakukan? Bagaimana kalau di seberang sana bukan Fariza tetapi Rukma? Namun, dia menjawab panggilan itu.
Sudah risiko, begitu pikir David. Dari awal dia meminta bantuan Alfa, kemungkinan ketahuaan Rukma jadi hal pertama yang melintas. Dan ujung-ujungnya, dia tetap di sini—menjaga jarak sekaligus dekat.
Alih-alih mendengar suara dingin Rukma seperti yang dibayangkan, justru suara panik Fariza yang terdengar di seberang sana.
"Halo, Pak David. Tolong turun ke sini! Gawat!" David sempat menjauhkan ponsel dari telinga demi memastikan yang meneleponnya benar-benar Fariza, tetapi dari suara juga memang perempuan itu. Kenapa dia perlu memikirkan hal yang tolol? Ketika dia mendekatkan ponsel lagi, kalimat lanjutan dari Fariza membuatnya mendesah putus asa. "Halo. Halo. Pak David, ini penting banget! Mbak Ma nggak pernah kesiangan. Mbak Ma juga masih di rumah. Tita pergi kemarin sore sama Ibu Ghina. Kunci cadangan nggak bisa dipakai ke sumua pintu karena masih ada kunci di lobang—"
David langsung memutuskan panggilan, mematikan mesin mobilnya, lalu melompat keluar dan berlari tanpa memedulikan jalanan ini mulai diramaikan kendaraan. Tiba-tiba juga, semua pemikiran tentang lebih baik menjaga jarak dari Rukma—lenyap. Berganti; "Jangan ada apa-apa sama Rukma!"
Dia tidak lagi mengkhwatirkan apa-apa yang bakal terjadi kalau Rukma tahu yang sebenarnya terjadi. Tentang dia yang memperhatikan dari kejauhan. Tentang dia yang diam-diam—dia lebih takut sesuatu yang buruk terjadi pada Rukma di dalam sana. Sendirian. Brengsek!
Kaki David terasa berat begitu berhasil memasuki area parkir coffee shop. Dari luar sini, dia bisa melihat di dalam kedai ada satu lelaki sibuk mengayunkan satu tangan berkali-kali dan mendarat entah di mana, sementara di depan bangunan tempat tinggal Rukma—ada satu lelaki berdiri di depan jendela kaca yang masih tertutup gorden dengan satu tangan merapatkan ponsel ke telinga, dan Fariza ... berapi-api menggedor pintu sembari memanggil nama Rukma.
Tersulut kondisi yang terlihat kacau, David buru-buru menaiki anak tangga pendek menuju ke rumah berdesain rumah pedesaan di Amerika—klasik sekaligus modern. Dia melewati dua pilar putih berbahan kayu di ujung anak tangga, memasuki area teras depan berisi meja bundar ukuran sedang dan empat kursi santai dari rotan di sisi kanan, serta mainan perosotan plastik di sisi kiri.
David menghampiri Fariza, mengambil alih area pintu rumah tanpa banyak bertanya ataupun basa-basi. Pikiran buruk sialan makin memenuhi otak. Daripada membuang waktu memanggil Rukma, dia langsung memasang ancang-ancang buat mendobrak pintu.
Namun Fariza buru-buru menahan dan terdengar sedikit keberatan dengan ide itu.
"Ada banyak kemungkinan di dalam sana dan semuanya buruk," bentak David. "Kalau Rukma baik-baik saja, dengan semua kehebohan yang kamu dan dua teman kamu lakukan—saya yakin seharusnya dia sudah membuka pintu. Rukma nggak pernah suka kebisingan yang berlangsung lama!"
"Tapi—"
"Saya bisa ganti rugi kerusakaan pintu sialan ini!" Sekali lagi David memotong tegas kalimat Fariza, lalu melakukan yang ingin dia lakukan. Membuka pintu dengan dua kali tendangan kencang dan bertenaga.
Seperti yang diperkirakan. Pintu rumah itu rusak, tetapi mereka bisa masuk. Karena tempat ini asing, dia membiarkan Fariza menuntunnya menyerbu ke satu titik sembari meneriakki nama Rukma, sementara si lelaki teman kerja Fariza berdiri di depan dengan wajah panik sekaligus khawatir.
Dengan detak jantung yang berpacu semakin cepat, David menghentikan langkah di ambang pintu kamar yang dipenuhi bau minyak telon. Fariza yang lebih dulu masuk, memecahkan tangis, dan juga kebingungan harus berbuat apa pada Rukma yang berbaring di lantai dengan posisi terlungkup. Sekujur badan David menegang, tetapi dia tahu harus apa.
Benar-benar melupakan potensi besar diamuk Rukma, David berhati-hati mengangkat badan perempuan—yang astaga—terasa jauh lebih ringan daripada bertahun-tahun sebelumnya. Kemudian, kejadian tak terduga terjadi—ketika dia sedang mengatur posisi agar Rukma nyaman digendongannya. Rukma tiba-tiba berbisik, "David. David."
Sebuah tangan besar dengan sadisnya meremas kencang dada David. Seperti bertekad ingin menghacurkan sampai jadi kepingan kecil.
Kepala Rukma terkulai di dada David. Beberapa kali perempuan itu terlihat berusaha membuka mata dan gagal, tetapi bibir mungil pucat milik Rukma terus bergerak lambat—merapalkan satu kata, dan itu namanya. Persis seperti yang sering dilakukan Rukma sewaktu mereka—
"Aku di sini, Ma. Aku di sini," bisik David di atas puncak kepala Rukma.
Setelahnya, dia sibuk mengatur agar Fariza ikut ke mengantar Rukma ke rumah sakit. Meminta si lelaki mencari tukang pintu dan mengirimkan rekening ke nomor Fariza.
Dan ya, semua berjalan dengan cepat.
Sepanjang jalan, selama di pelukan Fariza, Rukma beberapa kali bicara melantur. Bahkan, terus memanggil namanya lalu menangis. Jenis tangis patah hati yang membuat cengkeramannya di stir menguat. Seketika David merasa sedang menjalankan hukuman paling menyiksa dalam hidupnya. Padahal, dia yang melakukan kesalahan tolol, tetapi hidup Rukma juga ikut kacau.
Brengsek, David!
Untuk sesaat kedua tangan David sibuk menyetir, beberapa kali matanya bertugas memastikan keadaan di kursi belakang, sementara otaknya sedang sibuk-sibuknya mengirimkan penghakiman tidak berujung untuk si brengsek yang membuat perempuan semanis Rukma menderita sejauh ini. David Walandou.
•
•
Terima kasih sudah membaca
Untuk informasi tentang naskah2 aku yang lain, spoiler, kalian bisa follow ig : Flaradeviana
BTW, dalam waktu dekat ini aku bakal ada info penting seputar tulisan aku di Instagram. Jadi yang belum follow, jangan lupa difollow ya.
Love, Fla
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top