I. Before it Happened • Part 1 - Parker Family

Kau tahu, semua cerita yang terjadi selalu diawali dengan sebuah cerita bahagia satu keluarga. Itulah yang terjadi pada keluargaku.

Namaku Peter Tobey Parker. Usiaku 12 tahun, dan hari ini adalah bulan ke-6ku tinggal bersama dengan paman dan bibiku. Paman Ben dan Bibi May. Bersama dengan kedua adikku Andrew dan Thomas. Peter Andrew Parker adikku yang pertama berusia 6 tahun dibawahku, sementara si kecil Thomas baru berusia 2 tahun tahun ini. Ayah dan ibu selalu sibuk dengan pekerjaan mereka hingga paman dan bibi selalu menjaga kami karena mereka juga tidak bisa mendapatkan seorang anak.

"Tobey?" Aku sedang membantu Andrew mengerjakan pekerjaan rumahnya malam itu saat pintu kamar yang kami tempati diketuk lembut. Bibi May tampak mengintip dari balik pintu sambil menggendong Tom.

"Hei bibi May, ada apa? Apakah Tom menyusahkan?"

"Tidak, sudah waktunya makan malam. Istirahatlah," May tampak tertawa dan mengacak rambutku. Aku hanya tertawa, menghela napas dan tampak menatap Tom yang mengulurkan tangannya kearahku. Tentu dengan segera kugendong ia dan aku berbalik menoleh pada Andrew.

"Pekerjaan rumahnya ditunda dulu Andrew, ayo makan malam," ia menoleh padaku dan mengangkat bahunya.

"Baiklah."

•♢• Normal •♢•

"Jadi," pria separuh baya yang duduk di salah satu kursi meja makan tampak menoleh pada Tobey dan juga Andrew. May tampak sedang menyuapi Tom, "bagaimana sekolah kalian hari ini?"

"Aku mendapatkan A di Matematika," Andrew menjawab dengan cepat dan mengangkat tangannya. Ben mengucapkan selamat dan mengacak rambutnya.

"Habiskan dulu makanan di mulutmu Andrew," Tobey tampak menghela napas dan memakan makanannya.

"Bagaimana denganmu?"

"Hm? Ah, para guru memuji hasil potretanku dengan kamera yang kau belikan bulan lalu paman Ben," Tobey menggaruk kepala belakangnya dan menoleh kearah lainnya.

"Kerja bagus Tobey," Ben mengacak rambutnya dan membuat Tobey tersenyum kecil. Karena jarak usia yang berbeda cukup jauh dengan kedua adiknya dan juga bagaimana kedua orang tua mereka yang hampir selalu tidak ada, Tobey menjadi seorang yang cukup dewasa dibandingkan usianya.

"Aku uga membantu bibi May!" Tom mengangkat dan melambaikan tangannya kearah Ben dan May yang tampak tertawa lepas dan mengacak rambut anak itu juga.

"Kerja bagus Tom!" Tom tampak tertawa pelan dan kembali menyelesaikan makanannya, serta Ben yang berbincang beberapa hal tentang pekerjaannya dan juga apa yang dilakukan May hari ini, "ngomong-ngomong, aku mendengar kabar dari Richard dan Mary."

Dan baik Tobey ataupun Andrew menghentikan makanannya.

"Minggu depan mereka memiliki waktu untuk mengunjungi kita selama 1 minggu," Ben tampak tidak memperhatikan perubahan perilaku Andrew dan Tobey dan hanya menatap kearah May.

"Benarkah?! Itu adalah kabar yang bagus bukan Tom? Ayah dan ibumu akan datang!"

"Dada dan Momma?" Tom tampak menatap dengan wajah bahagia kearah Ben dan May yang mengangguk ikut senang. Namun tidak untuk kedua anak lainnya dimana Tobey tampak menunduk sedih sementara Andrew tampak hanya diam dengan wajah kesal.

"Kalian tidak senang dengan berita ini?"

"Tentu senang paman Ben, kuharap mereka tidak membatalkannya seperti tahun lalu," Tobey menoleh pada Andrew yang tampak hanya menyendok makanannya dengan kesal. Ia masih ingat bagaimana Andrew sangat kecewa karena ayahnya yang sudah berjanji akan menemaninya untuk hari orang tua disekolah pada akhirnya membatalkannya hanya karena pekerjaan.

"Bukan hal yang baru, aku hanya berharap jika mereka bisa benar-benar datang saat ulang tahun Tom yang ke-dua."

•♢• Andrew •♢•

Aku tidak kecewa karena dad tidak datang hari itu. Lagipula itu bukan hal pertama yang dilewati mereka berdua. Mulai dari ulang tahun Tobey dan ulang tahun pertama Tom, bagaimana mereka melewati kata-kata pertama Tom, dan beberapa acara sekolahku dan Tobey.

Aku hanya berharap setidaknya ia ada saat ulang tahun Tom. Tidak susah bukan? Toh ulang tahun Tom 1 minggu lagi dan mereka mengatakan pada paman Ben dan bibi May jika mereka akan datang hari itu.

...tidak akan susah mengucapkan selamat ulang tahun padanya secara langsung bukan?

•♢•

Waktu cepat berlalu, satu minggu bukan waktu yang lama. Aku dan Tobey sudah membelikan kado untuk Tom dan bibi May--mencoba--membuat kue ulang tahun meski berakhir dengan membelinya di toko kue. Jangan tanyakan kenapa. Hari ini adalah hari ulang tahun Tom dan hari dimana ayah dan ibu datang. Sepertinya.

"Mereka tidak mengatakan jam berapa?" Tobey masih bertanya sambil memperhatikan Tom yang memainkan topi ulang tahun yang ia kenakan.

"Tidak. Mereka bilang akan menghubungi jika sudah mendarat," May meletakkan kue yang dibeli di tengah meja makan dan menggeleng pelan.

"Atau mereka tidak yakin bisa pulang hari ini," aku mendengus pelan dan dapat sebuah sikutan dari Tobey.

"Tentu saja mereka akan datang. Aku dengar mereka membelikan kado untuk Tom, dan--" Ben tampak mencoba menghiburku, namun perkataannya berhenti saat suara handphonenya berdering, "--speak of devil. Hei Tom, katakan hi pada ayahmu."

Aku dan Tobey saling bertatapan sebelum berlari kearah Paman Ben dan Tom yang tampak tersenyum lebar. Saat sampai di depan layar handphone yang dibawa oleh Ben, disanalah ayahku dan ibuku terlihat.

"Hei birthday-boy, selamat ulang tahun!"

"Dada, momma!"

•♢• Normal •♢•

"Hei Tom, kami sedang berada di pesawat menuju ke Queens. Apakah kau akan sabar menunggu?" Ayahnya Richard tampak tersenyum dan mengibaskan tangannya. Ibunya tampak tersenyum dan mengangguk. Andew dan Tobey bisa melihat latar belakang kokpit pesawat pribadi itu di belakang mereka. Tom tampak tertawa dengan nada melengking khas anak-anaknya.

"Sudah sangat lama sejak kami pulang. Apakah kalian jadi anak yang baik?"

"Tentu saja dad, dan--"

"Kenapa kalian tidak mengeceknya saja langsung?" Andrew tampak menatap kearah kedua oeang tuanya itu sambil menghela napas. Semua orang diam menatap Andrew yang tampak tersentak mendengar perkataannya sendiri, "uh, ada yang harus kukerjakan. Aku akan kembali sebentar lagi."

Dan Andrew berbalik pergi begitu saja.

...

"Hei Sweety," Mary tampak menoleh kearah Tobey yang masih canggung karena ulah Andrew namun tetap tersenyum, "maaf karena kami jarang pulang ke rumah untuk melihat kalian bertiga."

"Tidak apa mom, paman Ben dan bibi May menjaga kami dengan baik," Tobey tampak menggeleng maklum, "maaf yang dikatakan oleh Andrew, ia hanya masih kesal karena kejadian 1 bulan yang lalu."

"Karena Nick memintaku dan juga Mary untuk menemuinya di menit terakhir, aku tidak bisa membatalkannya," Richard menghela napas dan tampak menatap Tobey.

"Tidak apa. Lagipula Paman Ben sudah datang menggantikan ayah. Ia hanya kecewa karena ia sudah menceritakan kalian berdua dengan bangga, mengatakan kalau kalian bekerja seperti agen-agen dalam TV. Dan karena pada akhirnya mereka juga mengatakan Harry pembual karena membela Andrew," Tobey menghela napas dan tampak membiarkan Tom menyentuh layar handphone itu dan menepuknya beberapa kali.

"Bagaimana denganmu Toby? Maaf karena tidak bisa datang saat lomba fototafer yang kau menangkan itu," Mary tampak menatap anak tertuanya itu sebelum menggeleng dan menghela napas sambil tersenyum.

"Aku tidak apa. Asalkan kalian pulang dengan selamat atau selalu menghubungi mereka berdua aku tidak masalah."

•♢•

"Andrew," Andrew yang masuk dan menenggelamkan kepalanya diatas bantal kamarnya tampak tersentak mendengar suara kakaknya. Ia menoleh dan menemukan Toby yang tersenyum, "ayah dan ibu ingin berbicara padamu."

...

Andrew tampak menekuk dahinya dan berjalan kearah Toby. Ia mengambil handphone itu dan menatap kearah layar saat Toby memutuskan untuk meninggalkannya sendirian.

"Hei sayang," suara lembut ibunya tampak membuatnya menoleh kearah ibunya, "apakah kau ingin memaafkan kami berdua? Kami memang tidak pernah ada untukmu."

Andrew tidak menjawab, hanya menatap kearah lain lagi.

"Kami sangat ingin menemanimu hari itu kau tahu, tetapi--"

"Tidak apa," Andrew tahu seberapapun ia membenci sifat ayah dan ibunya yang lebih mementingkan pekerjaan, namun bagaimanapun ayah dan ibunya bekerja keras untuk mereka bertiga, "aku hanya ingin kalian lebih memperhatikan Tom. Ia masih sangat kecil dan selalu menanyakan tentang keadaan kalian. Dan Toby selalu saja terlihat kuat, tetapi aku tahu ia juga kesepian. Tidak bisakah kalian bersikap seperti orang tua pada umumnya?"

Kedua orang tuanya tampak terdiam dan Andrew menghela napas, menatap mereka sebelum melanjutkannya lagi.

"Bahkan Mr. Norman ayah Harry dan Haz selalu membagi waktunya untuk berada di rumah mereka. Kau dan juga Mr. Norman bekerja di tempat yang sama, tetapi kenapa hanya kau yang selalu tidak ada di rumah?" Andrew tampak menggigit bibir bawahnya dan bahunya bergetar, "kau tahu itu tidak adil. Untukku... Toby, dan Tom."

...

"Andrew," ia menatap wajah ayahnya yang tersenyum padanya, "aku akan memperbaiki semuanya saat kami kembali. Aku akan mencoba untuk menghabiskan waktu bersama kalian lebih banyak lagi."

"Kau berjanji? Tidak harus untukku, minimal untuk Toby dan Tom."

"Kalian semua benar-benar anak yang baik," Richard tertawa dan tampak mengingat bagaimana Toby juga lebih mengkhawatirkan kedua saudaranya ketimbang dirinya sendiri, "aku janji. Aku akan menepatinya kali ini."

"Baiklah, ini kesempatan terakhirmu dad," Andrew menjulurkan lidahnya main-main pada ayahnya yang menjawab dengan anggukan sambil tertawa, "sampai jumpa nanti sore..."

"Ya, sampai jumpa lagi Andrew, titip salam sayangku untuk kakak dan adikmu dari ayah dan ibu."

"Aku tetap menagih janjimu dad," dan Richard hanya mengangguk dan tampak melambaikan tangannya sebelum hubungan telponnya terputus.

Ia tidak bisa menghilangkan senyuman lebarnya saat itu. Ia sangat berharap jika janji itu kali ini benar-benar ditepati oleh ayah dan ibunya. Dan mereka akan berkumpul bersama seperti keluarga normal anak-anak seusianya.

Tetapi yang ia tidak tahu, malam itu adalah terakhir kalinya ia mendengar dan melihat kedua orang tuanya lagi.

•♢•

"Mereka terlambat," Toby tampak melihat jam dinding di dekat tempat mereka berada dimana jam menunjukkan pukul 11.45 malam. Kue ulang tahun sama sekali tidak tersentuh, dan Tom sudah tertidur dipangkuan May. Ben sendiri tampak tidak terlihat tenang, khawatir dengan adiknya tersebut.

"Mereka akan datang, mereka sudah berjanji," Andrew tampak mengepalkan tangannya dan menaruhnya diatas lutut, ia hanya menatap lantai meja makan yang tampak lebih menarik saat ini.

May baru saja akan mengatakan sesuatu saat suara telpon terdengar dari jauh. Ia berdiri, dan mengangkat telpon hati-hati agar tidak membangunkan Tom di gendongannya.

"Kediaman keluarga Parker?"

...

"Ya?"

...

Dan May tidak lagi mengatakan apapun saat isakan pelan terdengar ia tahan. Ia tidak ingin membangunkan Tom ataupun membuat khawatir Ben, Toby, dan juga Andrew. Setelah berterima kasih pada siapapun yang ada di sebrang telpon, ia tampak menutup sambungan dan berbalik berjalan mendekati kedua keponakannya dan suaminya itu.

"Apakah itu Richard?"

"Toby, Andrew," suaranya bergetar, baik Toby maupun Andrew tampak saling bertatapan, "ayah dan ibu kalian..."

•♢•

Kecelakaan pesawat.

Itu yang mereka katakan. Tidak ada siapapun yang selamat baik pilot, co-pilot, dan kedua orang tuanya.

Dan disinilah Andrew, hari itu dimana hujan turun. Berdiri dengan payung hitam di atasnya, dan Toby disampingnya menggendong Tom. May dan Ben menyapa seluruh pelayat. Hingga satu per satu orang pergi dari sana, hanya ada May, Ben, Toby, Andrew, dan Tom yang memberikan karangan bunga di depan dua batu nisan di depan mereka.

Richard Parker & Mary Parker

Andrew yang terakhir kali meletakkannya, hanya menatap kosong kearah kedua makam itu sebelum menggenggam erat karangan bunga di tangannya.

Tubuhnya perlahan bergetar, namun ia menolak untuk menangis. Dan ia hanya menunduk, membuka mulutnya dan hanya berbisik satu kata.

"Liar..."

To Be Continue

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top