[20] Masalah Louis

Katie Findlay as Tasha Calder 🔝🔝🔝

Louis

Mum keluar dari ruangan Lottie dengan Félicité yang mengekorinya ketika aku sedang sibuk berbincang dengan Eleanor mengenai keadaan Lottie dan segala hal lainnya. Dari sudut pandangku kulihat Mum yang mengulas senyum sedangkan Félicité mengangkat salah satu alisnya.

"Wah, siapa ini?" Mum bertanya dengan nada penasaran membuat Eleanor yang tadinya menghadapku berbalik dan bangkit dari posisi duduknya begitu matanya mendapati sosok Mum, masih dengan Félicité yang berdiri di belakang.

"Ini Eleanor, Mum. Eleanor, ini Mum dan Félicité."

Eleanor mengumbar senyuman manis. "Senang bertemu denganmu emm..."

"Hannah, panggil saja aku Hannah. Kau cantik sekali, persis seperti yang dikatakan Lottie. Terakhir kali aku berhubungan dengannya, ia berkata Louis memiliki kekasih cantik, kurasa dia tidak berlebihan soal itu."

Ucapan Mum membuatku sontak menoleh ke arah Eleanor dengan mata yang membulat, rupanya gadis itu juga melirikku dengan mata yang membulat serupa denganku. Sedangkan Mum seolah tak menanggapi reaksi terkejut kami, ia tersenyum dan Félicité yang masih setia berdiri di belakangnya bagai seorang pengawal terkekeh seolah ini adalah sebuah lelucon.

Bisa kutangkap rona merah yang menghiasi pipi Eleanor. Sudah barang tentu ia malu dianggap sebagai kekasihku sedangkan status kami selama ini hanyalah seorang tetangga yang pernah secara tidak sengaja berciuman akibat terlalu menikmati suasana senja diatas walkway jembatan Tower.

"Mum--"

"Terima kasih, Eleanor, sudah mau menerima Louis. Aku tahu Louis, aku bisa merasakan kepercayaan dirinya turun dengan sangat drastis semenjak aku dan mantan suamiku bertengkar bahkan sampai ke tahap pen--"

"MUM!" bentakku, mungkin kelewat keras hingga menyebabkan Mum, Félicité, Eleanor bahkan Phoebe dan Daisy yang masih berkelakar mengenai guru mereka, terlonjak kaget.

Aku sendiri kaget dengan suara yang kukeluarkan, ini hanya bentuk reflek dariku akibat terlalu kaget dengan ucapan Mum. Bukannya apa, Mum sudah membuka ace card keluarga kami yang tidak sembarang orang tahu. Mungkin ini akibat dari Mum yang berpikir bahwa Eleanor kekasihku lagipula, bagaimana Lottie memiliki pemikiran bahwa aku dan Eleanor adalah sepasang kekasih sampai mengatakan hal ini pada Mum.

Aku menggeram marah. Tak ada secuil keinginan dariku untuk menceritakan segalanya pada Eleanor meski ia pernah bercerita ini-itu perihal hubungannya dengan Harry. Ini hanya terlalu kelam. Namun Mum dengan mudah menghancurkan semuanya dengan kalimat yang ia keluarkan. Bisa kuterka, Eleanor akan segera mengetahui semuanya.

Aku berbalik, berjalan melalui koridor dengan tangan mengepal saking kesalnya. Perbincangan mengenai apa yang terjadi pada keluargaku selalu menjadi topik sensitif bagiku, itulah mengapa aku selalu berkilah jika seseorang mencoba untuk mengoreknya, mungkin di satu waktu aku akan mencoba untuk membicarakannya namun waktu itu sangat jarang. Aku terlalu malu dengan segala fakta yang ada. Selain itu, semuanya terasa sangat menyakitkan.

Eleanor

Aku memandang ke arah punggung Louis yang perlahan menghilang saat berbelok. Aku bisa melihat kilatan kemarahan di matanya yang bercampur dengan kesedihan. Rasanya aku sangat ingin mengejarnya dan mengatakan semuanya akan baik-baik saja meski aku tak tahu betul duduk permasalahannya, namun aku bisa merasakan Louis membutuhkan waktu sendirian jadi kutahan kakiku untuk tetap berpijak di atas lantai marmer ini.

"Eleanor."

Hannah, wanita yang telah menyumbangkan sel telurnya bagi kehidupan Louis, memanggilku dengan suara pelan. Saat aku berbalik, kilatan kesedihan itu juga terlihat muncul di mata Hannah. Félicité yang mengetahui ibunya sudah akan menangis merengkuh wanita itu. Aku hanya dapat diam menyaksikan hal yang terjadi di depan mataku.

#

"Terima kasih," ucapku pada seorang barista yang sudah membuatkan kopi americano yang baru kupesan, aku berbalik kemudian melemparkan pandangan ke seluruh penjuru kedai kopi yang cukup sepi dan pandanganku langsung terkunci pada sosok Louis yang duduk di dekat kaca, matanya melirik keluar, nampaknya laki-laki itu sendirian, hanya berteman satu kopi yang entah sudah habis atau tidak.

Buru-buru aku melangkah mendekat dan mengambil posisi duduk di hadapannya. Louis nampak terlonjak kaget ketika kutaruh dengan sedikit kasar cup kopiku. Dia menoleh kearahku dan langsung memasang ekspresi seolah ia baru saja melihat salah satu dari hantu.

"Kau mengejutkanku," kata Louis, ia meraih kopinya dan menegaknya sedikit.

Aku hanya tersenyum meminta maaf. Louis kembali melirik keluar membuatku mengikuti gesturnya untuk sekadar tau apa yang telah mencuri perhatiannya. Tidak ada yang menarik, hanya mobil yang berlalu-lalang dan orang-orang yang berjalan melewati trotoar.

"Tidak ada yang menarik, apa yang membuatmu betah melihat keluar, Louis?"

Louis mengedikkan bahu, masih dengan mata yang melirik keluar seolah enggan menatap wajahku dengan mata birunya itu. "Saat kau sedih, aku rasa segala pemandangan akan jadi nampak menarik."

Aku tidak berminat membalas ucapannya, mulutku terbungkam namun mataku menatap wajahnya. Suara musik dari Maroon 5 mengalun mengisi keheningan yang tercipta antara aku dan Louis. 3 lagu telah berputar namun Louis tak kunjung mengalihkan tatapannya, mulutnya tak mengatakan apapun sedangkan aku masih terus menelisik wajahnya.

Louis begitu indah, sejujurnya. Tapi aku bisa melihat kesedihan yang menguar darinya, itu sedikit mengganggu. Melihat Louis diliputi kesedihan membuatku merasa tidak sedang melihat Louis karena yang kutahu, Louis adalah pemuda yang pandai berkelakar, pemuda yang dengan mudah membuat pipimu terasa kram karena terus terbahak-bahak.

"Aku tidak tahu bagaimana perasaanmu," kataku, mulai kesal dengan keheningan yang melingkup, "aku tidak memiliki orang tua yang bercerai, oleh sebab itu aku tidak tahu bagaimana perasaanmu. Yang aku tau, kau tidak seharusnya seperti ini. Kau yang bilang sendiri 'kan, let the rain wash away all the pain of yesterday, tapi lihat siapa yang tidak membiarkan hujan menghapus kesedihan?"

"Mum sudah memberitaumu?" Louis mengalihkan tatapannya, ia melirikku dengan senyum sinis yang tersungging secara samar. "Kenapa aku tidak terkejut? Aku tidak tahu bagaimana cara Mum berpikir, ia selalu memberi tahu orang-orang asing mengenai masalahnya. Apa kau tidak menjelaskan pada Mum soal kita yang bukanlah sepasang kekasih seperti dugaannya?"

"Aku sudah memberitaunya." Tanpa bisa kukendalikan, suaraku ketika berbicara mulai berubah. Entah bagaimana caranya, aku merasakan sesuatu yang menyakitkan ketika ia berkata seolah aku adalah orang asing yang tidak seharusnya tahu mengenai segala hal rumit dalam keluarganya. "Hannah memberitauku, dia berpikir kita adalah teman tanpa tahu bahwa anaknya hanya menganggapku orang asing, sama sekali tidak lebih dari sekadar itu." Wajah Louis sedikit berubah begitu aku mengatakannya dengan nada sarkastik.

"Aku tidak bermaksud untuk mengatakan seperti itu, aku hanya tidak suka ketika seseorang tahu tentang itu. Itu cukup ... memalukan. Aku tidak habis pikir, bagaimana bisa Mum tidak sadar bahwa aku malu jika seseorang tahu soal ini ... terutama kau...."

"Itu tidak memalukan Louis, sama sekali tidak. Dan aku juga tidak habis pikir, bagaimana bisa waktu itu aku melihatmu marah-marah pada Lottie?"

Louis meraih cup kopinya, ia menegaknya sedikit sebelum menaruhnya kembali di atas meja sembari melarikan jemari lentiknya pada rambutnya. "Aku hanya kesal pada Lottie, dia terlalu sering mengikutiku dan terlalu sering mengatakan bahwa aku harus kembali ke Doncaster tanpa tau bahwa aku masih belum siap."

"Siap? Kalau kau menunggu siap, kau tidak akan pernah kembali Louis, aku tahu bagaimana rasanya, tapi bagaimanapun juga life must go on, Louis, kalau kau bahkan belum bisa menerima kenyataan bahwa ... bahwa Hannah kembali sendiri, kapan hidupmu bisa maju?"

"I know, Eleanor, i know tapi..."

"Aku tahu ini berat, kau bisa mencobanya secara perlahan," kataku seraya menaikkan kedua sudut bibirku hingga memebntuk kurva melengkung.

⚫⚫⚫⚫

1143 words. Pendek ya? Duh, maaf.

Sudah chapter 20, bisa dibilang TToE ini cerita terpanjang yg pernah aku buat saat ini. Alurnya tinggal sedikit lagi.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top