[18] Kecelakaan yang Menimpa Lottie
Eleanor
Aku sedikit banyak masih bingung dengan semua kejadian di sekitarku. Segalanya terasa sangat cepat sampai aku tidak yakin bahwa semua ini terjadi jika saja aku tidak benar-benar melihat tubuh Lottie kini sudah tersungkur di atas jalanan dengan darah mengucur deras dari beberapa titik tubuhnya yang terluka.
Kejadiannya di mulai dari pertemuanku siang ini bersama Lottie. Ia berakhir mengajakku keluar ke mall, kami berbicara seperti kami adalah dua orang yang sudah mengenal lama, membeli beberapa baju baru dan saling membagi tawa.
Setelah lama sekali mengelilingi mall, kami memutuskan untuk segera pulang. Kebetulan sekali kami sama-sama menaiki bus merah khas London, akhirnya kami pergi ke halte dan semua kejadian tak terduga terjadi tepat di depan mataku.
Semuanya terasa cepat membuatku shock dan tak bisa bergerak maupun bersuara bahkan hanya untuk berteriak kencang meminta seseorang dari kerumunan ini untuk menghubungi ambulans. Akhirnya aku hanya berdiri terdiam dengan kaku dengan Lottie yang tersungkur beberapa langkah dariku dan si pengendara minim tanggung jawab berlalu pergi begitu saja seolah tak melakukan apapun. Aku heran, orang itu bodoh atau apa? Jelas-jelas di dekat areal ini terdapat sebuah CCTV yang merekam dengan sangat jelas kejadian tadi, ia mungkin akan tertangkap besok sebagai seseorang yang menabrak Lottie.
"Nona, kau baik-baik saja? Kau temannya bukan?" Seseorang menepuk pundakku pelan, ia menatap wajahku yang pasti terlihat sangat idiot dengan khawatir dan aku hanya bisa mengangguk kaku. "Aku sudah memanggilkan ambulans, ada seorang dokter yang kebetulan ada di tempat ini, dia sedang memberikan pertolongan pertama, kau tidak perlu khawatir."
Aku kembali mengangguk kaku, masih sangat speechless. Dan tiba-tiba bayangan Louis menari-nari di pikiranku tanpa permisi, bagaimana respon Louis ketika tahu bahwa Lottie kecelakaan dan keadaannya sangat parah saat ini? Apa Louis masih akan memperlihatkan sisi dirinya yang membenci Lottie?
"Nona, kau yakin kau baik-baik saja? Ini untukmu," orang itu kembali berkata, mengangsurkan sebuah botol air mineral kepadaku yang langsung kuterima. Kubuka tutup botol itu dan menegaknya. Untuk sesaat aku hanya diam sebelum akhirnya aku benar-benar menguasai diri.
Sirine ambulans terdengar bersahut-sahutan, tak perlu waktu lama bagiku untuk menangkap sebuah mobil ambulans yang melaju cepat ke arah kami. Beberapa perawat keluar dari mobil, memindahkan tubuh Lottie dengan hati-hati, seseorang yang katanya dokter dan membantu memberi pertolongan pertama pada Lottie juga ikut membantu. Kemudian Lottie dimasukkan kedalam ambulans dengan aku yang mengekor dan ikut serta masuk kedalam sana.
#
Lottie segera ditangani sedangkan aku tidak diperbolehkan masuk, aku disuruh untuk nenunggu apapun yang terjadi di ruang tunggu. Sambil duduk, tanganku bergerak-gerak gelisah, memikirkan bagaimana nasib Lottie disana. Apa dia akan baik-baik saja? Apa tim dokter berhasil menanganinnya? Dan berbagai pertanyaan yang menghantuiku tanpa bertemu jawabannya.
Tiba-tiba aku teringat sesuatu, sudah sekitar setengah jam aku duduk di ruang tunggu dan selama itu pula aku tak menghubungi Louis sebagai satu-satunya saudara Lottie yang kukenal. Pun, aku merogoh tas yang kubawa dan mengambil ponsel pintarku. Kucari kontak Louis dan segera menghubunginya.
"Louis!" sapaku, terdengar seperti membentak tanpa bisa kucegah.
"Astaga, ada apa, Eleanor?"
Aku diam sejenak, mencoba menguasai diriku yang tiba-tiba merasa kalut dan menangis. Rasanya sangat susah bagi diriku untuk hanya mengatakan bahwa Lottie kecelakaan, tubuhnya terpental karena sebuah mobil sedan yang dikendarai oleh orang minim tanggung jawab dan sekarang ia sedang dirawat oleh tim dokter disebuah rumah sakit.
"Lottie ... Lottie...," kataku, sedikit kesulitan untuk menggerakan bibirku dan mengatakannya.
"Astaga, Eleanor, ada apa dengan Lottie? Hey! Kau menangis? Hey, hey, kau kenapa?" Suara Louis terdengar sangat panik di sebrang sana, semua itu sama sekali tak membantu, aku semakin menangis kencang.
"Louis ... Lottie ...."
"Oke, tenangkan dirimu. Inhale ... exhale ... inhale ... exhale ... ya, seperti itu," kata Louis, memberiku intruksi untuk menenangkan diri yang ku ikuti.
"Lottie kecelakaan, ia sekarang dirawat di rumah sakit. Kau ke sini sekerang, kukirim alamatnya lewat pesan."
Louis langsung mematikan telponnya dengan itu langsung kukirim alamat rumah sakit pada nomor Louis sambil berharap bahwa Louis akan sampai kesini dengan selamat. Jangan sampai karena dia terlalu khawatir, dia bertabrakan dengan orang. Demi Tuhan! Aku tidak mau 2 kecelakaan yang menimpa orang-orang yang kukenal terjadi dalam satu hari.
Aku meruntuki diriku, menyadari bahwa aku telah melakukan hal bodoh dengan berpikiran yang tidak-tidak dan membuatku kalut sendiri.
Oke, tenangkan dirimu Eleanor, everything gonna be okay.
Louis
"Louis, kau mau kemana?!" teriak Mr. Dalton saat aku sedang membereskan berkas-berkas di atas meja dan mengambil kunci mobil, sudah siap turun ke basemant untuk menjemput mobilku yang menunggu.
"Maafkan saya, Sir, adik saya baru saja kecelakaan. Saya harus ke rumah sakit sekarang," kataku, menekan kata harus.
Aku sudah lama berkerja pada Mr. Dalton dan aku sangat tau bagaimana perangainya. Ia tidak mudah membiarkan pegawainya keluar saat berkerja. Kuharap ia mengerti bagaimana keadaanku sekarang dan membiarkan aku pergi ke sana atau jika memang dia tetap memaksaku untuk tetap di sini, lihat saja nanti, dia akan menyesal, aku yakin aku tidak akan bisa fokus pada pekerjaanku sedangkan adikku sedang berjuang antara mati dan hidup di rumah sakit.
"Adik yang mana? Lottie?" tanya Niall, ia bangkit dari posisi duduknya dan memandangku dengan tatapan bertanya.
"Memangnya yang mana lagi yang tinggal di London?"
"Kau yakin adikmu kecelakaan?" tanya Mr. Dalton. Astaga ... keadaan sudah seperti ini ia masih bertanya macam-macam?
"Tetangga saya yang mengatakannya, saya tidak tahu bagaimana dia tahu tapi yang saya tauu, saya harus ke sana sekarang juga."
Mr. Dalton berpikir sejenak sambil berkacak pinggang sebelum akhirnya mengangguk membuatku menghela napas lega. Aku langsung berterimakasih padanya dan segera berlari menuju lift yang membawaku turun ke basement.
Bagaimana bisa Lottie kecelakaan? Bagaimana bisa Eleanor mengetahui ini semua? Bagaimana keadaan Lottie? Akankah dia bertahan?
Aku terus bertanya-tanya selagi kakiku melangkah menuju mobilku yang sedang terparkir. Aku langsung membuka kunci mobil dan melompat naik dan mengendarainya dengan kecepatan rata-rata. Meski aku khawatir tentu aku masih punya otak yang berpikir logis, jangan sampai aku jadi ikut kecelakaan. Itu adalah hal bodoh jika sampai terjadi.
Alamat yang Eleanor berikan mengantarkanku pada sebuah rumah sakit besar dekat dengan salah satu mall di London. Kuharap, besarnya rumah sakit ini juga dilengkapi dengan fasilitas yang sangat lengkap yang bisa membantu kesulitan Lottie nantinya.
Setelah memakirkan mobilku, aku langsung masuk dan menuju resepsionis, bertanya di mana tempat seseorang yang baru saja mengalami kecelakaan dirawat. Setelahnya aku langsung bergerak sesuai intruksi dan benar saja, sosok Eleanor sudah duduk disalah satu kursi, wanita itu bergerak-gerak gelisah dengan wajah yang dipenuhi bekas air mata.
"Eleanor!" teriakku membuat wanita itu mendongak.
Ia berjalan menghampiriku begitu pula aku dan ketika sampai berhadapan dengannya kubawa ia kedalam pelukanku. Eleanor menangis di dadaku untuk alasan yang aku sendiri tidak tau.
Apa Eleanor menangisi Lottie? Apa hubungan Eleanor dan Lottie sedekat itu?
"Maafkan aku, Louis, maafkan aku. Aku disana tadi tapi aku tidak sempat menyelamatkan Lottie, maafkan aku...." Eleanor terisak dan aku benar-benar tidak tahu harus melakukan apa selain mengusap punggungnya dengan lembut.
"Ssttt ... ini bukan salahmu, Eleanor," bisikku, mencoba menenangkannya.
Butuh waktu yang cukup lama bagi Eleanor untuk menguasai dirinya dan selama itu aku mendekapnya sampai ia tenang dan isakan itu tak keluar. Kami kemudian duduk di ruang tunggu, menunggu tim dokter menyelesaikan tugasnya dan memberi kabar pada kami. Aku harap kabar yang disampaikan adalah sebuah kabar baik. Aku tidak tau harus apa jika sampai yang terdengar nanti adalah hal buruk. Sebuah mimpi buruk.
⚫⚫⚫⚫
HAPPY NEW YEAR
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top