Kisah Para Aplikasi Ponsel

Suasana di tavern malam itu tidak begitu ramai, hanya beberapa orang saja yang duduk saling berjauhan. Bartender yang sedang mengelap gelas-gelasnya dengan terampil melirik satu per satu pelanggannya. Mereka semua sudah sering mampir ke tempat itu. Meski sebagian besar memesan minuman hingga mabuk, tetapi ada pula yang datang hanya untuk makan dan pergi lagi.

Suara lonceng pintu terdengar, bartender langsung meletakan gelasnya dan tersenyum lebar menyambut pelanggan. Mata cokelat sang bartender bisa melihat suasana di luar tavern yang sedang turun hujan dari balik tubuh si pelanggan. Kemudian, pintu tavern pun ditutup dan pelanggan dengan baju agak basah memilih duduk di depan meja bar.

"Selamat datang, mau pesan apa?" tanya bartender.

Pria dengan rambut putih dengan baju berwarna merah, kuning, hijau, dan biru mendengkus. "Mocktail apa saja sesuai rekomendasimu. Aku harus tetap bangun malam ini."

Bartender itu mengangguk, lalu kembali berkata, "Saya merekomendasikan Virgin Pina Colada. Bagaimana, Tuan?"

"Itu saja."

"Baik, apa ada tambahan lain?"

Si pria menggeleng. "Tidak ada."

"Baik, pesanan Anda saya terima."

Pria itu mendengkus lagi, kedua tangannya memegang kepala seraya menunduk. Hari ini benar-benar membuatnya lelah, terlebih lagi jam kerjanya yang tidak menentu tergantung keinginan atasannya. Jauh di dalam lubuk hatinya ia sangat iri pada beberapa kawannya, jam kerja mereka lebih teratur, bahkan ada yang sangat luang sekali karena jarang dibutuhkan.

"Oh, Google! Kita bertemu di sini!" teriak seorang pemuda dengan pakaian casual berwarna hijau dan celana cokelat. Pemuda itu lantas merangkul pria bernama Google.

"Ah, kau rupanya, Tears of Themis. Sedang apa kau di sini? Bukannya bos pasti memanggilmu di jam-jam sekarang?" tanya Google dengan sinis.

Tears of Themis tertawa, kemudian duduk di samping Google. "Bos sekarang lagi berduaan sama anak baru."

"Oh, kau sudah tidak jadi favoritnya lagi?" Google terkekeh sejenak. "Hmm, sepertinya tidak lama lagi kau bakal dipecat."

"Eh, apa maksudmu? Begini-begini bos masih sayang sama salah satu karyaku, lho. Aku, kan, penyedia obat anti penat untuknya."

"Terserah kau saja. Yang penting aku sudah memperingatkanmu."

Belum sempat pemuda itu membalas ucapan Google, bartender menyerahkan pesanan mocktail-nya. Kemudian, pria itu kembali menggosok gelas seraya tersenyum tipis. Telinganya mendengarkan obrolan dua pelanggannya.

"Tidak mungkin. Pokoknya tidak mungkin." Tears of Themis terdiam sejenak, lalu mengganti topik obrolan karena merasa tertekan. "Hei, Google. Bagaimana pekerjaanmu akhir-akhir ini?"

Google menyesap sedikit mocktail, mata sewarna pelangi itu melirik kawannya. "Seperti biasa. Bos itu suka memanggil tanpa tahu jam. Sebelum aku beristirahat saja dia menghubungiku, perkara mencari biodata Fatui Harbinger Genshin Impact. Lalu, tadi juga sama. Kukira jam kerjaku sudah selesai, eh dia memanggilku lagi. Lebih kesalnya dia memanggilku cuma untuk mencari Youtube. Argh! Benar-benar manusia tidak tahu jam kerja!"

Google menggebrak meja bar disertai ekspresi kesal, tetapi lama-lama malah terlihat seperti orang depresi. Hal ini jelas membuat Tears of Themis merasa simpatik, jadi ia pun menepuk punggung Google pelan.

"Kadang bos seharian penuh memintaku mencari informasi. Aku juga butuh istirahat! Aku iri padamu."

Tears of Themis tersenyum simpul, ia mengingat dengan jelas dulu saat pertama kali bergabung dengan Elise Company juga bekerja tanpa tahu jam. Ia bisa pulang ke apartemen tengah malam, kadang tidak pulang karena atasan lupa bilang jam kerjanya sudah selesai. Namun, akhir-akhir ini ia jadi senggang, sebab atasan mereka sedang tertarik bekerja dengan Youtube.

Di tengah adu nasib Google dan Tears of Themis, seorang pria berpakaian hitam memasuki bar seraya memapah pria berbaju merah disertai ornamen putih. Keduanya berjalan terseok-seok, wajah mereka pucat, dan kantung mata terlihat jelas.

Seorang perempuan yang sejak tadi hanya menikmati makanan di pojok bar langsung saja melompat untuk membantu memapah. Perempuan dengan rambut jingga, baju jingga dengan hiasan huruf W putih itu tampak lebih segar dibandingkan siapa pun di bar itu.

"Astaga, Youtube! Kau baik-baik saja?" tanya Wattpad sambil membantu pria berbaju merah itu duduk di salah satu kursi tak jauh dari pintu masuk.

Alih-alih menjawab, Youtube malah menjatuhkan diri di atas kursi panjang seperti orang pingsan. Sontak saja membuat Wattpad dan X---dulu bernama Twitter---panik. Gara-gara keduanya ini bartender, Google, Tears of Themis, beberapa pelanggan lain yang ternyata karyawan di Elise Company langsung menghampiri mereka. Keadaan Youtube benar-benar kacau balau, melebihi keadaan Google. Sang bartender langsung membawakan segelas air, sementara Wattpad berusaha memijat pundaknya Youtube.

"Pekerjaanmu parah sekali, ya," pungkas Tears of Themis.

"Bos pasti menyuruhmu kerja lembur bagai kuda, upah seadanya," imbuh KakaoWebtoon.

"Itulah kenapa kau seharusnya tidak usah mencolok seperti Google," sindir Discord.

Youtube mengangkat kepalanya pelan, tampak tidak bertenaga. Akan tetapi dirinya dehidrasi dan butuh asupan air. Pandangannya saja terlihat buram. "A-aku ... ingin ...."

"Sudah, sudah. Lebih baik kau minum dulu," ujar Wattpad.

Youtube jelas memaksakan diri untuk mengubah posisinya jadi duduk, ia juga menegak airnya hingga habis. Begitu air meluncur di tenggorokannya, rasa sakit yang sebelumnya ada terasa hilang. Meski energinya hanya bertambah satu persen, setidaknya ia tidak harus lagi menderita tenggorokan kering.

"Tadi kau ingin apa?" tanya Google dengan sinis.

Youtube memejamkan mata, tetapi satu matanya terbuka hanya untuk melirik pada Google yang sedang bersedekap. "I-ingin ... pen ... siun."

X terkejut mendengarnya. Spontan ia berdiri sembari berekspresi tidak terima. "Jangan! Kalau kau pensiun, nanti aku yang diincar! Sekarang saja bos sering memintaku mencari akun mutual sesama player game. Bos juga yang memintaku untuk mempromosikan novelnya di base. Tolong jangan pensiun."

Lantas saja Discord memukul kepalanya X sambil berkata, "Kalau begitu kau saja yang gantikan dia. Kau mau melihat temanmu tiba-tiba terkena penyakit 'Not Responding'?"

KakaoWebtoon mengangguk setuju. "Bos tidak suka melihat kita terkena penyakit itu. Aku saja yang terkadang kena penyakit 'Gambar Tidak Dapat Dimuat, Coba Lagi' saja bos uring-uringan sampai mengancam akan menendangku dari company."

"Ah, jadi ingat dia marah-marah padaku gara-gara 'Error, Try Again Later' saat dia sedang asyik membaca cerpen Montaks," tukas Wattpad.

"Memang paling benar bos seharusnya tidur lebih awal," ujar Discord lagi. Mata biru tuanya menatap satu per satu orang di sana, kecuali bartender yang sekarang kembali ke meja bar. "Hei, Google, coba kau sesekali berikan tips-tips tidur lebih awal."

"Sudah kucoba. Tapi bos sama sekali tidak mau melirik artikelnya." Google bersedekap disertai dengkusan. "Bukannya itu tugas Youtube supaya bos bisa tidur? Video-video ASMR Spa saja sudah cukup."

Youtube tertawa hambar, matanya masih terpejam, sedangkan kepalanya bersandar ke sandaran kursi. "Mana ada. Bos ... lebih ... suka ... baca fan ... fiksi."

"Oh, tugas Wattpad rupanya," imbuh X.

Wattpad mengernyit, kepalanya dengan cepat menggelng. "Hei, enak saja kau bilang! Bos mencariku kalau ia hanya ada perlu dengan cerita-cerita tertentu saja. Mencari fanfiksi itu butuhnya Google!"

Adu mulut mereka setidaknya meramaikan suasana bar di malam hujan itu. Ya ... setidaknya sampai pintu bar terbuka dengan keras disertai wajah-wajah panik perempuan dan laki-laki. Mereka adalah Lovebrush Chronicle, Pinterest, WhatsApp, dan The Tale of Food.

Pinterest yang paling duluan berlari masuk, mendekati meja bar. "Izinkan aku sembunyi di gudangmu!"

Kemudian, Lovebrush Chronicle menyusul dan mendorong Pinterest hingga terjungkal. "Tidak, pinjamkan gudangmu untuk kami bersembunyi."

The Tale of Food yang mengekori Lovebrush wajahnya sudah pucat. Baju changsan-nya kusut, serta rambut hitam panjang sepunggung yang berantakan.

Bartender tersebut mengangguk, lalu mengantar dua pemuda tersebut ke pintu tersembunyi menuju dapur. Pinterest yang tidak ingin tertinggal lantas berdiri dan menyusul mereka. Namun, gerakan cepat WhatsApp yang mencekal tangannya, membuat Pinterest tertahan.

"Lepaskan! Apa-apa kau ini?" bentak Pinterest yang kesal terhadap perempuan berambut hijau dengan senyum mencurigakan.

"Maaf, tapi kau sebaiknya ditumbalkan malam ini," ucap WhatsApp.

"Ditumbalkan apa maksudmu? Kau saja yang ditumbalkan!" Perempuan berambut merah dan putih sebahu itu lantas melepaskan cekalan tangan WhatsApp dengan kasar.

WhatsApp tertawa mengejek. "Jam kerjaku sudah habis. Tak ada yang mengirim pesan di jam segini. Dasar bodoh."

"Enyah saja kau!" umpat Pinterest.

Perempuan itu hendak pergi ke belakang meja bar, tetapi lagi-lagi tidak sempat karena WhatsApp langsung menarik tangannya dan melempar tubuh perempuan ramping itu ke meja terdekat. Kemudian, aksi perkelahian keduanya jadi bahan tontonan rekan-rekan mereka.

Semuanya asyik menonton, kubu pun terbagi dua untuk mendukung keduanya. Youtube yang bahkan tidak punya energi untuk bergerak lebih, diam-diam mendukung salah satu rekannya. Hingga di saat semua orang terlalu fokus pada perkelahian Pinterest dan WhatsApp, tidak ada satu pun yang sadar seorang perempuan berambut pirang ikal memasuki bar. Bibirnya lantas melengkung membentuk senyuman ketika melihat para pelanggan bar.

Lantas, perempuan yang bernama Elise tersebut berseru, "Oh, jadi kalian semua di sini. Pantas saja aku cari-cari tidak ada!"

Seketika perkelahian pun berhenti. Semua mata memandang ke satu arah. Berbagai ekspresi menghiasi wajah mereka. Sekarang tidak ada yang bisa kabur, tidak ada pula yang bisa melindungi rekannya karena tidak mau jadi korban berikutnya.

"Pinterest, saatnya kau kembali ke kantor! Aku butuh kau untuk mencari foto-foto husbuku," ujar Elise sambil menarik lengan Pinterest.

"Ah, iya. Kau juga ikut denganku, Youtube. Video yang tadi belum sempat kulanjutkan."

Pada akhirnya, di tengah pasrah dan kelelahan, Pinterest mengekori atasannya. Sementara Youtube dibantu Wattpad dan X dipapah menuju Elise Company.

[]

Sementara itu di angkringan pinggir jalan dekat Elise Company---yang sebenarnya rumah Elise.

"Kasihan sekali mereka, kerja lembur," kata Instagram sembari meminum kopi hangatnya.

"Benar. Untung saja beliau tidak terlalu tertarik dengan kita," timpal Shopee.

"Bos hanya membutuhkan kita kalau ingat," imbuh Mbanking.

"Benar. Ah, enaknya jadi freelance." Shopee mengangguk, kemudian menyeruput wedang jahenya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top