Habiskan Antibiotikmu!
Tubuh manusia didukung oleh berbagai sistem organ yang saling bekerja sama. Sistem organ terdiri dari beberapa organ yang memiliki tujuan tertentu. Organ terdiri dari jaringan-jaringan penyusunnya. Jaringan pun dibentuk oleh berbagai sel yang memiliki fungsi yang sama.
Begitu pula yang terjadi di jaringan pembuluh darah yang damai saat ini. Jaringan ini terdiri dari berbagai sel darah merah, para Eritrosit yang dengan senang hati menjadi kurir yang membawa berbagai macam hal mulai dari oksigen, hingga nutrisi yang dikonsumsi tubuh. Di antara para Eritrosit yang kecil dan ceria, ada beberapa Leukosit yang memiliki tubuh kekar, sesekali berpatroli untuk mengecek tidak ada orang asing yang menyusup.
"Halo, Leukosit!"
"Leukosit!"
"Kerja bagus hari ini, Leukosit!"
Suara Eritrosit bersahut-sahutan menyapa seorang Leukosit yang sedang berpatroli. Jumlah Leukosit kalah jauh dari Eritrosit. Oleh karena itu, Leukosit tidak bisa selalu menemukan penyusup dan langsung membasminya.
"Kerja bagus juga, kalian. Jangan lupa melaporkan jika terjadi apa-apa, ya!"
Terkadang, Eritrosit yang harus bisa untuk melaporkannya pada Leukosit. Apabila Leukosit tidak bisa langsung membasmi, maka Eritrosit akan membuat sinyal yang bisa diketahui oleh Tubuh melalui tanda-tanda seperti peradangan. Tandanya pasukan Leukosit akan dikerahkan.
Sayangnya, Eritrosit adalah sel darah yang cukup naif.
Bencana pun terjadi.
Seharusnya sejak awal Eritrosit curiga dengan seorang makhluk kecil yang menghinggapi tubuhnya. Mengaku bernama Kuman, keduanya sempat berbincang sedikit sampai tanpa sadar kuman sudah masuk ke dalam Eritrosit.
"Leukosit! Tolong aku!"
Kuman dengan cepat menggerogoti Eritrosit yang lain, membuat suasana kacau. Leukosit terdekat mencoba untuk melawan, tetap masih kalah jumlah.
"Bertahanlah!" Leukosit harus memanggil pasukannya.
Bukan main paniknya ia, saat sadar jumlah Kuman meledak di dalam tubuh. Saat detik-detik terakhir sebelum kematiannya, Eritrosit sempat memperingati Tubuh akan adanya bahaya serangan mendadak.
Oh, Eritrosit sungguh menyesal ia terlalu ramah pada makhluk super kecil itu.
Peradangan muncul sebagai sinyal pada tubuh. Tubuh sedang dilanda demam.
Perang pun dimulai. Pasukan Leukosit melawan koloni Kuman yang terus bertambah.
Kuman semakin merajalela. Sungguh niatnya hanya ingin berteman dan menambah anggota keluarga. Makin hari, semakin banyak Eritrosit yang mati digerogoti Kuman. "Tempat ini sangat nyaman! Kita bisa makan kenyang dan membuat keluarga besar! Aku suka di sini!" Tak peduli sebanyak apa pun Kuman yang gugur akibat serangan Leukosit, jumlah mereka terus dan terus bertambah.
Di saat bersamaan, Leukosit mulai kewalahan. Mereka memang lebih besar dan kekar, tetapi jumlah Kuman beratus-ratus kali lipat. Leukosit juga mulai kelelahan karena Tubuh sepertinya tidak memberi asupan nutrisi yang cukup.
Tubuh pasti tidak nafsu makan.
"Apakah artinya kami kalah?" Leukosit rasanya ingin menyerah. Eritrosit yang biasanya ceria kini memohon untuk diselamatkan, keadaan sangat kacau.
Namun, di saat Kuman sedang asyik-asyiknya berkembang di dalam Eritrosit yang lain, ada sesuatu yang mengganggu dan membuat tubuh Kuman melemah.
"Siapa kau?!" Kuman memekik.
Seseorang dengan penampakan yang asing sedang menyerang Kuman dengan gagah berani menggunakan pedangnya. Tubuhnya tidak lebih besar dari Leukosit, tetapi dia tampak begitu kuat.
Leukosit terkejut dengan sosok baru itu. Entah kenapa, dia tahu bahwa sosok ini tidak berbahaya. Namun, untuk memastikan dia tetap bertanya. "Siapa?"
"Aku Antibiotik. Aku di sini akan membantumu membasmi Kuman." Antibiotik berkata sambil mengayunkan pedang, menebas bersih sekelompok Kuman yang berteriak panik. "Seharusnya kamu tidak mengganggu di sini," ujar Anti Biotik tegas sambil terus-terusan menyerang Kuman tanpa henti.
Kuman pun mulai melemah, dan semakin melemah. "Aku bukan mengganggu," bela Kuman yang nyaris tak berdaya.
Leukosit ikut membantu Antibiotik. Dalam waktu sehari saja, mereka berhasil memukul mundur Kuman, hingga hanya tersisa setengahnya saja. Peradangan mulai mengecil. Leukosit dan Eritrosit bersorak-sorai penuh suka cita, mengangkat Antibiotik tinggi-tinggi.
Antibiotik bilang dia mungkin akan hilang setelah beberapa jam, tetapi akan tetap datang dan membantu Leukosit membasmi Kuman hingga tuntas.
Namun, pada hari kedua, Antibiotik tidak datang lagi. Eritrosit dan Leukosit terlihat tidak begitu khawatir, mungkin mengira Antibiotik akan datang esok hari. Sepertinya Tubuh merasa jauh lebih baik jadi memutuskan untuk tidak lagi mengirim Antibiotik.
Kuman yang mencoba untuk tidak terlihat mencolok setelah kekalahan kemarin, diam-diam menyeringai menang. Tak ada Antibiotik, tak ada lagi yang bisa menghentikannya! Dengan cepat ia pulih kembali dan menyerang Eritrosit yang lain.
"Leukosit! Tolong!"
"Leukosit! Leukosit!"
Kekacauan pun terjadi kembali. Seperti deja vu.
Pasukan Leukosit lengah, mereka buru-buru kembali mengerahkan pasukan, tetapi hasilnya sama. Bukan, ini bahkan lebih buruk! Kuman berkembang dua kali lebih cepat dan jauh lebih kuat daripada yang sebelumnya! Leukosit benar-benar tidak berdaya.
Peradangan kembali membesar hari itu. Leukosit hanya bisa berharap Antibiotik akan datang lagi.
Keesokan harinya Antibiotik memang datang lagi, dengan sosok dan pedang yang sama. Leukosit dan Eritrosit bersorak senang. Namun, kesenangan itu hanya berlangsung sebentar, ketika mereka sadar pedang Antibiotik tidak lagi menghunus dan melenyapkan ratusan Kuman dalam sekejap.
Antibiotik kewalahan menghadapi Kuman!
"Ini?!" Antibiotik menatap terkejut, pedangnya hampir jatuh.
"Percuma, aku sudah semakin kuat. Ini adalah resistensi." Kuman berucap bangga pada Antibiotik yang masih tetap menyerangnya. "Aku akan mengusai seluru Eritrosit di sini."
Antibiotik geram, ia tetap berjuang sampai akhir bersama dengan Leukosit. Sampai titik darah penghabisan.
"Makanya, beri tahu Tubuh bahwa seharusnya ia tak berhenti mengirim Antibiotik sebelum waktunya." Kuman tersenyum lebar, koloninya terus berkembang dan terlihat akan menggerogoti hingga keluar peredaran darah.
Akhirnya, Antibiotik tetap kalah, Leukosit lelah, dan Eritrosit hanya bisa pasrah. Apa Tubuh harus hidup berdampingan dengan Kuman ini?
"Aku bersumpah akan ada yang mampu membasmimu, Kuman." Itu yang Antibiotik kucapkan di hari terakhirnya menyerang Kuman, yang hanya mampu mengalahkan setengah dari jumlah yang ada.
Kuman hanya tersenyum remeh. "Ya, lihat saja nanti."
Entah apa yang terjadi setelahnya. Konon, Tubuh butuh waktu yang sangat lama untuk sembuh. Dan Kuman pun sebenarnya tidak benar-benar musnah. Mereka hanya bersembunyi di suatu tempat, menunggu waktu yang tepat ketika Tubuh lengah untuk menyerang kembali.
Sejak saat itu, peredaran darah bukan lagi tempat di mana Eritrosit bisa bekerja dengan riang gembira. Mereka dipenuhi oleh teror dan ketakutan. Pun jumlah Leukosit yang berpatroli sudah bertambah, tetapi kedamaian pembuluh darah sudah hilang.
Semua karena ulah Kuman, dan resistensinya terhadap Antibiotik.
Tamat
Note: Habiskanlah antibiotikmu sebelum terjadi resistensi antibiotik. Resistensi memang tidak langsung terjadi dalam satu hari, tetapi ada baiknya untuk tetap menjaga tubuh agar kejadian serupa tidak terulang.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top