BYT | 47
♚she said save your appologies ,baby I just got to know ,♚
" berkemungkinan besar ... she will try again, killing you untill there is no one will take her lover ... " terangnya melirik tajam pada ku .
Tanganku bergetaran bersama ledakan amarah , " then, saya patut halang dia kan —— demi kematian Haqiem Reynold "
Dia mengangguk sekilas sebelum Iphone miliknya bergetaran , membuatkan kerutan di wajahnya bertambah.
" Anyway , this weekend akan ada pelancaran Luca's collection and you sebagai duta terbaru musim ni akan rasmikan that event , so ... dress and apa-apa yang kau perlukan untuk event tu kau boleh tanya Lucas " ujarnya mula melirik kembali Iphonenya yang masih bergetaran.
" that's all for today , rest well " tuturnya mematikan segala perbualan kami memandangankan tumpuannya lebih tertumpu pada Iphone itu. Saat mata ini melirik tangannya , baru tersedar cincin yang sebelum ini tersarung di jemarinya sudah ditanggalkan.
" have someone told you that its dangerous to day dreaming ... miss ? "
Mataku naik menemui lelaki ini , debaran di dada cuba aku tenangkan meski sukar. Anak mataku melirik tajam lelaki ini. Lelaki sama yang muncul di butik dan hospital.
" aku nampak... kau dah jumpa abang kau , congrates hum ? " senyuman sinis bertamu di bibirnya sebelum tangan disua padaku .
Keningku terjungkit sinis, mencabar lelaki ini.
Dia tertawa kecil , " betulah apa diorang katakan... kau dah berubah ... totally change ... maybe death really bit you hurm —— " usikkan sinis darinya hanya membuatkan aku membisu. Meneliti lelaki ini , cuba mencari walau satu maklumat yang dapat membantuku merungkai kehadirannya dalam hidupku.
" staring me will not give you any information miss " mendatar bicaranya , menghantar senyuman manis buatku.
Hela berat aku lepaskan, meliarkan mataku ke sekitar shopping complex ini sebelum kembali menikam wajahnya.
" fine, so could you tell your name mr stalker ? "
Dia tertunduk bersama senyuman kecil, " Call me Ian " tuturnya lembut .
" Ian, so ... apa yang awak nak dari saya sampai stalk saya tak habis-habis ni ? " bersahaja aku menyoalnya memandangkan kesabaranku semakin menipis.
" you are really special ... and I'm impress with all those changes in you so let me tell you a secret ... " matanya melirikku dalam-dalam , memastikan aku menumpukan sepenuhnya perhatianku padanya ,
" never trust anyone and keep your insanity , the key is yours "
Kerutan di dahiku jelas menjadi bahan tawanya, sinis kerana dia tahu bahawa bicaranya itu tadi hanya menambahkan lagi persoalan di benakku.
" its quite frustrating right , to be clueless —— " sinis pertanyaannya membuatkan aku menahan diri dari melempang senyuman yang bermaharajalela di bibirnya.
" anyway , I got to go . See you again ... miss " pamitnya , mula menapak pergi sebelum bayangnya hilang dalam kumpulan manusia.
Finn Qaees memarkirkan motorsikal berkuasa besarnya itu di garaj sebelum menapak ke dalam rumah, meliar matanya mencari susuk tubuh kekasih hatinya sebelum dia menyoal keberadaan wanita itu pada pembantu rumah.
" cik Qaseh keluar , sejak pagi lagi —— "
" uh, tak apalah...urm..Uni mana ? " soalnya, terdiam sendiri bila mana menuturkan nama itu memandangkan sejak akhir-akhir ini dis sudah melupakan kewujudan Auni. Perasaan bersalah mulai bersarang dalam dadanya.
Dia bergerak ke arah kolam renang, kerana kebiasaan Auni untuk bermain di situ .
Tubuh kecil itu duduk di tepian kolam renang, memeluk teddy bear itu. Senyuman Finn Qaees mati , memajukan langkahnya ke arah kanak-kanak itu.
Teddy bear itu dirampasnha kasar membuatkan Auni berdiri , terdongak melihat Finn Qaees yang tenggelam dalam kemarahan.
" finn tak pernah belikan Uni patung ni , siapa yang bagi ?!" Tengkingannya mengejutkan Auni yang sudah terhincut-hincut dalam esakan. Tangan kecil itu cuba menggapai semula patung beruangnya.
" finn tanya ni ! Uni pekak ke ?! " marahnya, suara naik seoktaf tanpa sedar melepaskan kemarahannya pada kanak-kanak itu .
" Lo—Lofu yang bagi ...ha—hadiah birthday— u—Uni " teresak-esak kanak-kanak itu disebabkan tengkingan finn Qaees .
" lofu ? Lufasz ?! " lengan kecil Auni direngkuh kasar , membuatkan tubuh kecil itu bergetaran malah sesekali terumbang-ambing dek kerana kekuatan finn Qaaes.
Tangisan Auni semakin kuat apabila finn Qaees mencengkam kuat lengan halusnya sebelum patung beruang itu dilempar jauh ke dalam kolam renang. Terapung patung itu ditengah-tengah kolam itu,
" finn jahat ! Uni benci FInn ! BENCI kak Qaseh ! " jeritan halus AUni membuatkan lelaki itu tersedar sekali gus meleraikan cengkamannya pada lengan Auni.
Rambutnya diraup kasar bersama perasaan bersalah namun belum sempat dipujuk kanak-kanak itu sudah berlari masuk ke dalam rumah.
Finn Qaees tertunduk , sebelum matanya naik melirik patung beruang yang semakin tenggelam dengan serapan air klorin itu .
Tanganku menekup leherku yang pedih , bersama cecair hangat yang bertompokan di sekitarnya.
Desah nafasku menggila , mendongak melirik Qaseh yang tersenyum sinis. Pisau lipat ditangannya digenggam kemas, bersedia untuk dihunus pada diriku .
" kau memang liatkan nak mati ! " desisnya , melirikku tajam. Setiap langkahnya menghampiriku bergema , memberi ilusi bahaya .
Kawasan parkir yang sememangnya sunyi sudah pasti menjadi salah satu taktiknya untuk menghapuskan aku.
" aku tak sangka kau boleh selamat ... tsk , ingatkan korang berdua mampus terus...sayangnya.... terpaksa korbankan adik kesayangan aku kan —— tapi... tak apalah... aku memang tak perlukan penghianat macam dia " selaranya bersahaja meski manusia yang dimaksudkan adalah adik kandungnya.
" kau diam je ... dah pasrah.. nak mati dah ke ? " soalnya sinis , melirik pada leherku yang berdarah. Tersenyum lebar ,kagum dengan hasil tangannya.
Aku membisu , mengira detik demi detik , sehinggalah apabila daguku dicengkamnya kasar , menikamkan kukunya ke rahangku.
" ini balasannya kalau kau cuba rampas hak aku ... finm Qaees milik aku ... selamanya milik aku —— " gumamnya, mengetap rahangnya .
Sekelip mata, tubuh wanita itu terjatuh ke sisi sebelum tertiarap kaku sambil memegang belakang kepalanya , kepalaku terdongak melirik salah seorang pengawal peribadiku , tegak berdiri bersama sepucuk pistol ditangannya,
" I just knock her out " mendatar bicaranya sebelum lengannya melingkar ke bahuku, membantu aku berdiri.
" let me see —— " leherku ditenungnya, dikalihkan sisi wajahku ke kiri kanan ,
" nothing serious , budak "
Aku senyum, membiarkan Saki , bodyguard ku menguruskan wanita itu.
" apa nak buat dengan perempuan gila ni ? "
" sel besi "
Mataku melirik ke luar kereta , pejam celik sudah tiga hari berlalu hal itu. Mujur sahaja kesan kelar di leherku tidak dalam , hanya tinggal parut . Parut bertambah di tubuhku ,
" there is no way, dia boleh lepas lepas ni —— " ujar Saki melirik pada Qaseh yang dimasukkan ke dalam penjara .
" jangn terlalu gembira , dia pernah lari dari pusat mental ... tak mustahil dia boleh lari lagi —— " sampukan Lufasz membuatkan kami membisu, bersetuju dalam diam.
Mataku melirik pada wanita itu , biarpun dalam keadaan bergari masih bertegas untuk cuba meloloskan diri sebelum pegawai polis itu menolak tubuhnya ke dalam lokap.
" peratusan untuk dia terlepas dari hukuman mencederakan cik Dhia amat tingga, memandangkan pihak kami mendapat rekod kesihatan lampaunya ... " terang ketua pegawai polis itu , fail rekod lampau Qaseh dia lirik satu persatu .
" tak kan dia lepas macam tu je — " Marah Saki tidak berpuas hati ,
"Meski kesalahan membunuh , hukuman dia tetap akan di—— "
" dhia —— " teguran Lucas membuatkan aku tersedar, menyedari dirinya yang sudah menyuakan tangannya padaku dari luar kereta.
Tangannya ku sambut , menapak keluar dari kereta ini sebelum bergandingan tangan dengannya , event malam ini amat penting dan insiden beberapa hari lalu agak mengganggu konsentrasiku, senyuman kecil ku lemparkan pada abangku .
Tubuh kecil Auni memanjat katilnya , melirik ke arah kolam renang , kepekatan malam tidak akan mampu menghalang dirinya dari melihat sendiri patung beruangnya yang tenggelam di dasar kolam renang itu.
Esakan kecilya berlagu, menggengam erat telefon pada dadanya,
Perlahan-lahan dia turun dari katilnya , berlari turun ke tingkat bawah.
Sliding door ditolak sebelum dia berlari anak menghampiri kolam renang itu.
Bibirnya dipaut, memanjangkan lehernya melirik ke dasar kolam dari biasan kolam renang itu.
Matanya melirik pula ke dalam rumah yang lengang, tanpa fikir panjang , telefon diletakkan di atas tanah.
" kau sengajakan nak balas dendam dekat aku —— " selaran Finn Qaees membisukan aku. Mataku melirik ke sekitar kami, banyak mata-mata tetamu mulai tertumpu pada kami.
Aku melirik pula pada Lucas yang sudah menghentikan perbualannya dengan ahli korporat, mulai melangkah ke arah ku .
" apa awak cakap ni finn —— jangan cari pasal boleh tak ? We are in public ! " gumamku perlahan , melarikan pandanganku pada sekeliling.
Lenganku cuba direngkuhnya namun berjaya aku tepis, melodakkan lagi amarahnya.
" apa kau dah buat dengan Qaseh ? Eh, kalau kau tak puas hati dengan aku tak perlu guna taktik kotor macam ni ... tak perlu libatkan Qaseh ! " selarnya ,
" taktik kotor ? Finn, lebih baik awak pergi selidik dulu perkara sebenar sebelum datang nak mencaci saya ! Jangan jadi bodohlah finn ! "
Rahangnya menegang dengan setiap butir bicaraku ,
" jangan sampai aku malukan kau Dhia , lebih baik kau tarik balik report tu" ugutannya ku hiraukan ,
" saya tak akan tarik balik finn! Never ! Kalau awak tahu hal sebenarnya... awak akan melutut minta maaf tahu tak —— "
Matanya berubah gelap, sebelum kakinya menapak ke hadapan, menghapuskan jurang antara kami.
" kau memang sial kan , perempuan kotor —— "
Darah ku naik menggelegak dan tanpa sedar tanganku sudah naik menampar wajahnya, tak ku hirau lagi tatapan terkejut oleh para tetamu yang menyaksikan hal ini.
Anak matanya tajam menikam ku sebelum wajahku pula jadi sasarannya, berbahang dan berbirat sisi wajah ku ini. Malah, jelas kedengaran gema bunyi tapak tangannya melempang wajahku. Membuatkan seluruh isi dewan ini diam membisu.
" slap me again and I'll make sure to broke your face , bitch! "
Tbc
vote
Comment
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top