BYT | 37



There is nothing much to say if you've mada the decision








Epal merah itu aku kupaskan kulitnya , persiapan lain untuk party ini sudah disiapkan oleh pembantu. Lebih kurang dua jam , segalanya sudah dipersiapkan. Pelbagai hidangan enak sudah terhidang di atas meja dan yang paling utama , kek coklat yang bertingkat itu , memcuri perhatian di tengah-tengah meja makan itu.

Pisau aku perkemaskan , memotong buah epal di tangan .


" aku sepatutnya jauhkan kau dari kami lebih awal lagi .. " selarannya sangat tajam , mengikis perasaan ku namun aku diamkan diri.

Kotak kek dia berikan kepada salah seorang maid sebelum kembali berpusing menghadapku.

" dia ... ex girlfriend aku " gumamnya membuatkan aku terkesima. Kecilnya dunia. Peristiwa pertama kali bertemu dengan Velerie kembali terimbau di pemikiranku. Kekasihnya yang mengasarinya ...

" awak sayang dia lagi ? "

Dia membisu, rahang diketap kuat sebelum membuang pandang ke arah lain. Mengelak pertanyaanku.

Seketika dia pegun, sebelum berpusing berura-ura mahu melangkah pergi.

Dia kembali dingin.. salah aku juga.. mencampuri privasinya.


" kau memang kuat berangan kan—— " sampukan suaranya yang mengejut membuatkan tanganku refleks sendiri.
Sekelip mata , melukakan diriku sendiri.

" tangan kau ! " tangan hangatnya menekup telapak tanganku yang tergaris dengan garisan merah , tompokan darah mulai berlopak dalam tekupan tanganku. Caritan yang memeritkan mulai mencucuk telapak tanganku ,

Tanganku dibawa ke sinki , menambahkan lagi kepedihan kulit yang terkoyak dek mata pisau apabila bertemu dengan air paip itu.

" you're fine ... " seakan jampi diulang-ulang di bibirnya masih tidak melepaskan tanganku. Anak mataku mencari wajahnya yang diulit kebimbangan . Seakan bukan dirinya, memaksa aku merangkul kedua tangannya.

" i'm ok Finn, tengok... " telapak tangan ku suakan padanya, hanya tinggal garisan merah yang berbekas. Anak matanya lama menatap telapak tanganku.



" a—aku balutkan luka kau .." gumamnya , beredar mendapatkan kotak kecemasan sebelum menarik aku ke arah island counter .



" finn... " seruku memancing perhatiannya , " are you ok ?"

Dia membisu , menjatuhkan pandangannya pada plaster di tangannya. Keluhan meletus di bibirnya .

" aku cuma —— " belum sempat dia menghabiskan bicaranya, kami dikejutkan dengan kehadiran salah seorang maid yang terburu-terburu mendapatkan Finn Qaees. Jelas wajahnya memucat dengan pertuturan yang tidak sekata dengan jari telunjuk diarah ke luar . Lebih tepat di ruang tamu tempat di mana sambutan birthday Auni diraikan.


" En— encik Finn, ... di—cik cik Q—Qaseh ... " sejurus nama itu terbit di bibir maid itu, Finn Qaees terus berdiri tegak . Jelas wajahnya terperanjat. Sekelip mata dia memanjangkan langkah meluru ke luar .


Tanpa sedar , kaki ku turut menapak mengejar langkahnya hingga ke ruang tamu.


Dan di situ , mataku menangkap susuk tubuh langsing seorang wanita yang berambut merah. Tersenyum lebar pada Finn Qaees , sebelum tubuh lelaki itu didakap erat . Bersaksikan kami semua. Auni yang berdiri di sisi Datin Syahirah , lewat ekor mataku aku perasan akan susuk tubuh Haqiem Reynold yang berdiri pegun di muka pintu.



Jadi itu maksudnya...  dengan bawa pulang ... perempuan ini untuk ... usir aku dari hidup mereka ——



Tekakku terasa berpasir. Meneggelamkan perasaan perit yang membebani dadaku.


Makin memedihkan hati ini bila mana lelaki itu masih memeluk erat kekasihnya. Langsung tidak menghiraukan kami yang masih berada di sini menyaksikan segalanya.

" apa yang perempuan gila ni buat dekat sini Finn ! " tengkingan Datin Syahirah mengembalikan mereka ke realiti. Finn Qaees menoleh ke arah ibunya masih menggengam erat tangan wanita bernama Qaseh itu.



" mummy . PLease... " lirih suara lelaki ini, membuatkan aku tergamam dengan hubungan antara dia dan Qaseh. Begitu setia mempertahankan kekasih hatinya.


Kaki ku refleks berundur sehingga melepasi mereka semua . Anak tangga aku panjat untuk ke bilikku.








Lufasz  memberhentikan keretanya di hadapan rumah agam itu. Mata melirik sekilas pada rumah agam yang menempatkan anak kandungnya itu sebelum melirik ke sisi. Teddy bear yang bersaiz besar dibalik seatbelt itu ditatap kosong.
Dia tahu hari ini merupakan ulang tahun kelahiran anaknya , malah dia tahu segalanya berkaitan Auni. Penyiasatnya melakukan tugas sebaik mungkin sesuai dengan upah yang beribu ringgit.



Bibirnya mengeluh , mengelus lembut kepala patung beruang itu, " till next time my litle sweetheart..." tuturnya lemah sebelum mencapai handbrake .



















Ketukan kecil di pintu bilik tidurku mengembalikan aku ke alam realiti. Daun pintuku dikuak menonjolkan tubuh kecil Auni yang menapak masuk. Bibirku tersenyum manis padanya sebelum mataku jatuh pula pada susuk tubuh dibelakangnya. Refleks, tenungan mataku bertukar tajam .




" kak Dhia .... " mendayu-dayu suara kecil Auni sebelum melompat naik ke atas katilku. Tubuhnya ku dakap sebelum meletakkannya di sisiku.



Haqiem Reynold hanya berdiri di hujung katilku, melirik Auni sebelum matanya menikam wajahku.




" kak Dhia kenapa tak turun masa Uni potong kek tadi ..." ngomel kanak-kanak itu .



" kak Dhia tak berapa sihat tadi ... sorry eh ... kak Dhia kasi hadiah nanti dekat Uni ok ? " pujukan ku membuahkan hasil bila mana Auni mengganguk sebelum melabuhkan kepalanya di atas peha ku.




" you shouldn't  lying  to her" tegas suaranya menyapaku, menghadirkan rasa muak dalam diriku. Senyuman sinis meniti di bibirku.



" better spit those word to yourself , liar —— " selarku tanpa tapis lagi. Jujur , aku benar-benar kecewa dengannya, ku kira selepas lama kami berkenalan.. mungkin mengenali sedikit demi sedikit perihal masing-masing ,




"  I warn you before , this ... things—— you should listen to me and step out of our house and him right when I ask you to,  you will get hurt if you stay longer ... " lemah bicaranya membuatkan aku makim tenggelam dalam dilema. Pelbagai persoalan menghujani diriku. Sama ada dia berpura-pura prihatin tentang aku atau ...




Ketegangan antara kami semakin memuncak hingga kebisuan sahaja mampu menyelamatkan situasi ini. Keluhan berat dihelanya , menjatuhkan pandangannya ke arah Auni yang sudah tertidur di ribaanku. Redup matanya menatap kanak-kanak ini sebelum dia menapal setapak ke hadapan, meletakkan sesuatu di birai katilku sebelum menapak keluar dari bilik ini.



Leher ku panjangkan , melirik benda yang berada dihujung katilku itu.



Plaster













Keesokkan paginya , tidurku terganggu dek bunyi pintu ku yang dikuak membuatkan mataku pantas terbuka .



Wajahnya, tubuhnya menghiasi penglihatanku sebelum mataku jatuh pada tubuh Auni dalam dukungannya. MAsih tertidur kanak-kanak itu.



" aku cuma nak ambil Uni —— " ujarnya separa berbisik, tidak mahu mengejutkan kanak-kanak itu. Pernyataan itu ku balas dengan anggukan sahaja. Membuang pandang ke luar balkoni kerana tidak mampu membalas renungannya. Entah mengapa makin lama tautan mata kami bersambung, makin pedih rasa yang berselirat di segenap hatiku . Lagi-lagi bila terbayangkan peristiwa semalam.



" Dhia ... " seruan namaku di bibirnya tidak membantu malah menambahkan kekeruhan di hati ini.


" what? " soalku , bernada tegas bagi menyembunyikan rasa sebenar.





" kau ... kau perlu keluar dari rumah ni , Haq akan uruskan pasal ni ... barang-barang kau dekat penthouse , aku akan pack and  —— "


" no , " cukuplah, rasanya aku dah cukup faham .
" —— saya bukan pengemis , and awak tak perlu susah-susah nak 'uruskan' saya, I can take care of myself , —— " wajahnya jelas terkedu dengan selaranku , namum hanya seketika sebelum wajah polos kembali ditopengkan ke wajahnya sambil mengemaskan dukungannya.



" aku tahu kau boleh jaga diri kau sendiri tapi sayangnya, aku tak kisah pun, " tuturnya mendatar namun cukup membuatkan darahku naik menggelegak. Terkebil-kebil menatapnya yang bersahaja.



"—— I've told you, you're my responsibility, aku tak akan biarkan kau macam tu jer... because ... " anak matanya kosong menatapku ,



" once I claim you, then you're mine , forever —— "














Tbc
Vote
Comment
P/s : korang suka sapa dlm citer ni ? Anyone suka Haqiem Reynold hum? :)
Or ... our misterious guy , Lufasz....  ^ _^

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top