BYT|34
♚ love is a rose , every petal an illusion , every thorn a reality ~ Samuel Baudelair♚
Titisan hujan yang menyembah bumbung , melata di laman belakang yang bebas dari kurungan atap mahupun bumbung memberikan satu ilusi alam yang indah. Dedaun pohon bunga yang tertunduk ditimpa hujan membuatkan hatiku terhibur. Aneh. Namun itulah perasaannya bila mana aku menikmati keindahan alam semula jadi. Tenang. Seakan -akan segala beban yang tergantung di bahu diangkat pergi.
Sebagaimana di kala makan malam tadi , wajahku memang sudah berbahang tidak mampu mendongak bertentang mata dengan Datin Syahirah, saksi babak yang memalukan itu.
" kamu sukakan anak aunty ?"
Kaget . Sudahlah pertanyaan direct sebegitu. Makin membuatkan aku mahu menyembam muka ke dalam pinggan.
" aunty , Haq tak rasa Finn ada perasaan macam tu dekat Dhia —— " selar lelaki itu ,masih tidak puas hati dengan ku. Sekali lagi mengimbau kejadian di meja makan dulu.
" hum? Kamu berkawan je ker dengan Dhia ni Finn? " kali ini semua mata tertumpu pada Finn Qaees.
Lewat ekor mataku, aku tahu dia terganggu dengan tumpuan ini. Wajahnya dingin, hanya tertunduk merenung pinggan sendiri. Garfu ditangan hanya dimain-mainkan dengan makanannya. Membiarkan masa berlalu sedetik demi sedetik.
Kepalanya mendongak, melirikku dengan tatapan redupnya. Tiada bicara , hanya renungan pengganti suara. Ada sinar di matanya sebelum kelopak matanya mengerdip sekali gus membuang pandang ke arah Auni.
Melihatkan lack of respond dari dirinya, Datin Syahirah membisu. Melemparkan senyuman manis buatku seraya menyambung semula santapannya kembali. Persoalan dibiarkan tergantung tanpa jawapan.
Marah ? Tidak sama sekali , malah aku bersyukur sekurang-kurangnya dia tidak memalukan aku dihadapan keluarganya. Tidak mengapa dia membisu , lebih baik daripada berkata-kata .
Aku menghela nafas berat. Langsir yang menutupi kaca sliding door aku lepaskan. Berpusing untuk mencari Auni namun susuk tubuh itu mengejutkan aku. Sekurang-kurangnya , jantungku sempat terhenti sesaat sebelum kembali berdegup seadanya.
Renungan matanya intense , menatapku dalam-dalam. Aku beranggapan dia sudah lama di situ, mungkin sejak aku merenung ke luar laman lagi.
" we need to talk —— , ikut aku " mendatar arahannya sebelum kaki melangkah perlahan memberi peluang untuk aku mengikutinya dari belakang.
Beberapa bilik sudah kami lewati, namun langkahnya masih sama, diayun berentak perlahan sehingga tiba di sebuah bilik. Pintu dikuak olehnya , menahan daun pintu untukku sebelum sama-sama meloloskan diri ke dalam ruangan ini.
Masih berdiam diri. Melihatnya menghampiri ruangan unggun api. Tidak kurang seminit , unggun api dinyalakan . Sederhana apinya memakan kayu-kayu itu sekali gus menghadirkan suam-suam haba dalam ruangan bilik ini.
Mataku meliar ke sekitar bilik, rak-rak buku yang tinggi mencecah siling , elok tersusun di rak itu .
" coffee ? " pertanyaanya ku balas anggukan sebelum aku menghampiri sofa yang bertentangan unggun api itu.
" awak nak cakap apa ? " katakan sahaja aku terburu-buru namun situasi canggung ini amatlah menyesakkan dada. Keseriusan wajahnya membuatkan aku kurang senang. Lagi-lagi bila bersendirian pula di sini.
Tangannya menyua secawan coffee , sebelum turut sama melabuhkan duduk di sofa lain.
Cawan ini ku genggam sementara menanti dia memulakan bicara.
Anak matanya masih sama, merenungku dengan tatapan asing. Seakan cuba merungkai sesuatu dalam diriku.
" boleh kau lepaskan semuanya —— "
" maksud awak ? Lepaskan apa? " aku tidak menyangka permulaan bicaranya sesukar ini untuk difahami. Dia membisu, mencari ayat mudah untukku.
" aku mungkin perlu lari lagi dari tempat ni , " mendatar luahannya namum cukup menggambarkan kegusaran yang bertapak dalam dirinya.
" aku perlu bawa Auni jauh dari sini, —— dan juga kau " anak mata saling bertentang. Menegaskan segala butir bicaranya.
Aku tak faham. Kali ini apa, dan mengapa melibatkan aku sekali ? Sedangkan ...
" —— something happened, dan kau perlu ikut aku bersama. Atas alasan , kau... tanggungjwab aku , sejurus sahaja aku hulurkan tangan pada kau waktu kau keluar dari rumah keluarga kau tu , kau... tanggungjawab aku " tuturnya satu persatu ,
" saya menolak , " tegasku. Memang benar aku dibuang keluarga, diusir keluar , tiada tempat pergantungan namun... aku sudah terbiasa. Aku mampu menjaga diriku sendiri. Mungkin aku membohongi diri sendiri, tetapi... aku... tidak memerlukan... dia. Aku tidak perlukan dia untuk terus hidup. Dia bukan nyawaku , bukan udara untuk aku terus bergantung. Tidak. Dia hanya manusia... yang ditakdirkan hadir sementara dalam hidupku. Melakar coreran potret hidupku yang kosong.
"
kau tak faham —— aku... " tepisnya , masih bertegas dengan rancangannya seakan aku hak miliknya .
" awak yang tak faham Finn, saya ... bukan milik awak untuk awak tentukan masa depan saya , awak tak ada hak untu—— "
" then, would you be mine " selarnya membisukan aku. Dahiku berkerut mengulang kembali tuturnya tadi. Sama ada dia bertegas atau hanya mencari alasan untuk memerangkap aku .
" be mine ? " sekali lagi , dan kali ini jelas ketegasan dalam nadanya. Namun aku, ragu-ragu. Sikapnya ,perwatakannya yang sentiasa berubah-ubah membuatkan aku was-was. Siapa dirinya, sikap sebenarnya... perwatakan aslinya... apa matlamatnya...tujuannya..
Aku menggeleng. Mengusir segala persoalan yang membeban di benak pemikiranku.
" saya anggap perbualan ini tak berlaku , dan ... apa-apa yang keluar dari mulut awak tadi... saya tak dengar " ujarku sebelum berdiri, mug coffee ku letakkan di meja sebelum tangan mencapai tombol pintu.
Qaseh meliarkan matanya ke sel-sel lain , yang berjiran dengannya. Bosan, itu yang dialaminya sejak bertahun sudah. Kuku yang pendek malah tidak bersinar seperti dahulunya dibelek bersama cebikan .
" cincin ini bukti cinta finn pada Qaseh... cinta kita ..."
" cincin ini bukti finn tak kisahkan apa yang mereka katakan pasal kita..pasal Qaseh... yang finn kisahkan..cinta Qaseh... masa depan kita... bakal anak-anak kita... "
" Finn sayangkan Qaseh.. selamanya tak akan pudar... biarpun ... ada benih lain dalam perut Qaseh... Finn tak kisah.
" kita akan jaga anak ni sama-sama, Finn tak akan tinggalkan Qaseh... Finn janji dengan nyawa Finn.
" finn sayang Qaseh ... dan anak ni... akan jadi anak kita"
" penipu ... penipu punya jantan ! Sanggup kau tipu aku ! " emosinya merodak tinggi, kewarasannya sudah menipis dibayangi emosi yang mengganas. Mengawal segalanya.
" sial kau Finn ! " jeritannya diselangi lolongam jeritan pesakit lain di sel sebelahnya. Itu semua perkara biasa di tempat itu, lolongan ,jeritan serta rengekan malah tangisan berlagu dan bersahutan tanpa henti oleh pesakit-pesakit di sini.
Bunyi tapak kasut menghampiri sel Qaseh, lantas wanita itu terdongak meneliti manusia yang berdiri di hadapan selnya. Seketika , kebingungan diwajahnya memudar apabila ingatannya kembali menjengah. Dia kenal manusia ini. Sangat kenal.
Senyuman melebar di bibirnya yang pucat , kedua tangannya menggengam sel besi itu sebelum merapat .
" aku sampai tak cam muka kau —— " seringai Qaseh , tersenyum sinis pada manusia yang melwatnya itu.
Haqiem Reynold merenung tajam pada Dhia Hazatul yang sedang bermain dengan Auni. Matanya jatuh pada kanak-kanak itu, anak buahnya. Tidak tergambar perasaanya bila Finn Qaees menyatakan hasratnya untuk membawa mereka pergi. Pergi jauh dari tempat ini. Jauh dari ... Lufasz. Bapa kandung Auni.
" apa maksud kau nak bawa Auni pergi ? Aku tak benarkan! Auni tu anak Qaseh , biarpun kakak aku tak boleh jaga dia tapi aku ada ... kau tak boleh senang-senang buat keputusan !"
Finn Qaees membisu. Berpeluk tubuh sambil membuang pandang ke luar jendela.
" aku sayangkan Auni macam anak aku sendiri Haq ... aku tak akan biarkan jantan tu ambil hak aku ! "
" hak? Hak apa? Sebagai kekasih kakak aku ? Sorry Finn, memang selama ni aku terhutang budi dengan kau..kau jagakan Auni sementara aku habis belajar... tapi sekarang, aku ada untuk jaga dia . Aku akan fight untuk dapatkan hak penjagaan dia kalau bapa dia betul-betul nak ambil Auni. Aku akan pertahankan Auni mengikut undang -undang . "
" kau tak faham ... aku yang jaga dia selama 7 tahun ni. AKu! Kau tak boleh rampas dia macam tu je dari aku sama macam kau rampas Qaseh dari aku "
" rampas ? Aku selamatkan kau finn ! Aku selamatkan kau dari kakak aku sendiri... aku fikirkan pasal hidup kau .. sedarlah finn —— "
Finn Qaees menidakkan , masih tidak mahu menelan realiti itu. Masih menyalahkan diri sendiri , menyalahkan takdir.
" itu Auni... tapi aku tak faham kenapa perlu libatkan perempuan tu ? Apa tujuan kau libatkan dia dalam hal ni ? Apa tujuan sebenar kau ?"
Finn Qaees terdiam. Tidak mampu menjawab pertanyaan sepupunya itu. Anak matanya berubah gelap.
" aku ada tujuan aku sendiri Haq, dan kau ... tak perlu tahu. Dia... penting untuk aku sekarang ni "
" penting ? Apa maksud kau Finn ? "
Mata meraka saling bertentang, tenang namun terselindung aura gelap di baliknya. Dan HAqiem Reynold mula gusar , gusar dengan nasib Dhia Hazatul.
Kerana,
Finn Qaees is a devil , once a devil, he'll never turn to an angel . His charms, words or behaviour ... are based on his experience , once you trapped in his hell , you'll never escaped . Looks may be deceiving, and you may fall for a devil
Tbc
Vote
Comment
By: eun
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top