DAY 5 - Abadi dalam Lembaran Album

"Ini foto saat gigi susunya lepas untuk pertama kali." Wanita paruh baya menunjuk sebuah foto berisi seorang bocah laki-laki tengah menangis, menunjukkan dengan jelas ruang kosong pada barisan gigi kecil. 

Wingzhu merapatkan bibir saat menyadari gigi yang baru saja lepas terpampang jelas depan kamera. Harus tahan tawa. Bila dia membiarkan tawa meledak, yang ada hanya kemungkinan kedua; Nenek Gaming ikut tertawa bersamanya atau dia mempermalukan diri sampai sepuluh purnama. "Aku baru tahu dia cengeng saat kecil."

Nenek Gaming tertawa geli, membalikkan lembaran album sekaligus usia figur dalam gambar. "Oh, kau harus tahu dia juga sangat nakal saat kecil. Ini contohnya!"

Foto yang ditunjuk merupakan Gaming dengan noda tanah terlihat di ujung kesepuluh jari tengah memetik pucuk teh bersama mendiang ibu. Tatapan serius penuh determinasi tertangkap dalam lensa kamera. Jika Wingzhu dapat lompat ke dalam foto, sudah pasti tangannya cepat mengusap puncak kepala sambil mengatakan bahwa Gaming melakukan kerja yang baik.

Man Chai menunjuk foto di atasnya, menarik perhatian kedua orang yang tengah tenggelam dalam rasa nostalgia. "Oh, foto ini di saat Gaming membantu ayahnya berjualan daun teh untuk pertama kali! Anaknya antusiasi banget sampai susah menangkap foto ini," cerita Nenek Gaming.

Orang yang tengah dibicarakan hanya bisa termenung, membiarkan rasa malu melahap dari dalam setiap keluarganya terlihat bahagia membagikan momen masa kecil yang penuh aib tak terlupakan. Gaming menggerutu pelan di bawah nafas. Bila Wingzhu tahu wajah memerahnya yang sangat padam, gadis itu pasti merasa bersalah dan mencoba ganti arah topik. Demi menyelamatkan wajah, ide itu terdengar lumayan bagus, tapi Gaming akan merasa sangat bersalah jika menghancurkan tatapan berbinar dari Wingzhu yang terlihat ingin membawa pulang album tersebut.

"Rambutnya pendek," gumam Wingzhu, lalu menoleh ke arah Gaming yang sedaritadi diam dengan senyuman kikuk. "Rasanya seperti melihat orang yang berbeda."

"Ayolah, aku bahkan tidak tahu itu pujian atau ejekan," ucap Gaming tanpa sadar. Rona panas mulai menjalar ke telinga.

"Tentu saja pujian! Kau yang sekarang terlihat seperti preman!" Bagian paling tidak enak didengar telah muncul. "Tapi kau sudah dewasa, jadi aku yakin kau sudah tahu mana yang baik dan benar."

Gaming menghela nafas. Dia pikir dia akan mendapat teguran panjang yang membuat suasana canggung, tetapi neneknya menahan emosi, mungkin karena Wingzhu ada di sana menggenggam album bersama Man Chai.

"Astaga, gara-gara keasikan bicara aku lupa mengisi teh." Nenek Gaming beranjak berdiri, mengangkat nampan berisi teko dan piring kecil kosong. Ketika Gaming ingin beranjak juga, berniat membantu sang nenek, pundaknya langsung didorong agar duduk kembali. "Kamu disini. Masa iya tinggalin pacar kamu sendirian depan teras? Yang ada dia bosan nanti."

"Panggil saja kami kalau perlu bantuan, Nek!" seru Gaming yang hanya mendapat balasan berupa lambaian malas.

Tatapannya bertemu dengan netra samudra penuh kekhawatiran. Gaming menggerakkan mulut, menyampaikan bahwa dia baik-baik saja tanpa suara, lalu dibalas dengan kedua tangan bertemu depan wajah sebagai bentuk minta maaf. Alis gadis itu mengerut ke bawah, terlihat begitu keberatan karena telah tidak sengaja membawa topik pembicaraan ke arah sana.

"Hal seperti ini sudah biasa. Kau tidak perlu khawatir," ucap Gaming, menghapus jarak di antara mereka hingga pundak saling terantuk. "Dilihat-lihat, kau sangat suka melihat foto yang ini. Jatuh cinta untuk kedua kalinya, ya?"

Pandangan mereka jatuh pada sebuah foto Gaming tengah serius mengecat topeng Suanmai. Diperkirakan bahwa foto itu diambil tengah musim panas, karena Gaming mengenakan baju tanpa lengan dan rambut terikat satu hingga mengekspos tengkuk. Foto itu diambil dari sudut yang canggung, tetapi bisa menangkap semuanya dengan jelas. Wingzhu bisa mengasumsikan bahwa yang memotret foto tersebut adalah ayah Gaming secara diam-diam agar tidak menganggu konsentrasi anaknya.

Sekarang giliran Wingzhu yang merona merah, lalu menutup keras album di pangkuannya hingga Gaming tertawa puas. "Sepertinya sudah cukup bernostalgia hari ini."

"Kenapa? Nggak papa kalau kau mau lihat-lihat lagi," tawa Gaming, meraih album masa kecilnya. Beragam lembaran dilewatkan, dan tangannya bertemu pada lembaran tengah. Sebuah gambar mendiang ibu terlihat di sana, bersama dengan Gaming dan ayahnya. 

Wingzhu menyandarkan kepalanya di atas pundak kekasih. "Kalian terlihat bahagia disini."

Gaming tersenyum simpul, menjatuhkan kepalanya di atas kepala Wingzhu. "Iya, hari ini juga masih begitu."

***

UWAAAAH BERANTANKAN BANGET

SFragment

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top