DAY 2 - Ingatan bak Debu ditiup Angin
"Bagaimana kalau kamu lupa ingatan tentang aku suatu hari?"
Lihat, pertanyaan penuh imajinasi liar telah muncul. Biasanya, kamu akan mengeluarkan pertanyaan itu pada malam gelap, di saat ketakutan melingkupi isi kepala, dan kamu tidak kuasa menahan jadi harus berlari ke panggilan lain untuk membagikan isi pikiran itu kepada Suo yang telah mencatat jadwal overthinking-mu setiap Kamis malam.
Namun, pertanyaan itu keluar di siang bolong. Matahari tepat di atas kepala, membangkitkan keluhan dari siapapun yang lemah oleh mentari, termasuk kamu. Almameter sekolah telah lepas dari pundak, memamerkan lenganmu yang terekspos karena ujung kemeja telah digulung sampai sikut agar tidak merasa sesak. Jika Suo tidak melupakan sapu tangannya, dia sudah pasti mengelap tetes keringat di tengkukmu.
"Situasi seperti apa yang membuatku melupakanmu?" Suo bertanya balik, sedikit menelengkan kepala agar bisa melihat wajahmu yang tengah berpikir keras lebih jelas. Alis yang mengerut dalam dan bibis berkerucut sambil mengeluarkan suara tiupan lucu. Suo menahan diri agar tidak menciummu di tempat.
"Kecelakaan? Entahlah," gumammu jengkel, "Kan MISALNYA! Kita membicarakan hipotesa saat ini!"
Suo telah terbiasa dengan segala pertanyaan ajaib yang suka menghantui isi pikiranmu, tetapi dia tidak akan terbiasa dengan pikiran insecure yang masih berpikir dia akan meninggalkanmu suatu hari. Rasanya mustahil. Seluruh benang hatinya telah terjalin kusut dengan milikmu, membuat benang-benang tipis itu susah dibebaskan dari ikatan tanpa pola.
Bila saja kamu memiliki kemampuan membaca pikiran, kamu pasti akan terkejut dengan isi pikiran Suo yang selalu diisi oleh keberadaanmu.
"Sepertinya mustahil. Hari-hariku dipenuhi olehmu, seperti kebiasaan yang menempel sejak lahir." Beberapa kalimat terpenggal dari ucapannya.
Bagaimana Suo bisa melupakanmu jika setiap pagi hal yang dia lakukan adalah mengirim pesan "selamat pagi" padamu setelah meditasi? Tangannya selalu berlari kepada keberadaanmu yang berjalan di samping, lalu menarik lenganmu dengan lembut hingga pundak kalian bertemu. Tiap malam, jika kalian tidak bisa bertemu, Suo akan memutar ulang voice note yang pernah kamu kirim, tertawa pelan saat menyadari bagaimana suaramu sedikit bergetar karena tidak terbiasa mengirim voice note padahal pacar sendiri.
Bagaimana dia bisa lupa denganmu padahal jantungnya selalu berdegup satu oktaf lebih tinggi setiap melihat keberadaanmu dari jauh saja?
"Harusnya aku yang tanya begitu, bukan? Kamu pelupa kronis," goda Suo. Kamu meringkuk, takut sebuah sentilan mendarat di kening, namun kebingungan cepat datang saat merasakan sentuhan lembut di belakang telinga.
"Enggak mungkin, ya!" ujarmu tidak terima. "Ada yang salah dengan pikiranku jika aku lupa dengan sosok secantik kamu!"
Suo juga selalu bingung dengan caramu memujinya.
"Hm, aku senang mendengarnya."
***
AKU CINTA SUO! COBA BELAH DADAKU, ADA SUO HAYATO DISANA!
Sebenarnya aku mau buat yume pair tapi kapan-kapan deh... Khusus untuk chapter ini, Suo bucin adalah milik bersama.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top