-ˏˋ Ϝσυя ! 'ˎ-

┌──── ・ 。゚☆: *.☽ .* :☆゚. ────┐

"Setiap tulisan merupakan dunianya sendiri,"

- Pramoedya Ananta Toer.
(short vers)

└────・ 。゚☆: *.☽ .* :☆゚. ───┘

• Disarankan untuk
menggunakan mode gelap. •

__________________ ׂׂૢ་༘࿐

┊ ⋆ ┊ . ┊ ┊

┊ ┊⋆ ┊ .

┊ ┊ ⋆˚         

✧. ┊         

⋆ ★

     "Sudah kuduga Runa-san belum paham, tapi bagi [Name]-chan, kecelakaan itu tak pernah terjadi."

     "Mohon bantuannya untuk [Name]-chan, ya, Runa,"

     "Kumohon, hanya untuk saat ini saja ... Setidaknya hingga [Name]-chan menyelesaikan tugasnya."

.

.

.

︶︶︶︶︶︶︶︶︶༉‧₊˚.

˚ · . - warning spoiler manga ! -

✧ ˚  · deja'vu & parallel world .

┊ - enjoy ! -┊

˚ ༘♡ ⋆。˚

.

.

.

"Kenyataan."

( 2 / 2 )

┈ ♪ ❀✿ ♪ ┈

.

.

.

     "Yosh, selesai."

     "Uwaah!" seru sang empu yang sedari tadi mengintip dari samping.

     "Aku tak tahu jika ternyata Kyou-kun pintar menggambar!" kagum [Name] dengan iris yang berbinar-binar.

     "Ahaha, tidak juga. Aku hanya mengingat apa yang diajarkan ibu padaku,"

     "Tapi tetap saja, Kyou-kun masih bisa mengingatnya hingga saat ini-! "

     "Tentu saja, aku sendiri tidak menyadarinya," Kyoujurou melukis senyum semangat di wajahnya.

     "Um, tapi, siapa kedua orang ini? Yang ini ... Mirip seperti Kyou-kun--- eh?" netra [Name] melihat sesuatu yang terasa familiar.

     "Um! Ini adalah kita di dunia parallel."

     "Dunia ... Parallel?" [Name] memiringkan kepalanya bingung.

     "Um! benar! Jika hal di misi selanjutkan aku tak pulang, setidaknya di dunia lain aku pulang." iris Kyoujurou terlihat sendu.

     "Kyou ...."

     "Tak akan pernah ada orang yang bisa melihat masa depannya, [Name]."

     Kyoujurou menoleh memandang dalam iris indah kekasihnya yang membendung air mata. Kyoujurou bukanlah salah satu orang yang memiliki firasat kuat, tapi bagaimana pun, ia sudah berjanji tuk pulang bagaimana pun keadaannya.

.

     "Mengundurkan diri?"

     "Unh! Aku hanya berpikir tuk kembali ke desa kelahiran ku, aku sangat merindukannya, apa boleh?" [Name] memandang ke arah lain karena ragu.

     Sang empu sempat menghela nafas sebelum menjawab dengan senyuman khasnya "...baiklah,"

     [Name] tersenyum girang mendengarnya, ia juga memeluk sang kekasih sebelum pergi.

Andai saja aku tak pergi, aku pasti masih bisa menemani Kyou-kun hingga saat-saat terakhirnya.

Tertanda,
[Full Name]
Aku tak peduli
hari apa ini.

.

┈ ♪ ❀✿ ♪ ┈

.

     "Nak [Name]?"

     "I-iya?" sedikit tersentak, [Name] menoleh ke arah seniornya.

     "Ah, gomen Kyou-san! Aku---" atensi [Name] menangkap sesuatu yang digenggam Kyoujurou.

     "Sudah jadi? Sugoii!" netra [Name] berbinar-binar melihat kertas berisi not nada yang ditulis rapih oleh Kyoujurou.

     "Um, aku tak bisa melanjutkannya di sini, jadi akan ku lanjutkan di rumah!"

      "Arigatou Kyou-san! Dan, eum ... maaf merepotkan...." irisnya memandang ke arah lain, berusaha menghindari eye contact dengan sang senior.

     "Tidak apa! Aku sudah terbiasa!" senyuman terlukis bersamaan dengan jiwa semangatnya.

     "Besok kita bertemu di stasiun, 'kan?"

     "...sebenarnya aku mau seperti itu, tapi aku perlu mampir ke Rumah Sakit untuk menemui nenek ku." [Name] memainkan jarinya canggung.

     "Jadi, kita bertemu di pintu masuk saja?"

     "Okay!"

.

┈ ♪ ❀✿ ♪ ┈

·

     "Kamu tahu? Obaa-san tak pernah membencimu, [Name],"

     "Obaa-san sangat menyayangimu, maafkan ibumu yang tak mau menerimamu, ya?"

     "Maaf karena Obaa-san tak bisa mengerti apa yang [Name] rasakan saat ini atau saat-saat yang lalu,"

     "Eh? "

     "Karna Obaa-san yakin bahwa [Name] adalah orang yang kuat. Sehingga Obaa-san berpikir tak apa membiarkanmu mengejar mimpimu seorang diri,"

     "D-di mana ini?"

     "Membiarkanmu menghadapi nada minor dalam kehidupan seorang diri,"

     "Kehidupan seperti nada mayor dan minor dalam musik,"

     "Dan kita hanya bisa mengikutinya sesuai lirik musiknya."

     "Obaa-san?" iris matanya tersentak sebelum ia sadari bahwa ia.

     'Melamun ...,'

     Merasa ada sesuatu yang mengganjal, [Name] membuka ponselnya guna melihat jam.

     "Kyou-san masih belum datang?" gumamnya bingung disambung dengan helaan napas.

. . .

1.

. . .

     "Eh? Aneh sekali Rengoku-san dan  Shinobu-chan datang terlambat ...,"

.

.

.

     "Mi-mitsuri-chan! Sejak kapan?---" hampir [Name] terjatuh saat melihat mitsuri yang tiba-tiba saja berada di belakangnya.

     "Ah, [Name]-chan! Sudah dari tadi kok!" sang empu hanya menampilkan senyuman khasnya.

     "Souka ... Etto, apakah Mitsuri-chan tahu di mana Shinobu-chan dan Kyou-san sekarang?"

. . .

2.

. . .

     "...."

     "[Name]-chan khawatir, ya?"

     "E-eh!! Mitsuri-chan---"

.

.

.

.

.

Seharusnya begini bukan?

.

.

.

3.

.

.

.

.

.

     Sirine ambulan mengalihkan atensi kedua empu itu, saling memasang ekspresi bingung sebelum akhirnya ambulan itu berhenti di sebuah ...

     Bis.

.

     Jangan-jangan ..., Iris [Name] membulat sempurna melihat kedua sosok familiar pada kecelakaan bis itu.

.

.

.

     Ctak-!

     Suara patahan itu membuat penonton terdiam seribu bahasa menunggu bahwa ini memang sudah direncanakan, tapi jika memang direncanakan, kenapa para staff di belakang panggung nampak panik?

     Ataukau ini adalah salah satu pengalihan?

     Tak ada yang tahu jawabannya selain sang penyanyi di atas panggung yang tengah menghela nafas ini.

     Tangannya bergerak menghapus liquid yang hampir terjatuh itu, memandang ribuan penonton 'tuk mencari seseorang yang ia harapkan sejak lama.

     Menggenggam erat kalimba itu dan melanjutkan musiknya, tak peduli bahwa ia telah kehilangan salah satu nada mayor.

     Sama seperti dirinya, kehilangan nada mayor dalam kehidupannya, sehingga ia hanya memainkan nada minor dalam hidupnya.

     Menurut [Name], terus mengharapkan tak akan mengubah sesuatu, menikmati kesibukan mimpinya sebagai pemusik adalah prioritas nya.

     Tak peduli liquid itu berhasil keluar, jarinya bergerak lentik melanjutkan permainan musiknya dengan serius.

     [Name] sudah kehilangan satu-satunya anggota keluarga yang mau menerimanya, ia telah kehilangan orang yang ia cintai dan sahabat kesayangannya dalam waktu yang sama.

     Namun, itu bukan berarti ia kehilangan semuanya, ia masih memiliki nada mayor dalam dirinya, nada mayor dalam dirinya sekarang adalah kesetiaan dan kasih sayang yang ia tuangkan sekaligus ia tampilkan di depan para penonton ini.

     Bisa dibilang bahwa cerita ini menceritakan arti musik yang [Name] mainkan, yang dituangkan dalam bentuk cerita berjudulkan The Music From Paralel.

     Suara pintu terbuka mengalihkan perhatian para penonton membuatnya terheran, namun, itu tak membuat [Name] berhenti.

     Pemuda itu tak peduli dan menghela napas dalam-dalam sebelum mengeluarkan suaranya, hanya satu kata namun khas bagi [Name].

.

.

.

"Dik [Name]!"

.

.

"Kau adalah salah satu nada mayor dalam hidupku,"

"Apa kau tahu soal itu?"

.

.

"Sepertinya tidak, ya ...,"

.

.

.

"Kau adalah api yang bersinar dalam kegelapan ini,"

.

"Dan biarkan musik ini menceritakan semuanya."

.

.

.

.

.

▪ ▪ ▪ ●☆🔯■🔯☆● ▪ ▪ ▪

"Kuharap dalam musik ini, kau mengetahuinya."

.

- end -

949 word✨.

Akhir yang aneh,
tapi bagaimana
menurutmu?

Runa.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top