-ˏˋ σηє ! 'ˎ-
┌──── ・ 。゚☆: *.☽ .* :☆゚. ────┐
"Api itu seperti lentera yang menyinari kegelapan."
- unknow
└────・ 。゚☆: *.☽ .* :☆゚. ───┘
__________________ ׂׂૢ་༘࿐
┊ ⋆ ┊ . ┊ ┊
┊ ┊⋆ ┊ .
┊ ┊ ⋆˚
✧. ┊
⋆ ★
"Sayonara."
OMBAK pasang menyapu pesisir pantai membawa pergi sebagian pasir dengannya. Sang rembulan menyinari malam tenang nan sunyi ini, walaupun cahaya sang bulan terasa redup 'tuk dikatakan 'menerangi'.
Pikirannya tampak kosong dan hancur. Bagaikan sebuah memori yang tak diketahui darimana asalnya berhasil memenuhi benaknya, banyak pula pertanyaan yang ada pada dirinya.
Apa yang sebenarnya terjadi? Apa hubungan ia dengan teka-teki nada itu? Siapa bayangan itu?
Siapa ia dimasa lampau itu?
Terimakasih, [Name].
Aku senang bisa
bertemu denganmu,
.
.
.
Lagi.
.
.
.
︶︶︶︶︶︶︶︶︶༉‧₊˚.
˚ · . - warning spoiler manga ! -
✧ ˚ · deja'vu & parallel world .
┊ - enjoy ! -┊
˚ ༘♡ ⋆。˚ ꕥ
.
.
.
" - perasaan sang nada - "
┈ ♪ ❀✿ ♪ ┈
.
.
.
"HEEE!?"
"[N-Name]-chan keluar dari klub musik!? "
Shinobu menaruh jari telunjuknya di dekat mulutnya memberikan isyarat untuk diam kepada gadis bernama Kanroji Mitsuri itu.
Mitsuri yang reflek berteriak karena terkejut pun segera menutup mulutnya dengan kedua tangan, lantas memandang [Name] meminta jawaban.
"Aku ingin lebih fokus belajar," jawab [Name] tanpa memandang kedua temannya.
Tapi sepertinya jawabannya tidak membuat rasa penasaran kedua temannya menghilang.
[Name] melirik sekilas sebelum menyambung, "Lagipula aku sudah tidak tertarik lagi memainkan musik."
"Ah ... Sayang sekali, padahal aku sangat menyukai nada dari kalimbamu."
Iris ungu gelap milik Shinobu terlihat sayu, bahkan Mitsuri tak kalah kecewa mendengar jawaban sang empu.
"Um, lupakan saja ol—"
"KYAAA , NOVEL ITU SUDAH TERBIT!!"
"EH? BENARKAH!?"
Ucapan [Name] terpotong oleh beberapa teriakan siswi, perkataan [Name] seketika berubah menjadi pertanyaan saat mendengarnya.
"Apa ... Yang mereka bicarakan? " tanyanya.
"Entahlah ... Tapi dari pembicaraan mereka, sepertinya tentang suatu novel, iya, 'kan? Mitsu---" wajah Mitsuri yang berbinar-binar membuat Shinobu kehilangan fokusnya.
"Ah! Iya! Aku baru ingat novel populer berjudul The Music From Parallel yang katanya akan resmi terbit bulan ini! Huwaaa! Pulang sekolah aku akan membelinya ah~"
"..."
"..."
"Eh?---"
.
.
.
"HWAAA GOMENNASAI-! A-AKU TERBAWA SUASANA! HUHU GOMENNASAI!"
"T-tadi [Name]-chan ingin bicara apa?" Mitsuri bertanya dengan nada canggung, sang empu terdiam dengan wajah polos.
Sementara satunya lagi hanya mengeluarkan senyuman penuh kasih sayang yang ditebak ia akan bilang ..
"Ara-ara~"
.
┈ ♪ ❀✿ ♪ ┈
.
"Terimakasih sudah menyempatkan diri untuk mampir [Name],"
[Name] menoleh memandang wanita paruh baya—seorang ibu dari Rengoku Kyoujurou.
"Daijoubu Ba-san, lagipula sudah 30 hari Kyou-kun pergi ... Jadi, tentu saja saya merindukannya."
[Name] tersenyum hangat menjawabnya, sang empu hanya tersenyum sendu mengingat bagaimana kabar duka yang datang saat itu.
"Jaa, mata aimasho." pamit [Name] seraya menunduk.
"Ah— tunggu dulu, nak [Name]," henti ibu Rengoku.
[Name] menolehkan kepala dengan tatapan bertanya-tanya.
"Ini, terimalah. Satu minggu lalu Kyoujurou menemukannya dan berkata padaku bahwa kalimba ini milikmu."
Sang ibu memperlihatkan kalimba yang terbuat dari kayu dan berukiran danau api dengan 8 kunci nada yang tampak familiar bagi [Name].
Tunggu--- b-bukankah aku sudah lama membuangnya? Kenapa bisa ada di sini?, pikir [Name] terkejut melihatnya.
"Nak [Name]?"
"Ah, iya--- ini memang milikku, arigatou, oba-san!"
.
.
.
.
.
♪ - - - ♪
.
.
.
.
.
"Bagaimana bisa?"
[Name] menghela nafas bingung, belakangan ini hal aneh terus menghampiri. Pasalnya, kalimba yang ada di mimpi benar-benar muncul di dunia ini.
Berbicara tentang Kyou-san, apakah ia tau sesuatu tentang ini? pikirnya tanpa sadar berniat menelepon kontak bernama Kyou-san.
"Moshi moshi, Ada apa meneleponku, [Name]?"
"Eh?" [Name] menoleh ke belakang, ternyata orang yang diteleponnya berada di sana.
"Kyou-san! K-kenapa—" sang empu sedikit tertawa melihat wajah terkejut [Name] dan bertanya lagi .
"Aku hanya berjalan-jalan mencari angin," sekilas Kyoujurou menoleh pada kalimba yang digenggam [Name], "...bukankah itu ...."
[Name] tersadar akan Kyoujurou yang menatap kalimbanya pun berucap, "Tadi aku menemukannya di pinggir jalan, ku kira Kyou-san tahu sesuatu karena Kyou-san pernah memainkannya."
"Memang aku pernah memainkan kalimba, tapi saat melihat ukirannya, aku merasa familiar—"
"Kyou-kun... Akan pulang dari misi ini kan?"
"Eh?"
"Eh?"
Kyoujurou membeo saat bayangan memori muncul, dan [name] menjawab beo Kyoujurou dengan beonya juga.
"Kenapa (eh)?"
"Aku sedikit terkejut dengan sesuatu, dan kenapa kamu membeo juga?"
"E-entahlah ... T-tadi aku melihat seekor burung membawa kucing! J-jadi aku ikut membeo ... Ehe," jawab [Name] asal.
"Are?" '▽'
Semburat merah muncul pada pipi [Name] karena kebodohannya sendiri dan membuang muka, bahkan Kyoujurou terdiam memandangnya.
"L-lupakan ... Jadi?"
"Tetesan air,"
[Name] menoleh ke arah Kyoujurou dengan tatapan bertanya-tanya. Apa itu sebuah petunjuk? Ataukah itu sebuah misteri yang belum terpecahkan!? pikirnya menyasar.
Rintikan air jatuh membasahi bumi dan isinya membuat [Name] sadar dengan cuaca, tangannya bahkan hendak menampung rintikan itu, namun--
"Tidak baik terus disini , kau bisa saja sakit,"
Kyoujurou meraih tangan [Name] dan membawanya ke sebuah halte untuk berteduh. Benar apa yang Kyoujurou katakan, hujan semakin deras membasahi bumi.
Iris [Name] sibuk memandang tetesan air yang terjatuh, walau itu hanya pengalihan untuk menyembunyikan semburat merah pada wajahnya.
"Jadi, apa kau tau tentang apa yang dinamakan deja'vu?"
Pertanyaan Kyoujurou memecahkan lamunan membuat [Name] menoleh padanya, teringat tentang sebuah mimpinya sontak membuat [name] menunduk.
Mimpi itu membuatnya trauma dengan donat.
[Name] menghela napas sebelum menjawab, "Tentu, seperti siklus hujan yang terus terulang tanpa henti,"
"Ataupun seperti tangga nada minor dan mayor. Terbaik, namun juga terburuk." sambungnya.
Sontak Kyoujurou terdiam, Jadi [Name] pernah merasakannya, pikirnya.
. . .
Sebelum keheningan semakin lama Kyoujurou mengeluarkan kertas berisi tangga nada yang hendak ia berikan kepada [Name].
"Ngomong-ngomong, aku mendapat sebuah ide, mungkin saja kau bisa mencoba nada ini, [Name]."
Diterima kertas itu dengan mata berseri-seri memandangnya. "Arigatou, Kyou-san! Kebetulan sekali aku sedang membutuhkan nada untuk babak eliminasi!"
puk
Sebuah tangan mendarat mengacak sedikit surai indah miliknya, membuat ia terbisu dengan semburat merah semakin menjadi---
"Um, aku janji."
---bersamaan dengan potongan deja'vu kian datang.
"Walaupun kau menggunakan nada yang kuberikan, bukan berarti aku pasti akan menyelamatkanmu dari babak, lho,"
"Dan lagi, saat mulai memainkannya kau harus lebih menghayati musik, dengan itu aku yakin kau akan mendapat nilai tambahan dari para juri." Kyoujurou berkata dengan senyum mengembang.
"Hai'!" ujar [Name] bersemangat.
Status [Name] dan Kyoujurou sebenarnya hanyalah Peserta dan juri, namun sejak perlombaan itu status mereka berkembang menjadi partner.
[Name] membutuhkan tambahan nada untuk perlombaan babak eliminasinya, sebagai partner, Kyoujurou pun turut membantu.
Jika ditanyakan kedekatan usianya, [Name] dan Kyoujurou selisih 3 tahun, jadi wajar mereka hanya sebatas teman atau pun partner.
Tanpa tahu bahwa [Name] memiliki perasaan padanya.
▪ ▪ ▪ ●☆🔯■🔯☆● ▪ ▪ ▪
chapter : 1
perasaan sang nada
complete !
▪ ▪ ▪ ●☆🔯■🔯☆● ▪ ▪ ▪
note :
- mata aimasho
:: sampai berjumpa lagi , untuk waktu yang tak tentu (belum tau kapan akan bertemu lagi)
:: kalau mata ashita itu ; sampai jumpa besok :D
- kalimba
( - kalimba yang menurut Runa mirip dengan ilustrasi pikiran Runa :D , anggap saja ukirannya danau api - )
:: biasa disebut - piano jempol -
:: memiliki 8 , 10 , 11 - 21 kunci nada
Untuk disini Runa bingung mau menjelaskan apalagi tentang kalimba :" , jadi untuk yang lainnya bisa search di google saja :'D
- oba-san
:: tante / bibi , kalau obaa-san (a+) artinya nenek :D
1117 word .
(Revisi: 20.12.22)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top