[TSE Trivias] Gin Ryō

Biasanya saya mengenali lagu-lagu yang mengalun. Tapi kenapa lagu yang satu ini asing sekali?

.

.

Lampu sorot berpindah. Dari sang pencerita misterius ke arah perempuan berkaus putih. Logo 'AW' tercetak di atas kaus itu. 

"Halo!" katanya. "Karena satu dan lain hal, The Story of the End belum bisa dilanjutkan." 

Satu kalimat yang sederhana, namun mematikan. Serentak, para pemeran meneriakkan ketidaksetujuan mereka. 

"Eeeeeh?" 

"Kok, begitu?"

"Bukannya absurd-san bilang ingin menyelesaikan cerita ini sesegera mungkin?" 

Tetsuya bersilang lengan, menghela napas. "Padahal aku saja belum dapat jatah banyak di cerita ini."

Kasumi mengangguk setuju. "Eri-chan terus yang dapat peran sejak awal cerita."

Wajah Akemi memerah, namun tidak menjawab.  

Gadis itu, sang penulis absurd, mengusap leher dengan salah tingkah. Melihat tokoh-tokohnya merengek seperti ini membuatnya tidak nyaman--terus terang saja. "Maaf, ya. Semua pasti dapat jatah yang sama banyaknya, kok," ujarnya, "Ei-chan sendiri tidak protes, kok." 

"Siapa yang kausebut 'Ei-chan'?" Suara bariton di balik absurd writer menyela. Aura gelap melatari sosoknya. "Sudah kubilang, panggil aku 'Eiji'. Jangan pakai sufiks aneh-aneh." 

"Habisnya, kau imut sekali kalau dipanggil 'Ei-chan'--"

Akemi buru-buru menyela. "Absurd-chan sengaja mengumpulkan kami di sini untuk memberi pengumuman, kan? Kenapa tidak langsung diinformasikan saja?" 

"Ah, benar juga." Setelah berdeham beberapa kali, ia melanjutkan. "Jadi, seperti yang sudah kubilang, aku memutuskan untuk memperlambat publikasi The Story of the End. Ada begitu banyak deadline lain yang harus kukerjakan, dan saat ini--terus terang saja--aku sedang kesulitan memfokuskan diri." 

Tetsuya memiringkan kepala. "Apa itu artinya kita dapat istirahat penuh selama itu?" 

"Tentu saja tidak!" Absurd merengut. "Aku tidak mau membiarkan pembaca TSE melarikan diri begitu saja. Sebagai gantinya, aku akan menuliskan beberapa trivia, atau tanya-jawab... pokoknya, konten-konten yang sekiranya bisa menghibur pembaca." 

"Ah, aku bisa melihat judulnya." beberapa pasang mata tertuju ke spanduk yang terbentang di atas mereka. "Kali ini jatahnya trivia, ya?" 

"Tapi kenapa topiknya harus gin ryu?" protes Akemi. "Kenapa tidak tentang yang lain saja?" 

Takahiro melirik. "Kukira kita harus tahu setiap detail tentang cerita ini," tukasnya singkat. "Mereka juga tidak akan macam-macam." 

"Itu karena Eiji-kun tidak melihat perlakuan mereka di luar sana--" 

"Aku yang main dengan mereka setiap hari. Aku yang paling tahu mereka seperti apa." 

Pundak Akemi ditepuk. Kasumi berusaha menenangkan sahabatnya itu. "Jangan terlalu transparan, Eri-chan. Takahiro-san juga, jangan terang-terangan begitu. Pembaca jadi menebak-nebak lagi, kan." 

Pasangan itu menunduk, menggumamkan maaf dengan suara pelan.  

"Kalau begitu," wajah Absurd Writer kembali ceria. "Langsung saja mulai dengan 'TSE Trivia #1'!" 

.

.

  銀竜  (gin ryō/gin ryou )

Di bab sebelumnya, nama gin ryou sudah pernah disebut--sebagai organisasi gelap tempat Takahiro Eiji bergabung. Dalam bahasa Jepang, gin ryou berarti 'naga perak'. 

Di dunia bawah tanah Jepang, kalian pernah mendengar istilah yakuza, kan? Itu--organisasi yang melegalkan perbuatan jahat. Mereka mendapat uang dengan cara kotor dan menjalankan misi-misi ilegal, seperti membunuh orang atau menjual barang-barang gelap (narkoba atau organ tubuh). Di Eropa, yakuza bisa disamakan dengan mafia. 

Gin Ryou sendiri, terus terang saja, bukan bagian dari sindikat itu. Mereka adalah organisasi kecil yang 'pura-pura' meniru konsep yakuza. Istilahnya, mereka lebih seperti geng ilegal yang bebas dari ikatan apapun. 

Kemunculan Gin Ryou mulai terlihat sejak dua tahun yang lalu (dihitung dari tahun jalannya cerita), yaitu pada tahun 2012. Bermula dari kelompok remaja akhir yang suka mengacaukan kota Tokyo, mereka iseng-iseng mengenakan tato naga di lengan masing-masing. Nama 'gin ryou' sendiri tercetus spontan. Mereka hobi berkeliling area-area publik, memperluas wilayah kekuasaan dengan mengalahkan geng lain, dan merekrut orang-orang yang dianggap kuat. 

Mereka punya jaket yang awalnya didesain seperti ini:

Setelah pertimbangan dan ketidaksetujuan banyak pihak (karena motif punggungnya terlalu mencolok), akhirnya mereka hanya menggunakan desain depan untuk jaketnya. Makanya Takahiro paling hobi memakai jaket itu ke mana-mana.

Seperti yang sudah dijelaskan di bab 9.1., Gin Ryou punya markas utama, tapi tidak terlihat oleh orang awam. Markas itu tersembunyi di balik toko kelontong tua. 

Karena kesannya sudah tidak terurus dan kuno, orang-orang jadi tidak terlalu memperhatikan tempat itu. Padahal, kalau kalian masuk ke dalam, akan ada tangga di sudut toko yang menuju ke bawah. Markas Gin Ryou berada di bagian bawah toko. 

Anggotanya sejauh ini tidak begitu banyak, tapi mereka sangat produktif. Mereka punya rekening yang diorganisir dengan sangat rapi untuk menerima pasokan uang. Mereka bisa menghasilkan sesedikitnya 100.000 yen per bulan (kurang lebih setara dengan 12 juta rupiah). 

Q: bagaimana bisa pihak bank tidak mendeteksi adanya transaksi gelap dalam rekening mereka?

Sederhana. Karena Gin Ryou memiliki seorang perwakilan yang sengaja disuruh menyamar sebagai investor bangunan yang sering menangani klien kaya raya. Wajar saja kalau ratusan ribu yen mengalir deras ke rekeningnya. Diam-diam mereka juga bekerjasama dengan salah seorang pegawai bank yang khusus mengurusi riwayat transaksi. 

Q: kenapa anak SMA seperti Takahiro bisa bergabung?

Sejak awal, Takahiro tidak pernah membeberkan informasi pribadinya. Dia memperkenalkan dirinya sebagai 'Eiji', bukan 'Takahiro Eiji'--putra pengusaha kaya. Sejauh ini, Takahiro menjadi anggota termuda di dalam Gin Ryou. Sisanya adalah laki-laki berusia 20 awal sampai akhir 30--sang aniki sendiri. 

Sebenarnya, sebelum organisasi ini terbentuk secara formal, anggota Gin Ryou adalah siswa SMA dan mahasiswa semester awal. Tapi seiring berjalannya waktu, mereka sengaja memilih anggota dewasa, karena mereka harus menyembunyikan identitas sebaik mungkin. 

Kalau kita lihat, Gin Ryou sendiri isinya orang-orang yang tidak terlalu serius, tapi juga bukan tipikal yang senang bermain-main. Seperti Masaru, misalnya, dia kelihatan serampangan, tapi bukan berarti otaknya tidak berguna dalam situasi penting. Bagi mereka, Gin Ryou jauh lebih berharga dari keluarga yang mereka punya. Jadi, bukan cuma Takahiro yang betah di sana lantaran tidak punya teman--

Oke, aku akan berhenti sampai sini. Takahiro bisa membunuhku kapan saja dengan tatapan seperti itu. 

.

.

"Jadi sebenarnya Gin Ryou tidak sepenuhnya berbahaya, ya..." gumam Kasumi. "Tapi sepertinya ada nama yang familier di sana--"

Tetsuya menautkan alis. "Siapa?"

"I... itu..." Kasumi mengerjapkan mata beberapa kali, lalu menggeleng. "Sepertinya aku salah baca." 

Akemi, sebaliknya, bersedekap dengan raut tidak suka. "Tetap saja, mereka itu melakukan hal-hal ilegal. Eiji-kun, lebih baik kau main-main denganku dan Kage-chan saja."

"Aku tidak suka main dengan perempuan." 

"Caramu mengucapkannya seolah-olah kami ini terlalu rendah untuk standarmu." Kedua pipi mengembung. "Kita sudah dipisahkan sekian lama, masa' Eiji-kun mau menjahatiku terus-terusan?" 

Menghela napas, Takahiro meletakkan tangannya di puncak rambut Akemi, dan mengusapnya dengan kaku. "Soalnya kau bicara seperti itu. Aku jadi tidak suka." Sekalipun tegas, nada suara itu begitu lembut dan perhatian. 

Senyum Tetsuya mengembang. "Kalau begitu, mau makan di kafe dekat sini? Ada es krim matcha yang sejak dulu ingin kucoba." 

"Boleh!"

Selagi keempat sekawan itu berjalan beriringan, sang penulis absurd menghela napas. Mengurusi tokoh-tokohnya selalu saja melelahkan. Ia kembali memutar tubuh ke arah kamera yang menyorot adegan demi adegan sejak tadi, lalu tersenyum lebar. 

"Kalau begitu, sampai ketemu di bagian berikutnya! Mudah-mudahan aku bisa update lebih cepat--kalau tidak ada halangan." 

Absurd writer, signing out


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top