The Story Of Love Gaje

Saat itu gue sedang duduk di teras rumah sambil menatap langit yang biru nan indah. Saat itu gue sedang merenung dan mencari ide buat menulis sebuah cerpen di Blog pribadi yang gue buat. Namun, gue teringat akan kisah konyol dan kocak saat gue masih duduk di bangku sekolah dulu. Dan semua itu membuat gue menemukan ide sedikit gila untuk menulis.

"Hahaha, konyol banget tuh. Kocak habis" gue hanya tertawa terbahak-bahak

Dan kisah ini kita mulai,
Let's play again...

-8 tahun yang lalu-

Gue hanyalah seorang laki-laki berkacamata bak mirip Betty La Fea dengan rambut klimis ala Wak Doyok tapi tanpa kumis yang melinting menghiasi wajah yang sedikit absurd ini.

Ya, itulah gue. Bahkan tampang ini lebih absurd dari kecebong hanyut yang berevolusi menjadi godzilla bertanduk kambing dan berbelalai gajah, pikirin aja sendiri.

Dan perkenalkan nama gue Edi dan bukan Edi Supono atau Edi Kokbuset.

Saat itu gue sedang duduk di kelas 1 SMA. Gue duduk di barisan no 4 di hitung dari pintu kelas. Dan tempat duduk gue sangat strategis di pojok belakang.

Jangan kalian pikir gue disini gak ada teman. Dan kenalin nih teman sebangku dan satu meja, untung gak satu rumah sama gue. Dan sebut saja nama dia Arif.

Arif ini teman gue yang sangat setia. Kemana pun kami selalu bersama, dan untung ke wc nggak sama-sama. Apa kata dunia nantinya...!!

"Rif, gue bosen nih." keluh gue saat itu sambil memutar-mutarkan pena berharap bisa jadi baling-baling helikopter

"Ah, lu mah bosen mulu. Bosen gue lihat muke lu, udah absurd tambah absurd aje dah," jawab Arif dengan ketusnya

"Eh, kampret nih bocah. Gue bacok congor lu ntar Rif," jawab gue

"Hahaha, coba aja kalo lu bisa." ejek Arif dengan lidahnya yang menjulur keluar bagai ular di kepala Medusa

Dan memang saat itu kelas lagi kosong dan tidak ada pelajaran. Mungkin guru nya lagi betapa di air terjun berharap dapat ilmu kebal buat menghadapi para siswa yang buat onar di kelas.

Draaapp...

Derap langkah itu terdengar mendekati ruang kelas gue. Ya kelas 10-5, itulah kelas gue dan Arif berkembang biak disana.

Aroma yang menyengat itu menusuk hidung para semua siswa yang ada di dalam kelas. Termasuk gue, maupun Arif. Dan itu bukan bau kemenyan kayak di film horror indo yang cewek nya cuma nunjukkin aurat mereka.

"Eh,.. bau apa'an ya Di?," Tanya Arif saat itu

"Bau apa ya. Kayaknya bau parfum cewek gitu Rif," Gue jawab dengan cuek nya sambil ngupil berharap dapat harta karun disana

"Gue kira bau menyan." sambung Arif dengan datarnya

"Nih anak pengen gue bacok rasanya" gue cuma bisa bergumam dengan wajah kesal bagai Picollo

Ckreekk...

Suara pintu terdengar jelas. Dan semua siswa seketika diam tak bersuara. Bahkan bunyi kentut pun tak terdengar, semua sunyi tanpa suara.

"Selamat pagi anak-anak." Sapa guru itu dengan baju batik kondangannya dan tak lupa wajah yang sedikit seram dengan tatapan tajam bagai Superman yang mau menembakkan laser dari mata nya

"Selamat pagi paaaakkk"

Semua siswa menjawab bersamaan bagaikan supporter sepak bola yang ada di dalam sebuah Stadion sepak bola.

"Hari ini bapak membawa siswa baru ke kelas ini. Bapak harap kalian bisa berteman baik"

"BAIIIIKKK PAAKKK"

Jawab semua siswa dengan teriakan keras, Bagaikan paduan suara yang sedang demo menuntut turunnya harga BBM.

Seseorang anak perempuan dengan rambut yang panjang yang berkibas seperti tertiup angin bagai model yang ada dalam iklan shampoo dia masuk perlahan ke kelas dengan gerakan slow motion hingga akhirnya dia tersandung akibat tali sepatunya yang lepas.

Brruukk...

Pfftt...

Suara para penghuni kelas ini samar-samar terdengar. Mereka sedikit mencoba menahan tawa sesaat, pak guru pun terdiam dengan mulut yang terbuka lebar dengan mengeluarkan nafas Naga.

"Kamu gak apa-apa?," Tanya pak guru itu pada siswa baru

"Gak apa-apa pak," dia bangkit berdiri kembali dengan wajah yang sedikit memerah

Tatapan tajam sang pak guru yang seakan mencekam dan penuh dengan aura membunuh, membuat semua siswa kembali terdiam dan seakan melihat seorang monster yang ada dalam film Ultraman.

Bayangin aja sendiri ya. Balik lagi ya ke cerita,

"Perkenalkan nama ku Bunga. Salam kenal semuanya"

Mendengar nama Bunga gue jadi teringat saat baca koran bapak gue. Nama itu selalu ada saat ada kejadian yang tak menurut gue enggak pantas di bahas, dan kebanyakkan nama korban itu sebut saja 'Bunga' kalian pasti tahu maksud gue kan. Hehehe...

Balik lagi ke cerita ya,

Dia Bunga, cewek cantik dengan wajah yang manis dan kulit berwarna putih bukan warna hijau ya, kalo hijau berati antara kolor ijo, hulk atau picollo. Dengan rambut yang enggak terlalu panjang dan lumayan mirip bintang iklan samphoo.

"Silahkan bunga duduk di bangku yang masih kosong" pak guru itu menunjukk ke arah di barisan nomor 3 dan duduk di bangku urutan ke 2.

"Cantik bener ya Rif," ucap Gue dengan tatapan mata yang berbinar-binar

"Emm, iya kali," jawab Arif dengan asyik mengupil berharap dapat harta karun di dalam sana

Ya begitulah hari pertama gue, dan saat itu juga gue merasa jatuh cinta pada pandangan pertama sama cewek yang namanya Bunga.

***

Esok harinya,

Gue seperti biasa pergi ke sekolah dengan menaiki kuda balap gue yang gue kasih nama Valentino Rossi walaupun pada akhirnya gue lebih suka sama Cristiano Ronaldo.

Gue nyalain kuda balap gue dan bersiap berangkat ke sekolah dengan kecepatan cahaya, walau gue tahu kalo itu enggak mungkin buat gue lakuin. Ya udah lupakan saja yang barusan.

Tapi saat gue melintasi sepanjang jalan kenangan kayak lagu lawas yang nyokap gue nyanyi'in di tiap pagi nya. Gue melihat seorang cewek yang lagi jalan dengan sendiri nya dengan mengenakkan seragam sekolah yang sama kayak gue.

Gue pacu lagi motor gue kayak lagi ikut kuis berpacu dalam melodi, dan gue coba menoleh sedikit ke arah kiri untuk memastikan apa gue kenal apa enggak sama si cewek. Kali-kali aja gue dapet gebetan baru hari ini.

"Heeee..." gue sedikit tercengang saat tahu kalo itu adalah Bunga

Sontak gue langsung rem mendadak, dan mencoba memanggil nama Bunga. Gue berharap dia kenal sama gue yang ganteng nya kagak nahan kayak mirip hewan Bekantan yang ada di Kalimantan.

"Siapa ya," jawab Bunga dengan muka sedikit kebingungan dan gue tahu kalau dia kelihatan takut

"Lu nggak tahu sama gue. Kenalin nama gue Edi," gue memberanikan diri di hadapan Bunga

"Emang kita sekelas ya?," tanya Bunga dengan datar nya

"Astoge, apa salah hamba Tuhan. Tabahkan lah hati ini" gumam gue dengan menahan segala kekesalan dengan cewek yang bernama Bunga

"Ya kita memang satu kelas. Dan lu mau ikut barenga gue gak ke sekolah," ucap gue dengan sedikit rayuan gombal yang gue pelajari dari bapak gue saat masih muda

"Emm, gimana ya. Ya udah deh gue mau ikut sama lu, lumayan bisa irit uang jajan gue" jawab Bunga dengan ekspresi datarnya

Gayung bersambut Bunga pun menerima tawaran gue. Berharap gue bisa kenal lebih jauh sama Bunga dan jadian hingga pada akhirnya gue hanya bisa berkhayal dan pinjam mesin waktu punya Doraemon.

Di sepanjang perjalanan gue selalu mengajak ngobrol si Bunga. Tapi gue lihat respon dari Bunga datar dan biasa saja. Kayak ya dia takut dengan tampang gue yang sedikit absurd ini, dan mungkin saja gue di anggap seorang penculik yang paling dicari-cari di dunia nyata maupun alam Ghaib.

Ya begitulah sepanjang jalan gue kayak lebih dikacangin sama Bunga. Dan gue cuma bisa diam hingga sampai di sekolah.

Teng... Tong... Teng...

Bunyi suara lonceng sekolah berbunyi bagaikan bunyi lonceng di ring tinju. Dan para siswa cepat-cepat berlarian menuju kelas masing-masing.

"Emm, makasih ya Di. Gue duluan ya ke kelas," ucap Bunga kepada gue

"Iya. Ntar gue nyusul langsung," jawab gue dengan sedikit senyum pada Bunga

Gue mulai berjalan meninggalkan parkiran dan segera menuju kelas. Dari kejauhan terdengar suara yang memanggil nama gue, gue takut kalau yang manggil gue itu adalah Ibu penjaga kantin dan ingin menagih hutang. Gue percepat langkah kaki gue, tapi nyata nya gue masih di ikutin dari belakang.

"Woiii, tunggu"

Teriak suara itu semakin keras terdengar di telinga gue.

Wuuussshh...

Plakk...

"Aduuuhh," langkah gue terhenti saat ada sebongkah batu kecil yang di lempar dari arah belakang

Langkah kaki itu semakin mendekat ke arah dimana gue berada. Gue cuma berserah diri dan mencoba pasrah sama keadaan.

"Woiii, lu di panggil kok enggak berhenti sih," ucap Arif dengan raut wajah yang sedikit kesal dan tak lupa dia masih mengupil

"Ehh, lu Rif. Kirain gue ibu kantin. Ya udah gue jalan aja cepet-cepet. Hehehe," ucap Gue dengan sedikit diselingi tawa

"Ya udah kita ntar telat lagi masuk ke kelas," ucap Arif yang menjulurkan tangannya pada gue dan dengan bodohnya gue sambut tangan si Arif yang sejak tadi di pakai buat ngupil

***

Suasana kelas yang tentram dan damai. Semua siswa memperhatikan pelajaran yang sedang di jelaskan di papan tulis. Dan gue cuma bisa senyum-senyum bahagia memandangi Bunga dari tempat gue duduk.

"Eh, Di. Lu kok kayaknya girang banget sih?," tanya Arif sama gue

Dan gue masih senyam-senyum sendiri mirip orang bego yang sedang kasmaran.

Plaakk..

"Ehh, apa-apa'an lu Rif. Lu kira kepala gue ini bola basket apa yang bisa lu driblle kayak goyangan Duo Srigala," jawab gue dengan kesalnya

"Habis lu sih. Tampang lu kayak kambing bego," sahut Arif dengan sedikit memasang wajah senyum yang menyeringai

"Emang lu kayaknya lagi seneng banget nih. Ayo cerita dong," pinta Arif dengan sedikit senyum yang mencurigakan kayak om-om penyuka anak kecil

Dan pada akhirnya gue menceritakan semua yang gue rasain sama Arif. Berharap Arif bisa bantuin gue untuk dapetin Bunga hingga mau jadi pacar gue.

***

Hingga hari berlalu seiring perputaran jarum jam yang berpacu dengan kecepatan mobil Formula 1. Semakin hari gue semakin kenal dekat sama si Bunga, cewek yang gue harapin bisa jadi pacar gue.

Dan gue sekarang lagi nongkrong kantin langganan gue. Tapi kali ini gue sedang diskusi sama si Arif, berharap ide-ide nya bisa gue jalanin supaya Bunga mau jadi pacar gue.

"Rif. Lu yakin ide ini bakal berhasil?," tanya gue sama si Arif

"Lu yakin aja bro. Saran gue gak pernah salah, dijamin Tokcer dah," jawab Arif dengan yakin akan semua ide nya

Tanpa ragu gue ikutin semua saran yang di berikan si Arif pada gue. Pada akhirnya gue coba menghubungi Bunga dan melancarkan saran yang di berikan oleh Arif.

"Gue coba sms Bunga ah," ucap gue dengan riang gembira mirip badut yang ada di pasar malam

Gue coba kirim pesan ke Bunga buat janjian di hari minggu besok untuk jalan-jalan.

Kesokan harinya,

Gue udah duduk di sebuah Cafe bukan Warteg ya. Karena di sini semua makanan elit semua dan gue enggak pernah tahu nama-nama semua menu nya. Dan gue lebih suka makan gado-gado langganan gue biar lebih sehat dan juga irit. Gue masih menunggu kedatangan Bunga, mungkin sudah 15 menit dan 20 detik hingga gue hampir lumutan dan kotor mirip banget lumut yang ada di Aquarium punya abang gue.

"Mana ya Bunga. Lama banget, lumutan dah gue disini," ucap gue dengan sedikit memasang wajah yang abstrak ala anjing laut yang sedang Show

Mungkin sekitar 20 menit gue nunggu, dan terlihat seorang gadis manis nan aduhai dan dia bukan biduan dangdut. Dan dia adalah Bunga dengan dandanan cantik nan aduhai.

Gue coba melambaikan tangan gue berharap bunga melihat gue yang udah dandan ala Ariel Peterpan.

Bunga menghampiri meja dimana gue sedang duduk dan baca mantra-mantra biar si Bunga jatuh cinta sama gue, pada kenyataannya itu mustahil banget.

"Hai Edi" sapa Bunga pada gue yang sedang duduk dengan lumut yang menempel di wajah gue yang absurd ini

Dan obrolan pun berlanjut hingga kepelaminan berharap gue yang ada di samping Bunga. Itu mimpi paling indah yang pernah gue mimpi'in dari gue berbentuk Kecebong hingga menjadi Kadal berkepala Naga.

Waktu berlalu dan pertemuan gue sama Bunga berakhir seiring waktu perputaran dunia khayal gue. Gue berdiri dan mulai meninggalkan Cafe dengan rasa Warteg.

"Sumpah gue seneng banget hari ini, rasanya gue mau teriak," ucap gue dengan mengendarai kuda besi gue

Gue enggak memperdulikan semua yang ada disekitar gue. Rasanya dunia serasa milik kita berdua dan yang lain pada ngontrak.

Gue pacu lagi kuda besi gue dengan kencangnya sampai rambut gue mirip Goku versi Super Saiyan dan kutu-kutu di rambut gue pada berterbangan kayak Superman tanpa sebuah kancut.

Bahkan gue gak perhatiin jalan disekitar kiri dan kanan ku lihat saja banyak pohon cemara. Gue berdendang layaknya seorang bintang di acara pencarian bakat yang ada di Televisi.

Hingga pada akhirnya sesuatu terjadi pada gue. Saat dunia membutuhkan gue, kini gue menghilang bagai Avatar.

Dengan kecepatan cahaya, tubuh gue terlempar dari kuda besi yang gue tunggangin ini. Gue serasa bagai seorang Actor di film laga dengan akting yang membuat para wanita terpesona.

Bruukkk...

"Sial dah. Bau banget dah," ucap gue saat itu

Ya, gue terlempar ke dalam sebuah got yang mirip sungai Amazon. Kuda Besi gue enggak sampai ikut tercebut, cuma gue doang yang terlempar.

Gue coba pulang dengan tubuh yang hitam legam kayak kena oli. Tampang gue yang absurd tambah terlihat kayak boneka santet. Serem, nakutin ya gitu deh.

"Sumpah apes banget dah," ucap gue yang sedkit kesal

Kini gue sudah sampai di rumah gue yang tercinta. Gue coba parkirin motor gue didepan teras, dan bersiap masuk ke dalam rumah. Saat gue mau baru buka pintu, eh emak gue udah buka duluan.

Hingga pada akhirnya dia berkata,

"Uwaaaaaahhhh. Lu siape, lu mau maling dirumah ini" teriak emak gue sangkin kaget nya dan suara nya itu ngalahin suara Soimah saat nyanyi dangdut, hingga suaranya juga terdengar sampai ke bulan

"Ehh, emak ini Edi mak. Masa emak tega gak ngakuin anak nya," ucap gue dengan pasrahnya

"Anak gue gak kayak lu. Walau tampangnya absurd tapi dia lebih ganteng dari lu"

Walaupun gue sudah berkata jujur. Tapi, tetap aja emak gue kagak percaya bahwa gue anak nya.

"Emak sumpah ini Edi. Demi kancut Tirex yang nggak di cuci selama satu abad, ini Edi mak," gue sedikit kesel bercampur emosi rasa nya gue mau jadi Ultraman dan buat emak gue ngakuin bahwa gue anak nya

"Heh, beneran ini Edi. Kok bisa gini sih anak emak ya. Pfftt," ucap emak gue yang hanya keheranan dan sedikit nahan ketawa lihat tampang gue yang absurd dan tambah absurd

Dan itu sepenggal kisah yang membuat gue bahagia saat ketemu Bunga dan memilukkan saat gue kecebur dalem got yang luas bagai sungai amazon. Setidaknya gue merasa senang walau sedikit sial.

***

"Woi Di. Gimana saran gue kasih sama lu waktu itu, mantap kan. Hahaha," ucap Arif sedikit tertawa mungkin dia tahu kalau ide yang dia kasih berhasil dan Tokcer

"Ya gitu deh," jawab gue dengan wajah yang tersenyum lebar

Mungkin udah hampir sebulan gue kenal sama si Bunga cewek cantik yang tiba-tiba kesasar ke sekolah gue dan satu kelas gue. Rasanya kayak lu pada minum Good Day dan lu denger slogannya pujaan hati membawa kejutan. Pokoknya gue seneng banget, dan berharap gue dan Bunga bisa jadian secepat-cepatnya dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

"Mungkin saatnya lu harus ungkapin perasaan lu sama Bunga Di," ucap Arif dengan serius tapi tetep masih ngupil

Dan gue terdiam mencerna perkataan Arif barusan. Seakan gue dibuat bersemangat untuk menggaet Bunga biar jadi pacar gue. Gue pernah denger perkataan gini 'selama janur kuning belum melengkung dia milik siapa aja' perkataan itu yang membuat motivasi gue memuncak.

Gue terus memberikan rayuan gombal-gembel pada Bunga berharap semua itu akan berhasil. Tiap hari nya respon bunga sangat baik terhadap gue, dia enggak canggung lagi deket sama gue.

Bunga semakin menggemaskan buat gue miliki. Berapa kode terus gue lancarkan ke Bunga, semakin lama Bunga membalas kode gue mirip anak Pramuka di sekolah. Dan sayangnya dia tiruin beneran pake kode Morse, apalah daya gue yang cuma anak emak gue yang alakadarnya.

Kesekolah bareng Bunga, pulang sekolah bareng Bunga, ke kantin bareng Bunga, jalan-jalan bareng Bunga, ke pelaminan bareng Bunga, untung aja gue gak bareng Bunga sampai ke toliet bahkan ke rumah Bunga. Bisa digorok orang gue, dituduh otak kriminal.

***

Mungkin ini saatnya gue nyatain perasaan gue sama Bunga. Gue berjalan meninggalkan tempat duduk gue bersama Arif menuju keluar kelas. Gue lihat Bunga lagi sendirian berdiri di koridor kelas, dengan Spontan Arif menarik gue ke belakang dan langkah gue terhenti.

"Di tunggu dulu. Lu yakin mau nembak Bunga sekarang?," tanya Arif

"Iya Rif. Doain aja gue supaya sukses," ucap gue dengan wajah yang sedikit senyum sumringah

"Ya udah Di, gue cuma bisa berdoa," sahut Arif dengan kebiasaannya mengupil

Dengan langkah pasti gue berjalan dengan senyum penuh harapan menemui Bunga.

"Bunga. Bisa minta waktunya sebentar gak! Ada yang gue mau omongin sama lu sekarang?," sapa gue sembari menyapa dan bertanya sama dia

"Iya Di. Ada apa emang," jawab Bunga dengan kibasan rambut yang berkilauan dan aroma yang wangi

"Gue mau ngomong sesuatu sama lu. Tapi gue bingung mulai dari mana, hehehe," ucap gue basa-basi kayak adegan di FTV

"Ngomong aja Di," pinta Bunga

"Gini. Kita kan udah lama dan udah saling kenal satu sama lain. Dan gue ngerasa nyaman aja sama lu, lu mau gak jadi pacar gue," ucap gue yang mengutarakan semua yang ada di hati gue

Bunga terdiam dan semua terasa sunyi. Bagai petir yang siap menyambar siapa saja yang ada disana.

"Maaf, Di sebelumnya. Gue udah punya pacar," ucap Bunga dengan sedikit kebingungan

Dan benar saja, dari kejauhan seorang laki-laki datang menghampiri Bunga dengan tampang yang lumayan ganteng malah gue kalah ganteng. Dan benar saja dia satu sekolah sama gue.

"Ayo sayang kita pulang," ucap laki-laki yang menggandeng Bunga

"Ayo. Bye Edi, gue pulang duluan ya," ucap Bunga sambil melambaikan tangan nya

Dan gue serasa Forever Alone, seakan tak berdaya. Cuaca yang terang tiba-tiba mendung seketika, saar itu gue menangis dengan sangat. Tapi Arif mendekati gue dengan kata-kata yang mungkin bisa kasih gue motivasi.

"Hei Di, yang sabar ya. Mungkin apa yang lu harapin gak semua nya jadi kenyataan. Terkadang lu harus siap menahan pedihnya kenyataan dibanding merasa senang karena cinta. So, jadilah orang yang tegar Di," ucap Arif saat itu mirip dengan gaya Mario Teguh

"Ya udah Rif. Makasih lu udah peduli ama gue," ucap gue berpelukkan sama Arif bagaikan Telletubies

Semua tak berkahir dengan kebahagiaan, terkadang kenyataan lebih pedih dari harapan kita yang sesungguhnya.

____________________________________

Cerita yang hampir membuat gue bolak-balik ke toilet. Gitu aja terus sampe kancut Neptun di pakai oleh Superman. Dan gue persembahkan kisah ini pada LenteraLiterasi

Sebagai tugas gue saat di suruh membuat sebuah cerpen. Dan silahkan baca ya

Mickey139, Fahm_Maqcution, teraef26, eprakoso99, desviah, NisyawR75,DeakurniaNingsi, miftahulljannah_, darkangleo, HaffahNuralea.

Salam dari pulau astoge :v

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: