CHAPTER 7

DISCLAIMER :
Animasi Boboiboy dan semua karakternya adalah milik Monsta Studios.
Seluruh alur cerita ini merupakan imajinasi Author dan tidak berkaitan dengan cerita sebenarnya pada animasi Boboiboy.

WARNING!!!
Original character, out of chatacter, typo dan kesalahan kata dalam ejaan.
Mohon maaf jika ada kesamaan dengan cerita lain.

RECOMENDED SONG :
Victory - Two Steps From Hill
Memory Reboot - Narvent and VØJ
Everything Works Out in the End - Kodaline
Round and Round - Heize
Sumpah dan Cinta Matiku - Nidji

.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°

Saat ini situasi di medan tempur semakin memanas, ditambah desas desus salah satu drone musuh yang berhasil ditembus oleh salah satu jet Pasukan Tim Kaizo.

Seseorang yang berhasil menembus kaca pesawat musuh itu adalah Emma Lee. Gadis itu langsung menekan tombol up untuk membuka kaca penutup jet yang sudah hancur, serpihan kaca itu juga mengenai dirinya sehingga Emma mengalami beberapa luka ringan di wajah dan kepalanya.

Ia mengambil snapan yang berada di belakang bangkunya, ia mengambil ancang-ancang ketika semua awak pesawat bersiap menyerangnya.

Emma menarik pelatuk snapannya dan menembak semua awak pesawat. sampai ia tak sadar ada seseorang di belakangnya. Orang itu berhasil memukul kepala Emma hingga ia tersungkur jatuh, snapan yang ia pegang terlepas dari tangannya.

Emma berusaha bangkit dan melawan pria berbadan besar yang membawa pedang di hadapannya. Emma cukup kesulitan melawan pria itu, sampai akhirnya sebuah jet berhenti di hadapan kaca pesawat yang sudah hancur. Seseorang keluar dari jet itu.

Sosok bertopeng itu melompat dan mulai menyerang pria berbadan besar yang menahan Emma.

"Kau harus melawan orang yang sebanding denganmu!" serunya pada pria berbadan besar itu, pria itu tersenyum miring. "Lama tidak bertemu denganmu, Kapten Kaizo."

Kapten Kaizo, sosok bertopeng itu tidak menggubris ucapan pria berbadan besar. Dia hanya terus memainkan pedangnya dan berusaha merebut Emma.

Saat ia sedang lengah, Kaizo menarik tangan Emma, naas lengan kanan Emma terkena pedang Kaizo. "Tetap di belakangku, Emma."

Dengan sisa tenaganya, Emma mengangguk sambil megang erat lengan kanannya. Kaizo melawan pria itu dengan mudah dan langsung mengalahkannya. Pria itu mati di tangan Kaizo.

Kaizo berbalik badan, ia menyimpan pedangnya, topeng yang ia gunakan terbuka. Kaizo mendekat pada Emma, ia melihat gadis itu sedang memegang erat lengan kanannya. Darah segar terlihat di sela-sela jari tangan Emma.

Kaizo melepas slayer abu-abu yang mengikat di lehernya, ia membalut luka di lengan Emma dengan slayer itu. "Katakan padaku, dimana lagi yang sakit?" tanya Kaizo.

Emma menggeleng, "Saya tidak apa-apa, Kapten." ucap Emma.

"Kalau begitu, kita harus segera pergi dari ini." Kaizo berjalan mendahului Emma menuju jetnya. Emma mengikuti Kaizo, mereka menaiki jet yang dibawa Kaizo dan pergi menjauhi pesawat musuh. Pesawat tersebut meledak setelah di tembak dengan leser oleh Drone raksasa dari Pasukan Tim Kaizo usai jet yang dinaiki Kaizo benar-benar menjauh darinya.

.•°.•°.•°

Setelah pertempuran usai dan tentunya dimenangkan oleh TAPOPS, anggota yang terluka serius diwajibkan datang ke Sun Nova Station untuk melakukan pengobatan lebih lanjut. Sedangkan para personalia harus mengikuti rapat terlebih dahulu.

Di ruang rapat, ada Laksamana Tarung, Komandan Kokoci, Kapten Kaizo, Kapten Lee, Boboiboy, Yaya, Ying dan Gopal yang duduk melingkar di meja bundar.

"Saya ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada kalian semua yang telah berhasil menyelamatkan Sun Nova Station." ucap Laksamana Tarung.

Semua mengangguk senang, "Saya juga berharap kedepannya tidak ada lagi kelompok-kelompok yang ingin mengambil alih Sun Nova Station." ujar Kapten Lee.

Setelah rapat itu selesai, semua orang keluar dari ruangan. Terkecuali Kapten Lee yang menahan Kaizo.

"Sebenarnya apa motivasimu turun tangan langsung menjemput anggotamu yang menembus drone musuh?" tanya Kapten Lee.

Kaizo tersenyum miring, "Bukannya itu tugas pemimpin untuk memperhatikan bawahannya?" balas Kaizo.

"Aku pikir kamu bukan orang yang seperti itu. Bahkan ketika adikmu melawan Borara dengan Boboiboy, kamu sama sekali tidak ingin menolongnya." ujar Kapten Lee.

Kaizo menghela nafas, "Bagaimana mungkin aku akan diam jika seseorang berupaya mencelakai Laksamana Tarung, sedangkan dia telah menyelamatkannya."

"Ini bukan urusanmu, lebih baik kamu jangan terlalu banyak komentar." sambung Kaizo, ia hendak meninggalkan Kapten Lee.

Kaizo heran, kenapa Kapten Lee tiba-tiba jadi sensitif padanya. Memang dulu mereka pernah terlibat masalah, tapi semua itu sudah membaik setelah pertempuran di Sun Nova Station sebelumnya. Bahkan yang awalnya sensitif itu Kaizo, Kapten Lee sama sekali tidak menganggap berat masalah itu.

"Aku tahu Kira'na melamarmu, dan jika sesuatu terjadi padanya, kamu adalah orang pertama yang akan ku salahkan. Camkan itu, Kaizo!" Kapten Lee berjalan melewatinya setelah mengatakan itu.

Lagi dan lagi Kaizo hanya bisa menghela nafas. Sekarang ia mengerti, Lee menyukai Kira'na dan Kira'na menyukainya. Rupanya ia terlibat cinta segitiga yang cukup rumit.

Saat Kaizo menutup pintu, ia terkejut saat membalikkan badannya. Rupanya ada Ying yang baru saja mendatanginya.

"Kenapa kamu mengagetkanku?" kesal Kaizo, Ying menunduk.

"Apa akhir-akhir ini Fang menghubungi Kapten?" tanyanya, Kaizo mengangguk.

"Dia baru menghubungiku kemarin, memangnya ada apa?" Kaizo bertanya balik.

"Saya tahu Fang sedaang dalam misi yang sulit, tapi saya mohon pada Kapten untuk menyampaikan pesan saya padanya. Tolong sampaikan pada Fang untuk segera memberi kabar pada saya." ucap Ying.

"Aku akan mengatakannya nanti, tapi aku harap kamu mengerti keadaan Fang saat ini." ucap Kaizo lalu meninggalkan Ying.

.•°.•°.•°

Kaizo mampir ke hospital milik Sun Nova Station untuk sekedar memastikan bahwa Emma sudah kembali ke timnya yang berada di luar stasiun. Di hospital itu masih ada sedikit orang yang sedang mengistirahatkan diri. Saat Kaizo membuka gorden yang mengelilingi ranjang Emma, ia mendapati gadis itu sedang duduk ditepi ranjang.


Ia sedang berusaha memakai baju wearpacknya yang berbentuk jumpsuit sehingga ia kesulitan memakainya. Ungtunglah Emma memakai tanktop sehingga Kaizo bisa membantunya memakai baju.

"Kenapa tidak minta tolong yang lain?" tanya Kaizo saat Emma sedang memasukkan kancing bajunya.

"Itu terdengar merepotkan, Kapten. Lagi pula saya bisa sendiri, saya hanya perlu berusaha." jawab Emma.

Melihat luka Emma yang baru saja dijahit tadi, membuat Kaizo merasa bersalah, tapi ia enggan mengatakkannya.

"Kenapa Kapten ke hospital? Apa Kapten terluka juga?" tanya Emma yang sedari tadi berjalan di belakang Kaizo, kini ia menyamakan langkahnya.

Kaizo berdehem canggung, kemudian mengangguk. "Ya, sedikit sekali. Lalu aku tidak sengaja mengingatmu, Jadi aku memutuskan untuk menjengukmu." jawab Kaizo.

Emma mengangguk-angguk. "Terima kasih atas kebaikan Kapten."

Kaizo tak menggubris hingga akhirnya mereka telah masuk ke salah satu drone raksasa. Banyak anggota yang menyambutnya dengan gembira, semua karena aksi Emma yang mengejutkan.

"Emma! Syukurlah kamu baik-baik saja."

"Emma! Tadi itu keren sekali!"

Emma disambut hangat oleh para senior dan junior yang menempati drone itu.

"Kalian semua sudah makan?" tanya Kaizo, semua kompak mengangguk.

"Seperti biasa! Makanan cepat saji yang Kapten sediakan di pesawat tak pernah mengecewakan perut kami." seru salah satu anggota yang membuat Kaizo tersenyum tipis.

"Emma, sebaiknya kamu makan dulu." Kaizo berjalan menuju ruang istirahat yang tak jauh dari ruang kemudi. Emma mengikuti langkah Kaizo.

Di ruang istirahat tidak ada siapapun, jadi Kaizo dan Emma langsung masuk. Kaizo membuka lemari yang terisi banyak makanan cepat saji. Kaizo mengambilkan bubur dan rendang kari cepat saji yang hanya dengan disiram air panas.

Semua orang sedang merasa aneh dengan tingkah Kaizo yang dinilai sedikit perhatian pada Emma. Tapi ya sudahlah, mungkin itu bentuk apresiasi yang mereka tidak tahu dari kapten mereka.

Kaizo meletakkan dua mangkuk makanan itu di meja, di hadapan Emma. Emma antusias memakan makanan itu walaupun tangan kanannya sedikit sulit digerakkan.

"Apa tanganmu sakit? Jika sulit untuk makan, aku akan memanggil seseorang untuk menyuapimu." ujar Kaizo.

Emma menggeleng, "Saya baik-baik saja, Kapten."

Kaizo menghela nafas, ia menatap Emma yang sedang menunduk dan melahap makanannya.

"Aku merasa bersalah saat melihat lukamu, aku minta maaf." kalimat itu akhirnya terucap secara spontan dari mulut Kaizo.

Emma sedikit terkejut, ia mendongakkan wajahnya. Ia melihat manik mata merah Kaizo yang sedang menatapnya.

Ah, situasi macam apa ini! batin Emma.

"Kapten tak perlu merasa bersalah, niat awal Kapten juga untuk menyelamatkan saya." ujar Emma. Kaizo buang muka, ia menatap keluar jendela yang memperlihatkan bintang-bintang menyala dari kejauhan.

"Lalu bagaimana dengan kadonya? Apa wanita itu menyukainya?" tanya Emma dengan maksud ingin mencairkan suasana.

"Sangat menyukainya."

Emma tiba-tiba tersedak, membuat Kaizo spontan menolehnya. Dengan cepat ia mengulurkan segelas air mineral yang langsung diteguk gadis itu.

"Makannya pelan-pelan, kamu tidak boleh terlalu sering batuk dan bersin, apa lagi bergerak terlalu berlebihan." ujar Kaizo.

"Sementara, mulai sekarang kamu libur latihan." sambungnya.

Emma tampak bingung, "Sebagai gantinya apa? Tidak mungkin selama itu saya berbaring di kamar dan hanya pergi ke hospital saja." tanya Emma.

"Kamu bisa menjadi asistenku sementara."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top