CHAPTER 4

DISCLAIMER :
Animasi Boboiboy dan semua karakternya adalah milik Monsta Studios.
Seluruh alur cerita ini merupakan imajinasi Author dan tidak berkaitan dengan cerita sebenarnya pada animasi Boboiboy.

WARNING!!!
Original character, out of chatacter, typo dan kesalahan kata dalam ejaan.
Mohon maaf jika ada kesamaan dengan cerita lain.

RECOMENDED SONG :
Victory - Two Steps From Hill
Memory Reboot - Narvent and VØJ
Everything Works Out in the End - Kodaline
Round and Round - Heize
Sumpah dan Cinta Matiku - Nidji

.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°

Hukuman dari Kapten Kaizo membuat Emma menjadi bahan candaan oleh seniornya yang mengikuti operasi kemarin. Bahkan saat mereka baru saja keluar dari ruang kerja Kapten, mereka meledek Emma.

Saat itu kedua seniornya berjalan jauh di depan, menyisakan dua orang senior yang berjalan tepat di belakang Emma. Sedangkan Fang dengan ketiga rekan timnya masih berbincang-bincang menyiapkan operasi yang akan dijalankan esok.

"HAHAHAHA, kasihan sekali padahal baru saja diterima langsung mendapat hukuman dari Kapten." ucap pria yang memakai kacamata.

"Yah, ku dengar kamu yang mendapat peringkat satu. Ternyata kemampuannya biasa saja ya ...." sambung rekannya.

Emma berbalik badan dan langsung menjentik kedua mulut pria itu, mereka kesakitan karena jentikkan Emma cukup kuat.

"Anak baru ini kurang ajar!" seru pria itu.

"Siapa suruh mengejekku begitu!" balas Emma.

"Kita harus memberinya pelajaran!"

Kedua pria itu langsung melawan Emma, mereka berkelahi di depan ruang kerja kapten mereka sendiri. Bahkan Emma tak segan-segan menghajar kedua pria itu meski mereka adalah seniornya.

Aksi itu mengundang kegaduhan yang samar-samar terdengar sampai dalam ruang kerja Kaizo.

"Fang, selesaikan keributan itu. Aku tidak ingin siapapun menggangguku." ucap Kaizo menyudahi pembicaraan.

Fang dan ketiga rekannya tertawa saat membuka pintu ruangan. Mereka melihat kedua rekan mereka yang babak belur setelah dihajar junior mereka. Gadis itu mengibaskan surai pendeknya setelah dengan santai menghajar seniornya.

"Astaga! Berdiri kalian!" seru Fang sambil terkekeh kecil.

"Kalian tidak malu kalah dipukul perempuan?" tanya Fang diiringi tawa oleh ketiga rekannya. Kedua pria itu hanya menunduk menyesali perbuatan mereka.

"Sekarang minta maaf padanya."

.•°.•°.•°

Tepat setelah pesawat angkasa Fang meninggalkan markas, Kaizo dibuat bimbang setelah mendapat undangan pesta ulang tahun Kira'na dari Lahap. Kaizo juga baru ingat setelah melihat undangan itu.

Saat ini ia dan Lahap sedang duduk di kantin, menikmati makan siang yang telah disediakan koki markas mereka.

"Hadiah apa yang ingin kamu berikan padanya?" tanya Lahap sambil melirik undangan dari Kira'na.

"Seperti biasa." jawab Kaizo sambil memakan lahap makanannya tanpa sedikitpun mengalihkan pandangannya.

"Sup rumput laut lagi?" tanya Lahap terkejut. Biar ku beri tahu, pertanyaan ini pernah dilontarkan oleh lahap dua tahun akhir-akhir ini, dan jawabannya masih sama, sekarang pun sama saja.

"Sahabatku, kamu itu tampan dan gagah. Tapi soal perempuan, pemikiranmu sudah tertinggal jaman." kesal Lahap.

Kaizo menoleh, tatapan tajam itu ia arahkan pada sahabat ungunya. Ia ingin tahu, "Apa maksud omong kosongmu itu?"

"Maksudku, mungkin sup rumput laut memang makanan kesukaannya. Tapi kamu bisa memberikan hal lain padanya. Baju bagus pun jika terus menerus dipakai juga akan jelek." jelas Lahap.

Kaizo hanya diam lalu melanjutkan kegiatan makannya, yang dikatakan Lahap ada benarnya juga. Sudah lima kali ia memberikan hadiah yang sama pada Kira'na. Jika memang gadis itu sahabat setianya, seharusnya Kaizo tak mendaur ulang hadiahnya.

.•°.•°.•°

Sepanjang hari itu Kaizo dilema oleh perkataan Lahap. Ia memcoba mencari tau di internet tentang hadiah yang cocok untuk perempuan. Ada banyak referensi yang ia temukan. Ada tas, pakaian, boneka, buku, lampu tidur dan masih banyak lagi. Masalahnya, Kaizo tidak paham apa yang disukai Kira'na.

Senja menjelang malam, Kaizo berjalan di taman dekat area lapangan latihan sambil memikirkan hadiah yang cocok untuk Kira'na. Kaizo berharap ia mendapatkan ide setelah berjalan-jalan.

Kaizo sempat berpikir untuk bertanya pada perempuan, tentu saja mereka akan lebih paham. Tapi .... rasanya sangat canggung jika bertanya pada junior di timnya, kalau pun bertanya dengan Yaya dan Ying rasanya tidak enak.

Lahap mungkin berpikir Kaizo sangat aneh. Padahal ia dan Kira'na sudah bersahabat sejak sepuluh tahun yang lalu, mungkin lebih dari sepuluh tahun tapi Kaizo masih tidak tau hal-hal yang disukai sahabatnya. Kaizo baru berpikir bahwa dirinya memang aneh.

Kebetulan saat itu ia melihat Emma yang sedang menyapu di tepi area lapangan latihan yang dikelilingi beberapa pohon rindang. Gadis itu memakai baju hazmat berwarna oren seperti tukang sapu jalan pada umumnya. Biasanya kami menggunakan robot pembersih untuk membersihkan seluruh area markas.

Apa aku tanyakan padanya? Pikir Kaizo.

Setelah bergelut dengan pikirannya, ia putuskan untuk bertanya pada Emma, anak baru yang sudah mendapatkan hukuman setelah tugas pertamanya gagal.

Gadis itu sadar akan kedatangan Sang Kapten, ia berhenti dan memberi hormat padanya. "Pekerjaannya akan segera saya selesaikan, Kapten." ucapnya sigap.

"Yah selesaikan, aku hanya ingin bertanya padamu." kata Kaizo.

"Kapten .... ingin bertanya pada saya?" tanya Emma bingung.

"Tentu."

"Baiklah, apa yang ingin Kapten tanyakan?" Emma menatap Kaizo, menunggu laki-laki itu melontarkan pertanyaan. Sepertinya pria itu sedikit ragu untuk menanyakannya, terlihat dari caranya mengelurkan kata-kata, terlihat berpikir untuk mengulurnya.

"Apa yang disukai wanita?" tanyanya.

"Kapten sedang mendekati wanita?" celetuk Emma yang langsung mendapat tatapan tajam dari Kaizo.

"Kamu cukup menjawab, bukan bertanya!" seru Kaizo, Emma yang terperanjak langsung menunduk.

"Ya— ya wanita seperti apa yang Kapten maksud? Saya tidak bisa memberi saran jika saya tidak tau karakter wanita itu." ujar Emma.

Kaizo tampak berpikir. Kira'na itu wanita dewasa yang memiliki sikap anggun dan elegan, dia memiliki karakter yang tegas karena seorang pemimpin.

"Dia wanita anggun dan elegan." jawab Kaizo.

"Wah itu sulit sekali, wanita seperti itu memiliki selera yang tinggi tapi tidak mencolok." ucap Emma.

"Tapi menurutmu, barang apa yang bagus untuknya?" tanya Kaizo.

"Mungkin perhiasan yang sederhana tapi tetap memiliki kesan mewah, atau mungkin pakaian halus, atau alas kaki yang terlihat elegan? Terserah Kapten, tapi saranku, barang-barang yang mewah dan tak mencolok itu lebih cocok untuknya." jelas Emma.

Kaizo mengangguk-angguk paham, "Kalau begitu, terima kasih atas sarannya Emma. Semoga harimu menyenangkan." ucap Kaizo dan berlalu meninggalkannya.

Gadis itu memutar bola matanya malas lalu kembali melanjutkan aktivitas yang katanya membuat harinya menyenangkan.

"Menyenangkan apanya!" Emma menyapu daun-daun kering itu dengan kesal.

.•°.•°.•°

Hari ini Kaizo mendapat kabar bahwa Fang dan timnya telah tiba di Planet Cambela. Bersamaan dengan itu, Kaizo masih bingung untuk memilih kado yang cocok untuk Kira'na.

Sejujurnya ia sudah memutuskan kado apa yang ingin ia berikan pada Kira'na setelah melihat referensi di internet. Mungkin lebih baik ia membeli perhiasan, selain simbol bagi perempuan, perhiasan juga cukup mahal untuk dijadikan hadiah. Masalahnya, Kaizo tak tahu model seperti apa yang disukai Kira'na.

Padahal sudah malam, tapi Kaizo belum juga membelinya. Ia membutuhkan saran dari seseorang untuk memutuskan model perhiasan seperti apa yang harus ia beli.

"Apa aku harus meminta bantuan pada gadis itu lagi?" gumam Kaizo.

Ia berpikir cukup lama, sejauh ini Kaizo tak begitu akrab dengan perempuan. Bahkan dengan sahabatnya, Kira'na, Kaizo juga terkadang masih kaku. Apalagi dengan Emma, orang yang baru ia kenali.

Kaizo memutuskan untuk menutup laptopnya, Kaizo bergegas memakai jaketnya dan membuka ipad miliknya. Yang ia buka adalah data ruangan yang ada di markasnya.

Setelah melihatnya dengan seksama, ia keluar dari ruangannya dan segera menaiki lif menuju lantai tiga. Setelah menaiki lif, Kaizo berjalan menuju kamar nomor 115 yang di atas pintunya tertulis nama Emma Lee.

Kaizo menekan bel ruangan itu. Sekali tidak ada jawaban, Kaizo kembali menekannya. Dua kali tidak ada jawaban, Kaizo hendak menekan bel untuk yang ketiga kalinya sebelum pintu itu terbuka. Terlihat seorang wanita dengan pakaian berantakan seperti orang bangun tidur pada umumnya. Gadis itu terkejut akan kedatangan Kaizo.

"Ada apa Kapten malam-malam ke kamar saya?"

"Cepat bersiap." ucap Kaizo, ia tak menjawab pertanyaan Emma.

Gadis itu hanya bisa menurut dan meminta waktu sebentar untuk mengganti pakaian.

Singkat cerita, Emma masih setengah mengantuk, bahkan saat kaptennya sedang mengendalikan pesawat, ia malah tertidur. Tapi Kaizo memahaminya karena sekarang memang sudah waktunya istirahat, apa lagi Emma yang habis menjalankan hukuman.

Pesawat angkasa yang dikendarai Kaizo melaju menuju sebuah mall ternama di sebuah planet elit yang sering menjadi langganan Kaizo. Tujuannya sekarang adalah, Kaizo ingin meminta bantuan Emma untuk memilihkan perhiasan yang bagus.

Saat mereka telah sampai, keadaan di planet itu masih siang hari. Kaizo membangunkan Emma yang masih terlelap. Gadis itu seperti terlalu lelah, apa lagi tidur dengan posisi duduk pasti membuat punggungnya sakit.

Emma melihat ada banyak perhiasan di salah satu toko di mall itu, sampai-sampai ia juga ikut bingung harus memilih yang mana.

"Semuanya terlihat indah, Kapten. Saya juga bingung mau memilih yang mana." ujar Emma.

Kaizo menghela nafas kesal, "Aku membawamu kesini juga untuk memilihkan perhiasan yang bagus."

"Kapten tenang saja, selera saya tinggi. Kapten cukup duduk di sana, sementara saya akan memilihkannya untuk Kapten." ucap Emma.

Ada enaknya juga untuk Kaizo, ia memutuskan untuk duduk di bangku yang tak jauh dari Emma. Gadis itu beberapa kali berbicara dengan pegawai toko yang menunjukkan perhiasan-perhiasan yang diinginkan Emma. Hingga satu jam berlalu, Emma memanggil Kaizo.

"Kapten, ini indah bukan?" tanya Emma, Kaizo mengangguk. Ia tidak tahu, baginya semua perhiasan di sini sama indahnya. Emma memilihkan satu kalung dan sepasang anting yang senada. Kalung dan anting itu sangat sederhana namun cukup mewah dilihat.

"Kamu bisa mengambil satu untukmu." ujar Kaizo.

Emma terkejut, ia menoleh pada Sang Kapten untuk memastikan ucapannya barusan. "Ambilah satu sebagai tanda terima kasihku." ulang Kaizo.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top