CHAPTER 3
DISCLAIMER :
Animasi Boboiboy dan semua karakternya adalah milik Monsta Studios.
Seluruh alur cerita ini merupakan imajinasi Author dan tidak berkaitan dengan cerita sebenarnya pada animasi Boboiboy.
WARNING!!!
Original character, out of chatacter, typo dan kesalahan kata dalam ejaan.
Mohon maaf jika ada kesamaan dengan cerita lain.
RECOMENDED SONG :
Victory - Two Steps From Hill
Memory Reboot - Narvent and VØJ
Everything Works Out in the End - Kodaline
Round and Round - Heize
Sumpah dan Cinta Matiku - Nidji
.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°
Sore ini, Kaizo langkahkan kakinya ke taman yang tak jauh dari markas. Laki-laki itu sering mendatangi taman ini. Ada sebuah pohon yang menghadap ke pegunungan salju, pohon itu dikelilingi oleh bunga harum yang wanginya membuat siapapun ingin tidur nyenyak.
Biasanya Kaizo menghabiskan waktu luangnya di sini untuk tidur di bawah pohon sambil memandangi pegunungan yang diselimuti salju. Di seberang tempat ini juga ada danau kecil yang memiliki air jernih. Tempat ini seperti surga baginya.
Ia berjalan ke arah pohon itu, terlihat ada seseorang yang sedang berbaring di bawah pohon itu. Kaizo bergegas mendatanginnya.
Dia adalah Emma Lee, untuk apa dia kemari? Padahal tempat ini sudah diberi tanda agar tidak ada siapa pun yang boleh memasukinya. Tapi wanita ini .... Apa dia tidak baca tanda di dekat markas? Pikir Kaizo, kesal dengannya.
"Bangun!"
"Pergi dari sini!"
Dia terbangun mendengar seruan dingin Kaizo. Wanita itu terduduk sambil menatapnya.
Kaizo bertanya, "Sedang apa kamu di sini?"
Dia tak menjawab, malah bertanya kembali. "Apa saya boleh pinjam tempat ini, Kapten? Sebentar saja ...."
"Tidak! Pergi sana!"
"Kalau begitu, beri saya sedikit tempat, Kapten." ucapannya terdengar memaksa.
Kaizo menghela nafas kesal dan berbaring di sampingnya. Dia hanya duduk dan menyandarkan punggungnya ke pohon. Pohon ini berbunga. Saat angin berhembus, kelopak bunga berwarna merah muda itu akan jatuh, seperti saat ini. Kaizo menyukai conffeti-conffeti alami berbau harum tersebut.
Ia merasakan tubuh Emma yang berganti posisi, Emma terbaring di samping Kaizo. "Kapten, saya ingin minta maaf tentang kejadian kemarin." gadis itu membuka suara.
"Jika kamu bukan perempuan, sudah aku habisi." ujar Kaizo.
"Begitu ya .... Sepertinya saya harus bersyukur pada Tuhan." Emma terkekeh seorang diri, ia sadar Kaizo tak menggubrisnya jadi ia kembali diam.
"Kapten, saya ingin bertanya."
"Ya."
"Apa Kapten pernah berpikir akan sejauh ini? Apa semua ini sudah Kapten cita-citakan sejak kecil? Maksudku, menjadi anggota TAPOPS dan memiliki pasukan sebesar ini." tanyanya.
Pertanyaan itu membuat Kaizo mengerjapkan mata sejenak, ia menoleh pada gadis bersurai hitam itu yang juga sedang menoleh menatapnya, menunggu jawaban yang akan diutarakan oleh Sang Kapten. Mata mereka bertemu, tatapannya seakan menunggu jawaban yang ingin Kaizo katakan.
"Tak pernah terpikirkan."
"Aku merasa, hanya dengan cara ini aku bertahan hidup untuk melindungi Fang."
Iris mata merah Sang Kapten menatap pegunungan di hadapannya yang terlihat dingin menatap mereka. "Hanya Fang tujuan hidupku, aku akan sangat rela mati untuknya."
"Kapten, saya juga menjadikan keluarga saya sebagai tujuan hidup saya. Tapi saya tak akan mati untuk mereka."
Perkataan Emma membuatnya menoleh, ia masih menatap Kaizo. Apakah seorang Emma Lee adalah wanita tangguh yang sakit? Pikir Kaizo.
.•°.•°.•°
Malam ini Kaizo dan Fang akan merencanakan strategi yang tepat untuk misi pengintaian ke Planet Reiss. Fang menjelaskan idenya yang lumayan bagus dan efisien untuk dikerjakkan sedikit orang.
"Tapi kita membutuhkan satu orang lagi." ucap Kaizo, Fang mengangguk bangga, entah apa maksudnya.
"Yaa, makanya aku mengundang Emma Lee untuk menyertai misi ini." ujar Fang.
Emma Lee? Dia percaya pada anggota baru itu? Seperti tidak ada anggota senior lain saja. Aku tak yakin Emma Lee bisa melakukan misi ini, misi ini bagian pertama dari misi yang besar. Jika gagal, maka kedepannya akan lebih rumit. Begitu pikir Kaizo.
"Yang benar saja."
Fang mempersilahkan Emma untuk masuk ke ruang kerja kakaknya. "Selamat datang Emma ...." sapa Fang.
Adik Sang Kapten itu memang suka menggoda orang, kadang Kaizo merasa risih melihatnya seperti itu. Pantas saja sahabatnya langsung jatuh cinta.
"Baiklah, ayo kita mulai dari awal."
"Jadi, kita akan menyamar dengan jasa pembersih ruangan. Bang Kai dan Emma masuk ke ruang presiden dan memasang alat penyadap suara. Ingat ya, pasang di tempat-tempat tersembunyi yang tak terjangkau. Aku akan mengawasi lewat CCTV dan pergerakan di istana presiden dengan drone."
Fang menjelaskan strategi untuk misi ini beserta beberapa anggota senior lainnya yang akan berpartisipasi. Ia menggambarkannya lewat meja hologram agar mereka memiliki gambaran yang jelas.
Mereka akan melakukan penyamaran sebagai jasa Cuci Suci.
Singkat cerita, hari itu tiba. Mereka memakai seragam yang di disediakan oleh Fang. Pesawat mereka juga sudah di modifikasi dengan tulisan 'Cuci Suci' berwarna biru.
pesawat yang dikendarai oleh pilot terbaik Tim Kaizo, terparkir di lapangan. Semua anggota yang bertugas langsung memasukinnya sambil membawa alat pembersih yang berteknologi canggih.
Pesawat itu mulai beroperasi, dengan total sepuluh anggota, sudah termasuk Kaizo dan Fang. Emma satu-satunya anggota perempuan di sini.
Masing-masing anggota menggunakan earpiece untuk berkomunikasi, mereka hanya menggunakan senjata kecil seperti pistol, pisau dan stungun yang kami simpan di tas kecil masing-masing. Alat ini juga sudah kami samarkan agar tidak dapat terdeteksi oleh detector senjata.
Perjalanan menuju Planet Reiss membutuhkan waktu sekitar satu jam dengan kecepatan penuh. Sepanjang perjalanan, tak ada yang mengobrol. Kami hanya membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan misi.
Singkat cerita, Kaizo diliputi rasa aneh. Saat pesawat mereka tiba di stasiun luar angkasa milik Planet Reiss, tempat seluruh pesawat angkasa melakukan registrasi sebelum mendarat di Planet Reiss.
Pengamanan di sini tidak terlalu ketat, bisa dibilang terlalu mudah untuk mereka lalui. Bahkan di Gedung Departemen Kepresidenan yang seharusnya memiliki pengamanan yang sangat ketat malah terbilang sepi untuk sekelas Departemen Presiden. Tapi ya sudahlah, toh, ini akan menguntungkan untuk misi mereka.
Rencana mereka sederhana, seperti yang Fang katakan, hanya memasang alat penyadap suara di setiap ruangan-ruangan penting. Saat ada celah, Kaizo dan Emma langsung masuk ke ruangan presiden, sementara Fang akan menyabotase setiap CCTV yang menampakkan pergerakan timnya.
Emma mengeluarkan alat penyadap suara dari tas kecilnya. Kaizo melihat dengan seksama, dia sangat cekatan dalam memasang alat tersebut di sudut-sudut kecil yang ia pikir tidak akan ada orang yang menduga terdapat alat penyadap di sudut-sudut itu.
Operasi ini berjalan dengan lancar, hampir tidak ada hambatan apapun. Mereka bekerja seperti staff clening service sungguhan.
.•°.•°.•°
Fang dan timnya melaporkan hasil penyelidikan mereka tempo hari pada Sang Kapten. Fang dan seluruh anggota tim yang mengikuti misi tersebut sangat gemetar saat ingin menekan tombol replay pada laptopnya.
Sesuai dugaannya, Kaizo memukul habis benda yang mengeluarkan suara itu, benda itu hancur dalam sekali pukulan. Bagaimana bisa rencana mereka langsung gagal dalam hitungan dua hari paska operasi penyadapan di ruang presiden Bangsa Euro, tepatnya di Gedung Departemen Kepresidenan Bangsa Euro, Planet Reiss.
Suara yang dapat mereka dengar dari alat penyadap itu hanyalah suara babi-babi, mereka seperti baru saja menyadap sebuah kandang babi.
"Bagaimana bisa mereka menyadari keberadaan alat ini! Bahkan mereka bisa mengetahuinya dalam tempo waktu yang singkat!" kesal Kaizo, semuanya hanya berdiri sambil menunduk.
"Kapten." Kaizo menoleh mendapati Emma yang mengangkat tangan kanannya.
"Mungkin lebih baik kita membuat penyelidikan di Planet Cambela, kita bisa mengenali situasi dan kondisi dari Bangsa Airo." ucap Emma.
Mendengar saran gadis itu, kepala Kaizo yang tadinya panas mulai mendingin. Apa yang dikatakan Emma bisa dicoba, mungkin rencana itu juga bisa dilakukan pada Planet Reiss, tapi mungkin saat ini lebih baik mereka mencari informasi di Planet Cambela.
"Yang dikatakan Emma ada benarnya Kapten, mungkin Bangsa Airo akan lebih terbuka pada kita dari pada Bangsa Euro. Rekan kita yang bertugas juga akan lebih merasa aman karena berada di lingkungan Bangsa Airo." Sambung Fang.
"Baiklah. Tapi aku tidak akan memintamu untuk ikut di operasi ini." ucap Kaizo sambil menatap Emma.
"Misi sebelumnya gagal karena kamu yang meletakkan alat penyadap itu di tempat yang mudah dikenali musuh." ucap Kaizo, masih dengan rasa marahnya.
"Fang, kamu bisa berangkat dengan tiga anggotamu ke Planet Cambela besok. Jika ada informasi terbaru, kamu bisa langsung menghubungiku lewat jam kekuatanmu." sambung Kaizo.
Pertemuan kecil itu diakhiri dengan rencana operasi penyelidikan di Planet Cambela yang akan di laksanakan lusa, Fang dan tiga rekan timnya akan berangkat besok pagi.
"Emma, sebagai hukuman atas kegagalanmu di misi ini, kamu harus membersihkan lapangan arena latihan setiap sore selama seminggu!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top