CHAPTER 22

DISCLAIMER :
Animasi Boboiboy dan semua karakterDISCLAIMERnya adalah milik Monsta Studios.
Seluruh alur cerita ini merupakan imajinasi Author dan tidak berkaitan dengan cerita sebenarnya pada animasi Boboiboy.

WARNING!!!
Original character, out of chatacter, typo dan kesalahan kata dalam ejaan.
Mohon maaf jika ada kesamaan dengan cerita lain.

RECOMENDED SONG :
Victory - Two Steps From Hill
Memory Reboot - Narvent and VØJ
Everything Works Out in the End - Kodaline
Round and Round - Heize
Sumpah dan Cinta Matiku - Nidji

.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°

Derap langkah cepat masuk ke dalam mobil dengan gesit menutup pintunya. Kendaraan beroda empat itu bergerak keluar dari halaman sebuah rumah.

Wanita yang memakai seragam tentara bercorak loreng itu membuka ponselnya. Ia mengirimkan sebuah pesan pada seseorang. Tak lama pesan itu langsung dibalas.

'Semuanya aman terkendali selagi kamu menambahkan bonusnya'. Shiloh membacanya dalam hati, ia tak lagi membalas pesan itu.

Perjalanan menuju Markas Militer Angkatan Udara terasa singkat, Shiloh memakai baretnya dan segera memasuki markas menuju ruang rapat, tempat mereka melakukan briefing pagi ini.

Kolonel Gutta yang akan menjadi kapten di drone, ia yang bertanggung jawab atas pasukan drone dalam pengawalan Kaizo.

Kolonel Gutta menjelaskan tugas dari masing-masing anggota, kebetulan Shiloh bertugas mengawasi mobil dinas militer yang membawa Kaizo. Itu akan memudahkan Shiloh untuk mengeluarkan Kaizo.

Singkat cerita, semua anggota masuk ke dalam drone. Benda raksasa itu langsung lepas landas usai mendapat laporan bahwa mobil dinas militer yang membawa Kaizo hendak berangkat.

Sesuai prediksi Shiloh, rute yang mereka ambil adalah rute yang cukup jarang dilewati orang. Rute itu melewati pinggir kota, guna untuk meminimalisir kecelakaan.

Kaizo yang ada di dalam mobil merasa bingung dengan keadaan ini, ia menatap ke jendela luar sambil berpikir nasibnya setelah ini. Kenapa juga dia dipindahkan ke Markas Besar Militer, dia merasa dirinya seperti monster yang harus di amankan.

Kaizo berdecih ketika mengingat tawaran Shiloh. Mungkin saja wanita itu sama sekali tidak membantunya sekarang, tawaran kala itu hanya omong kosong belaka.

Saat Kaizo sedang marah-marah dalam hati, mobil yang ia naiki mengerem mendadak. Suara ledakan terdengar sangat kuat. Seketika semua orang merasa sangat panik. Ledakan terjadi di dua titik, di mobil dinas yang mengawal di depan dan belakang. Kaizo khawatir mobil ini akan meledak juga. Apa ini bagian rencana Alberto? Ah sepertinya tidak mungkin. Batin Kaizo.

Sedangakan keadaan di drone sedang kacau. Mereka melihat mobil dinas yang mengawal Kaizo seketika meledak, mereka melihatnya dari layar monitor yang di ambil alih oleh Shiloh.

Diam-diam Shiloh memasukkan USB kecil yang membuat monitornya terjangkit virus. Shiloh langsung melepas kembali USB tersebut setelah monitornya mulai tidak terkondisikan sehingga mereka kehilangam sinyal dan gambar.

Kembali lagi di bawah, mobil dinas militer yang berada di tengah-tengah ledakan itu hendak melaju melewati mobil di depannya yang sedang terbakar. Namun sialnya dua ban samping kanan mereka meletus, hal itu diakibatkan tembakan misterius yang tidak mereka ketahui sumbernya.

Semua orang mulai bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi. Mereka melihat, ada sebuah mobil elf hitam yang terparkir tak jauh dari lokasi mereka. Mobil itu tiba-tiba mendekat, empat orang berpakaian serba hitam dan memakai topi serta masker keluar dari mobil itu.

Kedua tentara yang ada di dalam mobil dinas, membuka sedikit kaca jendela mereka lalu menodongkan pistol ke arah kelompok misterius itu. Kaizo dibuat bingung, sebenarnya mereka itu ingin menyelamatkannya atau sekedar ingin merampok. Tapi sepertinya tidak mungkin, seharusnya mereka berpikir seribu kali untuk merampok mobil dinas militer.

Kaizo paham, mereka pasti bukan kelompok sembarangan.

Laki-laki itu menendang pistol yang berada di tangan tentara tersebut hingga jatuh. Dengan sigap, Kaizo melawan mereka. Pintu mobil ini dirancang sangat kokoh sehingga mereka kesulitan membuka pintu yang terkunci.

Singkat cerita, Kaizo berhasil melumpuhkan ketiga tentara yang berada di mobilnya. Laki-laki itu membuka pintu mobilnya yang langsung disambut oleh empat orang tersebut.

"Kami diutus untuk menjemputmu." ucap salah seorang pria, Kaizo mengangguk. Mereka berlari menuju mobil elf yang tak jauh dari tempat mereka berpijak.

Monitor itu sempat memperlihatkan hasil deteksi pada lokasi terakhir mobil yang dinaiki Kaizo, terlihat ada satu mobil elf yang meninggalkan lokasi itu. Setelahnya, monitor kembali tidak berfungsi. Mereka kehilangan Kaizo.

Alberto yang mendengar kabar penculikan Kaizo, amat sangat marah. Bagaimana bisa, mereka dapat dengan mudah mengelabuhinya. Mereka memeriksa seluruh CCTV di sekitar lokasi, namun CCTV di sana tidak ada yang berfungsi dengan baik. Semuanya rusak, seperti ada orang yang sengaja merusaknya untuk menghilangkan jejak.

.•°.•°.•°

Di satu sisi, Kaizo yang berada di dalam mobil elf tadi hanya diam mendengarkan celotehan orang-orang yang ada di dalamnya. Mereka senangnya bukan main saat mengalahkan para tentara militer. Bukan karena ini pertama kalinya bagi mereka, namun mereka merasa puas hati karena dulu sempat tidak lolos seleksi akademi militer.

"Nona Shiloh memang benar-benar yang terbaik." ucap salah seorang pria.

Kaizo mengerutkan dahinya. Jadi mereka adalah orang-oramg suruhan Shiloh?

"Apa kalian anak buah Shiloh?" tanya Kaizo yang duduk di bangku nomor dua.

Satu-satunya wanita diantara mereka yang duduk di bangku depan menoleh ke belakang sambil membuka kacamatanya. "Excuse me? Yang benar saja, Shiloh yang menyewa kami untuk menculikmu." ucap wanita berlipstick merah itu.

Dia benar-benar melakukan itu? Batin Kaizo. Ia rasa, ia harus mempercayai Shiloh.

Wanita tadi melemparkan sebuah tas hitam pada Kaizo. "Gantilah pakaianmu. Di tas itu ada ponsel, senjata dan alat bantu lainnya yang mungkin akan bermanfaat untukmu. Shiloh juga menulis beberapaa pesan di ponsel itu, tapi aku tidak tahu apa isinya." ucap wanita itu.

"Sebenarnya, siapa kamu?" tanya Kaizo.

"Aku Layla Rodrigo, teman dekat Shiloh saat SMA." jawabnya singkat.

"Cepatlah berganti pakaian, kami akan mengantarmu ke Negara Cullen."

Kaizo mengangguk, ia mengganti pakaiannya di mobil elf bagian belakang. Entah bagaimana caranya, mereka mengenal penjaga perbatasan Euro dan Cullen. Mobil ini bergerak menelusuri kota, hingga sampailah di depan rumah bergaya klasik.

Kaizo diturunkan di depan rumah itu. Layla berpesan, "Aku hanya diminta untuk mengantarmu sampai alamat ini. Aku tidak tahu ini rumah siapa. Tapi ku rasa, pemilik rumah ini dekat dengan Shiloh." ucap Layla sambil memandang rumah itu.

Layla menatap Kaizo, "Shiloh berpesan, jika pemilik rumah itu bertanya rubah atau harimau, jawablah harimau."

Kaizo mengangguk, "Terima kasih atas tumpangannya."

"Ya, semoga kamu baik-baik saja." itu ucapan kalimat terakhir sebelum Layla dan kelompoknya pergi meninggalkan Kaizo.

Kaizo menekan bel rumah tersebut. Tak lama setelahnya, terdengar suara dari bel tersebut. Kaizo melihat terpasang kamera di atas bel rumah itu.

"Rubah atau harimau?" tanya sang pemilik rumah, Kaizo mengetahui bahwa pemilik rumah itu adalah seorang wanita.

"Harimau." jawab Kaizo. Pintu itu terbuka, menampakkan seorang wanita yang langsung menyuruhnya masuk.

Saat Kaizo menginjakkan kakinya di dalam rumah itu, ia terpesona dengan gaya ruangannya yang klasik namun tetap molek di mata.

"Duduklah, kamu ingin teh atau kopi?" tanya wanita itu.

"Teh." singkat Kaizo.

Tak lama, wanita itu membawa segelas teh hangat ke hadapannya. Wanita itu juga membawa secarik kertas yang Kaizo tidak tahu isinya apa.

"Namamu Kaizo, anggota Senior TAPOPS? Kamu berasal dari Planet Gogobugi?" tanyanya, Kaizo mengangguk.

"Oh baiklah, aku hanya memastikan identitasmu." ucap wanita itu.

"Lalu, siapa yang membawamu kemari?" tanyanya lagi.

"Shiloh Moonstone? Orang-orang tadi mengatakan bahwa mereka disewa oleh Shiloh untuk membawaku kemari." jelas Kaizo.

Wanita itu mengangguk, "Ya, kamu memang benar orang yang dibicarakan Shiloh semalam." ujarnya. Kaizo mengerutkan dahinya, "Semalam?"

"Anak itu langsung menghubungiku tengah malam. Dia panik saat mendengar pria bernama Kaizo akan dieksekusi. Oleh sebab itu, dia menitipkanmu ke sini." jelas wanita itu.

"Ngomong-ngomong, namaku Elina Georgie, Kamu bisa memanggilku Bibi Elina." wanita itu berkata lagi.

"Apa hubunganmu dengan Shiloh? Kenapa aku dilarikan ke Cullen?" Kaizo bertanya-tanya lagi.

"Dulu, aku adalah asisten pribadi ibu Shiloh."

"Ku dengar TAPOPS pro pada bangsa Airo. Kalian satu misi dengan bangsa Cullen, tapi kami masih diam-diam."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top