CHAPTER 16
DISCLAIMER :
Animasi Boboiboy dan semua karakternya adalah milik Monsta Studios.
Seluruh alur cerita ini merupakan imajinasi Author dan tidak berkaitan dengan cerita sebenarnya pada animasi Boboiboy.
WARNING!!!
Original character, out of chatacter, typo dan kesalahan kata dalam ejaan.
Mohon maaf jika ada kesamaan dengan cerita lain.
RECOMENDED SONG :
Victory - Two Steps From Hill
Memory Reboot - Narvent and VØJ
Everything Works Out in the End - Kodaline
Round and Round - Heize
Sumpah dan Cinta Matiku - Nidji
.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°
Malam ini, Kaizo belum bisa kembali ke markas atau kemana pun. Ia masih tak bisa menerima kenyataan masa lalu mendiang ayahnya.
Kaizo dan Emma mengunjungi sebuah restoran seafood yang tak jauh dari pantai. Kaizo memesan beberapa menu andalan restoran itu.
"Minumannya apa, Tuan?" tanya pelayan yang sedang mencatat pesanan mereka.
"Minuman apa yang sering dipesan di sini?" tanya Kaizo.
"Wine dan soju." jawab pelayan itu. Kaizo tampak terdiam sebentar, Emma pikir Kaizo akan memesan minuman lain. Karena setahunya Letnan Lahap pernah berkata bahwa Kapten Kaizo belum pernah minum alkohol dan mungkin tidak akan pernah, Kaizo itu tipe orang yang suka hidup sehat.
"Saya pesan soju satu botol." ujar Kaizo, Emma membelalakkan mata. "Kamu ingin juga?"
Emma menggeleng dengan cepat, "Saya sebotol susu saja."
Malam itu, baru pertama kalinya Kaizo meminum alkohol. Bukannya Emma tidak suka minum alkohol, tapi kalau mereka berdua sama-sama mabuk, Emma takut hal buruk bisa terjadi. Contohnya, mungkin ada orang yg memanfaatkan keadaan mereka dan mencuri barang-barang berharga mereka.
"Kamu tahu Emma?"
Emma menoleh pada Kaizo yang pipinya sudah memerah, ia rasa Kaizo sudah mabuk berat. "Aku sangat kecewa pada ayahku. Kenapa dia bersekutu dengan bangsa kejam seperti Euro."
Emma yang tadinya ingin meminum, ia urungkan niatnya dan meletakkan kembali gelas minumnya.
"Ayahku adalah panutan yang hebat, tapi sekarang dia benar-benar mengecewakanku." ujar Kaizo lalu melahap makanannya.
"Padahal ku pikir Ayah bukan orang yang seperti itu." sambung Kaizo.
"Apa kamu juga orang yang seperti itu?" Kaizo mendongakan wajahnya menatap Emma yang terdiam.
"Ah, ku rasa kamu bukan orang yang begitu." ucapan Kaizo membuat Emma menunduk, seketika ia dilanda rasa tak enak hati.
"Tapi jujur saja, aku merasa nyaman saat bersamamu." sambung Kaizo, Emma menoleh, ia ingin tahu lebih banyak pendapat Kaizo tentang dirinya. Katanya orang mabuk itu selalu berkata jujur.
"Kenapa Kapten bisa merasa nyaman?" tanya Emma.
Kaizo mendekatkan tubuhnya pada Emma, ia berbisik di telinga gadis itu. "Pelukanmu terasa lebih hangat." nafas hangatnya sangat terasa jelas di telinga sampai leher Emma.
Setelah membisikan kalimat itu, Kaizo sedikit menjauhkan wajahnya dan menatap wajah Emma. Tangan kekarnya terulur menyelipkan rambut hitam Emma ke belakang telinga.
Emma merasa jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Tatapan Kaizo yang terlihat hangat membuatnya susah menelan saliva. Kaizo yang biasanya menatapnya datar, sekarang berbanding terbalik menatapnya hangat.
Kaizo menarik tengkuk Emma dan mendekatkan wajahnya. Emma semakin dibuat ketar ketir saat bibir mereka hampir bersentuhan.
Tiba-tiba ponsel Emma berbunyi, Kaizo menghela nafas kesal. Panggilan mendesak itu benar-benar mengganggunya. Laki-laki itu menjauhkan tubuhnya. Emma beranjak dengan langkah gugup, situasi ini benar-benar tidak mengenakkan.
Panggilan itu dari Niccolo Jason.
"Kamu dimana?" tanyanya dari seberang sana.
"Di Planet Bumi, Komandan." jawab Emma dengan wajah datar.
"Cepatlah kembali, Tuan Moonstone menunggu kedatanganmu." ucap Niccolo.
"Kedatangan saya?" Emma menoleh ke belakang, melihat Kaizo yang sudah meletakkan kepalanya di atas meja karena mabuk berat.
"Ya. Setelah tugas ini selesai, kamu bisa melanjutkan pendidikan militermu, Shiloh." ucap Niccolo.
"Saya sudah tidak tertarik melanjutkan pendidikan militer setelah Ibu meninggal." balas Emma.
"Sejujurnya, saya ingin hidup normal seperti orang lain, tinggal di kota tanpa terlibat masalah politik dan militer." sambungnya, Niccolo mengangguk di seberang sana.
"Apa pun keputusanmu, aku akan tetap mendukungmu, Shiloh." ujar Niccolo.
"Terima kasih Marsma, saya akan kembali secepatnya." ucap Emma.
Gadis itu menutup panggilan, ia kembali ke sisi Kaizo dan melihat laki-laki itu sudah benar-benar mabuk. Emma memutuskan untuk membawa kembali kaptennya ke villa setelah membayar pesanan.
Emma menghela nafas sebelum menarik lengan tangan Kaizo dan menompangnya di atas bahu. Tubuh Kaizo terasa lebih hangat dari biasanya, apa karena ia tak pernah meminum alkohol jadi tubuhnya sedang berusaha beradaptasi.
Emma menompang badan Kaizo ke villa dan menidurkannya di ranjang kamar. Saat ia ingin berbalik, Kaizo menarik tangannya.
Emma menoleh.
"Peluk aku sebentar saja." ucapnya dengan suara lirih dengan mata terpejam.
Emma melepas tangan Kaizo dengan perlahan, ia meninggalkan laki-laki itu di kamar. Emma pergi ke ruang tengah dan memutuskan untuk tidur di sofa ruang itu.
.•°.•°.•°
Kaizo terbangun saat mencium bau sup, ia berjalan dengan langkah gontai ke arah dapur. Di sana ada Emma yang sedang memasak sambil melihat resep di internet.
Emma menoleh ke belakang, "Duduklah, Kapten." ucap Emma saat melihat Kaizo hanya berdiri di ambang pintu sambil menyangga badannya ke tembok dengan tangan.
Kaizo berjalan ke meja makan, dibarengi Emma mengambilkan semangkuk sup dan nasi.
Emma duduk di depan Kaizo sambil melihat laki-laki itu yang makan dengan lahap, "Apa masakanku enak?" tanya Emma.
Kaizo mengangguk-angguk kecil, "Terlalu asin." jawabnya singkat.
"Apa suhu tubuh Kapten sudah menurun?" Emma menyentuh dahi Kaizo dengan penggung tangannya, dengan cepat Kaizo menepis tangannya lalu menatapnya datar.
Ah, rupanya dia sudah kembali normal. Batin Emma.
Kaizo memegang dahinya yang terasa hangat, kepalanya masih pusing karena meminum sebotol soju tadi malam. Kaizo tak terlalu ingat apa yang terjadi, tapi ia berusaha mengingatnya kembali.
Saat ia melihat Emma lagi, Kaizo ingat apa yang terjadi tadi malam. Ia membelalakkan matanya, Kaizo ingat saat ia menarik tengkuk Emma dan ingin mencium bibirnya. Semua itu di luar kendali kesadarannya.
Kaizo berjanji tidak akan minum alkohol lagi saat bersama wanita.
"Hari ini kita akan melanjutkan perjalanan." ucap Emma sambil memakan supnya.
"Kemana?" tanya Kaizo kaku.
"Menyelesaikan misi kita, di Planet Reiss." jawab Emma.
Kaizo mengerutkan dahinya, ia merasa janggal. Emma yang kemarin melarangnya untuk tak melanjutkan misi ini, tiba-tiba sekarang bersikukuh menyelesaikan misi ini.
.•°.•°.•°
Amato mengatakan pada Fang bahwa ia melihat sinyal pesawat angkasa milik Kaizo yang mendarat di Hong Kong. Jadi, laki-laki itu bergegas menuju ke Bumi.
Bersamaan dengannya, Emma dan Kaizo sudah berangkat hendak meninggalkan Bumi.
Kaizo melihat pesawat angkasa adiknya menghadang, ia merasa sesuatu telah terjadi sehingga Fang sampai menyusulnya. Kaizo mengaktifkan jam kuasanya.
Saat itu panggilan dari adiknya masuk, "Kapten! Emma Lee adalah mata-mata militer Euro!"
Emma langsung menembak jam kuasa Kaizo hingga jam itu rusak. Kaizo merintih sakit, tangannya ikut terluka akibat tembakan dari pistol Emma.
"Berani-beraninya kamu!"
Kaizo berkelahi dengan Emma di ruang kemudi. Singkat cerita, Emma berhasil melumpuhkan Kaizo. Ia menembak kaku Kaizo hingga laki-laki itu merintih kesakitan. Kaizo pingsan sesaat setelah Emma menyuntikkan bius.
Sementara pesawat angkasa Fang terus mengejarnya, pesawat angkasa Kaizo di desain memiliki mode halimunan yang dapat mengecoh lawan. Emma memanfaatkan kelebihan pesawat Kaizo sehingga ia bisa pindah jalur untuk menghindari pesawat angkasa Fang.
"Wanita sialan!" Fang membanting setir setelah pesawat kakaknya tiba-tiba menghilang.
"Kira-kira kemana perginya?" gumam Fang yang masih bisa didengar semua temannya.
"Mungkin dia akan kembali ke Planet Reiss." ucap Boboiboy.
"Kita harus menyusul, sebelum Shiloh melakukan hal buruk pada Kapten!" seru Fang hendak menancapkan gas.
Ying mencegahnya, "Itu akan berbahaya. Bisa saja kita semua tidak akan selamat!"
"Tapi kita punya kekuatan! Pasti kita bisa menang melawan Bangsa Euro!" sahut Gopal.
"Mungkin kita akan menang, tapi tidak semudah saat kita melawan Reta'ka. Mereka itu kesatuan yang kuat dan memiliki banyak sekutu." balas Yaya.
"Yaya benar, kita tetap membutuhkan sebuah pasukan untuk mengalahkan mereka. Sebaiknya kita kembali ke markas TAPOPS." sambung Boboiboy, semua mengangguk setuju.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top