CHAPTER 15
DISCLAIMER :
Animasi Boboiboy dan semua karakternya adalah milik Monsta Studios.
Seluruh alur cerita ini merupakan imajinasi Author dan tidak berkaitan dengan cerita sebenarnya pada animasi Boboiboy.
WARNING!!!
Original character, out of chatacter, typo dan kesalahan kata dalam ejaan.
Mohon maaf jika ada kesamaan dengan cerita lain.
RECOMENDED SONG :
Victory - Two Steps From Hill
Memory Reboot - Narvent and VØJ
Everything Works Out in the End - Kodaline
Round and Round - Heize
Sumpah dan Cinta Matiku - Nidji
.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°
Keadaan di stasiun TAPOPS benar-benar sedang kacau, semua orang sibuk mengamankan barang-barang berharga TAPOPS seperti powers sphera dan penemuan lainnya.
Semua berawal dari Tim Boboiboy yang menemukan jaringan komunikasi yang berbeda pada alat komunikasi milik salah seorang anggota Tim Boboiboy. Boboiboy dan teman-temannya meneliti bahwa komunikasi tersebut tertuju pada Planet Reiss. Boboiboy mencurigai bahwa anggota timnya tersebut adalah seorang mata-mata bangsa Euro.
Tim Boboiboy memberi tahu Tim S&S yang juga menemukan jaringan serupa. Dua orang di Tim Boboiboy dan dua orang di Tim S&S ditangkap sebagai penyusup dan mata-mata dari Planet Reiss.
Setelah ditelusuri, ternyata benar. Mereka adalah mata-mata dari pasukan militer Euro. TAPOPS memberi tahu Pasukan Tempur A dan Tim Kaizo.
Alan menerima sinyal dari gelangnya yang menyala, ia menekan tombol kecil yang bentuknya seperti choco chip digelang itu, sesaat sebelum kamarnya didobrak paksa oleh Fang dan timnya.
Laki-laki berkacamata itu mengangkat tangannya ketika Fang dan timnya menodongkan pistol ke arahnya.
Dua orang tim Fang menangkap Alan Ho, dan dua lainnya memeriksa peralatan Alan. Alan dibawa ke ruang introgasi.
"Siapa rekanmu?!" Fang sudah bertanya berkali-kali, namun laki-laki itu tertawa dan berkata tidak tahu.
Fang memukul wajah Alan yang sudah babak belur dipukulnya beberapa kali ketika Alan menjawab pertanyaannya dengan jawaban ngawur.
"Berani-beraninya kamu datang dan mengotori seragam kami!" Fang kembali memukul Alan.
"Jawab aku atau kamu akan mati!" seru Fang sambil mencengkeram kerah baju Alan.
Seseorang membuka pintu ruangan itu dengan tergesa-gesa, ia membawa sebuah laptop yang jelas sekali bukan milik Tim Kaizo.
Layar laptop itu memperlihatkan sebuah kolom pesan yang berisi laporan tentang rencana mereka yang ingin memasang alat penyadap di Ruang Kepresidenan bangsa Euro di Planet Reiss. Laporan itu diakhiri dengan tanda pelapor, Shiloh Moonstone.
Shiloh Moonstone? seingat Fang, tak ada anggota Tim Kaizo yang bernama Shiloh Moonstone. Tapi, Fang sedikit tak asing dengan marga Moonstone.
"Dimana kamu menemukan laptop ini?" tanya Fang pada Sevo, orang yang membawa laptop ini pada Fang.
"Di kamar Emma Lee."
Jadi selama ini aku memberi ruang pada mata-mata sialan itu? Dan sekarang kakakku dalam bahaya. Batin Fang.
Fang menghubungi Tuan Theodoor, beruntungnya John Theodoor menerima panggilannya. Tuan Theodoor bilang Kaizo telah pergi ke Planet Gogobugi bersama Emma. Fang langsung menghubungi pamannya, sayang sekali kakaknya baru saja pergi.
"Kemana Abang pergi?" tanya Fang. Dari nada suaranya, Fang tak bisa berbohong bahwa dia sangat hawatir pada kakaknya.
"Paman tidak tahu, Fang. Kai tidak mengatakan apa pun saat hendak pergi." jawab Paman.
Fang ingat, ia meletakkan sebuah GPS di pesawat angkasa Kaizo. Ia melacak keberadaan pesawat itu namun sayangnya pesawat yang dikendarai Kaizo dan Emma tidak terdeteksi, terakhir mereka mengunjungi sebuah pencucian pesawat angkasa. Kemungkinan GPS Fang jatuh di tempat itu.
Sementara Kaizo dan Emma sedang berada di sebuah planet yaitu Planet Bumi. Emma memutuskan mengajak Kaizo untuk menjernihkan pikirannya dengan berlibur di Disneyland Resort, di Hong Kong.
Mereka mengubah pakaian mereka seperti penduduk Bumi pada umumnya. Kaizo dan Emma menikmati liburan mereka dengan menaiki beberapa wahana.
Kaizo merasa lebih baik saat menghabiskan waktu bersama Emma. Setelah bermain di Disneyland, Emma dan Kaizo mencari angin ke pantai di sore hari dengan menaiki mobil tanpa atap. Emma yang mengendarainnya.
Sudah lama rasanya Kaizo tak berlibur seperti ini. Tanpa ia sadari, Kaizo tersenyum saat melihat Emma yang juga tersenyum senang saat angin menerpanya. Mereka memakai kacamata hitam untuk melindungi mata mereka dari terpaan debu dan angin.
Di pantai, Emma dan Kaizo juga bermain sampai malam. Entah bagaimana mereka berdua bisa seakrab itu, Kaizo yang tadinya tidak mau diajak foto oleh siapa pun, dengan kaku ia mau mengambil gambar dengan Emma, meski awalnya Emma memaksa.
"Ayolah Kapten, sekali lagi." ujar Emma.
"Tidak mau!" seru Kaizo.
"Sekali .... saja lagi." Emma memohon-mohon padanya.
"Baiklah, hanya sekali saja ya." dengan ketus Kaizo berpose kaku di sebelah Emma.
"Kali ini harus senyum!"
Kaizo menghela nafas kesal, beberapa saat kemudian ia tersenyum yang membuat Emma terkekeh sambil mengangguk-angguk. Mereka mengambil foto sekali, foto selfi itu adalah foto terbaik dari semua foto Kaizo. Dimana seorang Kaizo tersenyum dengan ceria, meski awalnya dipaksa.
Kaizo menyewa sebuah vila minimalis yang tersisa di pantai itu, sayangnya hanya ada satu kasur saja.
"Saya akan tidur di sofa, Kapten tidur di ranjang saja." ucap Emma.
Kaizo tampak berpikir sejenak, padahal ranjang itu cukup luas untuk dua orang, tapi Emma tidak menawarkan diri tidur di sampingnya lagi.
"Yasudah kalau itu maumu." ucap kaizo.
Hujan turun deras malam itu. Kaizo terjaga di ranjangnya sambil menatap Emma yang tidur di sofa. Gadis itu berkali-kali berganti posisi karena merasa kedinginan.
Sampai tengah malam, Emma tak menawarkan diri untuk tidur di ranjang Kaizo yang luas. Padahal sebelum tidur, Kaizo memperbolehkan Emma tidur di sampingnya. Kaizo sudah meletakkan bantal besar di tengah-tengah ranjang agar Emma tidak berguling ke arahnya, tapi gadis itu tetap tidak mau.
Kaizo beranjak dari ranjangnya, ia mendekati Emma yang sedang menggigil. Tangan Kaizo terulur menyentuh wajah Emma yang terasa dingin. Dengan mata terpejam, Emma menarik tangan hangat Kaizo agar tetap menempel di pipinya.
Kaizo kaget, ia mematung sebentar. Jika Kaizo membiarkan Emma terus-terusan di sini, bisa saja Emma sakit. Mau tak mau Kaizo mengangkat tubuh bongsor Emma ke ranjangnya. Ia menyelimuti tubuh Emma dengan selimut yang sama dengannya.
.•°.•°.•°
Esok harinya, Emma terbangun. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali lalu mendudukkan badannya. Emma baru tersadar, semalam ia tidur di kasur bukan di sofa.
Emma menoleh ke arah sofa, ia melihat Kaizo sedang duduk sambil membaca buku.
"Apa semalam Kapten tidur di sofa?" tanya Emma.
"Tidak, aku tidur disana." Kaizo menunjuk ranjangnya dengan sorot mata.
"Apa saya memeluk Kapten lagi?" tanya Emma dengan nada takut.
"Tidak akan aku biarkan itu terjadi lagi." ujar Kaizo lalu kembali membaca buku. Emma melirik ke sampingnya, ada bantal besar di tengah-tengah ranjang. Emma menghela nafas lega.
"Sekarang masakkan makanan untukku." perintah Kaizo.
"Ba-baik kapten." jawab Emma terbata-bata. Ia segera menuju ke dapur.
Beberapa saat kemudian, saat Kaizo sedang merasa aman damai mendengarkan suara ombak sambil membaca buku, ia mendengar suara ledakkan di dapur.
Kaizo buru-buru meletakkan bukunya di sofa dan bergegas ke dapur. Terlihat Emma yang sedang berdiri dipojok ruangan, kompor menyala dan teflon di atasnya berisi telur yang meledak.
Kaizo mematikan kompor listrik itu. Bisa-bisanya Emma menggoreng telur dengan minyak banyak.
"Apa kamu tidak tahu caranya memasak?!" kesal Kaizo, dapur ini diberantaki oleh Emma.
Emma menunduk sambil menggeleng. Kaizo menghela nafas sambil memijat dahinya. "Sebaiknya kamu duduk di ruang tengah." ucap Kaizo.
Berkat Kaizo, hari itu Emma bisa makan enak. Masakan Kaizo sangat lezat, jauh berbeda dengan telurnya yang meledak.
.•°.•°.•°
Mata-mata dari militer Euro berjumlah delapan orang yang masing-masing masuk ke empat pasukan TAPOPS. Ketujuh orang itu langsung dibawa ke stasiun TAPOPS untuk diintrogasi.
Masing-masing dari mereka memalsukan nama, nama asli Alan adalah Joshua Jason. Fang menduga bahwa Shiloh Moonstone yang merupakan rekan Alan Ho adalah nama asli dari Emma Lee.
"Moonstone? Apa dia berasal dari keluarga Elizabeth Moonstone?" tanya Boboiboy, ia teringat saat ia dan Yaya menemani Emma untuk menghadap Elizabeth Moonstone saat hendak membebaskan Fang.
Fang dan timnya sudah berkali-kali menghubungi Emma lewat alat komunikasi para mata-mata dari militer Euro, tapi tidak bisa.
"Mana bisa kamu menghubunginnya, dia sudah lebih dulu tahu." ucap Alan, atau kita sebut saja dia Joshua yang tersenyum meremehkan.
"Akan ku bunuh kamu!" seru Fang, ia hendak berlari untuk memukul Joshua, tapi Boboiboy dan Gopal mencegah dan menenangkannya.
"Ternyata kalian mudah sekali ditipu." ujar Joshua.
"Diam kamu, bajingan gila!" amarah Fang semakin meluap.
"Beri tahu kami, apa tujuan lain kalian kesini! Apa kalian ingin mencuri power sphera?!" Seru Laksamana Tarung.
"Untuk apa? bukankah lebih baik aku mengambil jam kekuatan kalian untuk menguatkan armada?" balas Joshua, ia terkekeh kecil.
"Akan ku bunuh kalian." ujar Laksamana Tarung.
"Silahkan saja, Kakakku akan memusnahkan tempat ini jika kalian membunuh kami." ucap Joshua lalu tersenyum miring.
Sementara kabar penangkapan mata-mata militer Euro di stasiun TAPOPS telah sampai di telinga petinggi-petinggi bangsa Euro.
"Untungnya Kapten Kaizo, salah satu aset berharga TAPOPS sudah berada di tangan kita." ucap seorang Marsma dalam rapat petinggi bangsa Euro.
Rapat itu langsung diadakan setelah berita penangkapan mata-mata militer Euro di stasiun TAPOPS terdengar di telinga Komandan Militer Angkatan Udara bangsa Euro yang bertugas di misi konflik bangsa Euro dan Airo, yaitu Marsekal Pertama Niccolo Jason.
"TAPOPS pasti tak akan segan-segan membunuh mereka." ucap lirih pria paruh baya yang duduk di meja paling depan, menghadap ke semua orang.
"Beruntung putri anda sudah melarikan diri." ujar Jenderal Besar Militer purna sekaligus Mentri Pertahanan, Hitter Jason.
"Itulah dia, putriku." ucap pria paruh baya itu.
"Yang pandai menjadi alat untuk mengelabuhi pemegang kekuatan energi." sambungnya.
"Jika TAPOPS membunuh mata-mata kita, apa kita harus menyerang mereka, Tuan?" sahut Marsma Niccolo.
"Tidak usah, mereka tidak berarti untuk kita." jawab pria itu.
Menhan Hitter Jason meremas lututnya setelah mendengar jawaban Sang Presiden. Bagaimana pun juga di sana ada putra bungsunya, Joshua Jason.
"Apa Tuan yakin mereka tidak akan membocorkan misi kita? TAPOPS hanya mengetahui tujuan kita memata-matai mereka untuk melihat tindak tanduk TAPOPS dalam misinya membantu bangsa Airo." ucap Marsma Niccolo.
"Aku yakin mereka mengharapkan kita melakukan penyerangan pada TAPOPS, oleh sebab itu mereka tidak akan membocorkan misi kita." jawab Presiden.
Rapat itu selesai, semua orang keluar dari ruangan yang diawali oleh Presiden bangsa Euro.
"Kamu tidak akan menyelamatkan adikmu?!" tanya Menhan Hitter Jason, ia menarik tangan putra sulungnya.
"Ayah sudah dengar jawaban Presiden tadi kan? Untuk apa aku menyelamatkannya? Lagi pula dia yang menawarkan diri untuk menjadi mata-mata, artinya dia sudah siap dengan segala konsekuensinya." balas Niccolo dengan wajah datar.
Ia meninggalkan ayahnya yang terduduk di ruangan itu.
Niccolo dan Kaizo memiliki persamaan, mereka seorang anak sulung yang memiliki satu adik laki-laki. Mereka sama-sama seorang pemimpin dalam suatu kelompok.
Niccolo sepuluh tahun lebih tua dari Kaizo. Perbedaan mereka yang pertama, dari pola pikir ketika adik mereka menjadi sandera musuh. Kaizo berusaha keras menyelamatkan Fang bagaimana pun caranya. Sedangkan Niccolo, dia sama sekali tak menyesal berkata seperti itu pada ayahnya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top