CHAPTER 14

DISCLAIMER :
Animasi Boboiboy dan semua karakternya adalah milik Monsta Studios.
Seluruh alur cerita ini merupakan imajinasi Author dan tidak berkaitan dengan cerita sebenarnya pada animasi Boboiboy.

WARNING!!!
Original character, out of chatacter, typo dan kesalahan kata dalam ejaan.
Mohon maaf jika ada kesamaan dengan cerita lain.

RECOMENDED SONG :
Victory - Two Steps From Hill
Memory Reboot - Narvent and VØJ
Everything Works Out in the End - Kodaline
Round and Round - Heize
Sumpah dan Cinta Matiku - Nidji

.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°.•°

Emma mengerjapkan matanya beberapa kali, ia melihat sebuah badan yang berada di depannya. Emma mendongakkan wajahnya dan melihat wajah seniornya yang tengah tertidur pulas.

Emma menyadari posisi tidurnya benar-benar tidak mengenakkan. Ia menghadap Kaizo dan memeluk perutnya, kaki kanannya naik ke atas kaki Kaizo.

Emma menjauhkan tubuhnya dan membelakangi Kaizo, ia berusaha mencerna dan mengembalikkan kesadarannya. Emma bingung bagaimana ia harus menanggung malu karena telah merepotkan Kaizo, saking repotnya, Kaizo harus pindah tempat tidur.

"Kamu sudah bangun ya?" tiba-tiba Kaizo bersuara.

Mata Emma membelalak, Emma mendudukan badannya dan menoleh pada Kaizo yang juga terduduk. "Ya—ya, Kapten"

"Kalau begitu, kemasi ini semua." ucap Kaizo, lalu ia keluar dari tenda.

Emma juga keluar dari tenda. Tapi Kaizo malah pergi, dia tampak gugup, begitu juga dengan Emma. Saat ini jantungnya merasa tak baik-baik saja. Emma segera membereskan tenda dan peralatan lainnya.

.•°.•°.•°

Sore hari telah tiba, kini saatnya Kaizo dan Emma berangkat ke Planet Cambela untuk melajutkan misi. Pesawat angkasa Kaizo yang berbentuk gangsing sudah dimodifikasi dengan desain "K-Boutique" yang tertulis di badan pesawat. Kaizo dan Emma membawa seragam yang sama.

Kaizo sudah mematikan sementara sambungan komunikasi yang berada di pesawat angkasanya. Simpelnya, seperti data seluler di handphone yang dimatikan.

Melihat tekad kakaknya yang kuat, Fang tak yakin bahwa Kaizo akan baik-baik saja kedepannya. Maksudnya, Fang tau kakaknya cukup kuat, dia mampu bertahan dalam keadaan yang paling berbahaya sekalipun. Tapi tidak ada orang yang bisa hidup sendirian, Kaizo tak akan bisa melakukan segalanya sendirian.

Oleh sebab itu, diam-diam Fang memasang GPS di badan pesawat Kaizo. Agar ia tahu, kemana saja kakaknya pergi.

Perjalanan menuju Planet Cambela membutuhkan waktu selama empat jam. Emma yang mengendarai pesawat ini, sementara ia meminta Kaizo untuk tetap beristirahat agar tidak merasa lelah saat tiba di Planet Cambela nanti.

Kaizo yang tadinya di ruang istirahat, ia mendatangi Emma yang berada di ruang kemudi. Mereka saling mengobrol sembari Emma mengendarai pesawat angkasa.

Kaizo menatap mata Emma, gadis itu selalu semangat saat mengobrol dengannya. Hingga Kaizo tak sadar tersenyum kecil saat melihat bando mutiara yang dikenakan Emma.

Akhirnya mereka sampai di Planet Cambela, pesawat itu mendarat di halaman utama Istana Kepresidenan. Kaizo dan Emma turun, mereka dihampiri seorang ajudan presiden.

"Mari ikuti saya." ucap ajudan tersebut. Kaizo dan Emma mengangguk dan mengikutinya.

Orang itu membawa mereka berdua masuk ke Istana Presiden, ke sebuah ruangan yang sangat privat. Terlihat seorang pria paruh yang tengah duduk menunggu mereka.

"Silahkan duduk." ucap pria itu.

Sang ajudan langsung membisikkan sesuatu pada orang itu, John Theodoor, Presiden Bangsa Airo.

Tuan Theodoor tersenyum, "Tidak apa-apa, dia bukan bagian dari mereka. Mereka datang untuk membantu kita." ucapnya, sang ajudan mengangguk paham.

"Ajudanku mengira kalian sekutu bangsa Euro." Tuan Theodoor terkekeh.

"Jadi, maksud tujuan kami datang kesini untuk membantu bangsa Airo, Tuan." ucap Kaizo.

"Ya, aku tahu. Tapi bukankah kalian sudah membuat perjanjian dengan bangsa Euro?" tanya Tuan Theodoor.

"Tapi saya akan tetap bersikeras membantu Tuan." kata Kaizo dengan lantang.

Tuan Theodoor terkekeh kecil, Kaizo tak mengerti dengan prilaku pria tua di depannya. "Anak muda, sepertinya kamu belum tahu latar belakang bangsamu sendiri ya?"

Kaizo tak mengerti, seorang ajudan membawakan sebuah map biru yang kemudian dibuka dan ditunjukkan pada Kaizo.

Pria bersurai navy itu mematung saat membaca isi map tersebut.

"Oleh sebab itu, aku menolak menemui adikmu. Karena kalian bagian dari bangsa Bugi." ucap Tuan Theodoor, kali ini wajahnya serius.

.•°.•°.•°

Sejak tadi Kaizo hanya melamun, ia duduk di bangku yang berada di ruang kemudi.

"Cobalah kembali ke rumah lamamu di Planet Gogobugi, kamu akan mengetahui semuanya, Kapten Kaizo." ucapan Tuan Theodoor tengiang-ngiang di kepala Kaizo.

Hingga sampailah mereka di Planet Gogobugi pada esok harinya. Planet itu sudah tampak membaik setelah pembantaian yang terjadi empat belas tahun yang lalu.

Kaizo tak pernah ingin kembali ke Planet ini setelah pembantaian tersebut, ini kali pertamanya ia kembali setelah empat belas tahun lamanya.

Pemerintahan Planet Gogobugi yang tadinya dipegang oleh ayahnya, kini dipegang oleh pamannya. Sistem pemerintahan di Planet Gogobugi berupa sistem monarki yang artinya peralihan kepemimpian dari planet ini bersifat turun temurun, bukan melalui pemilihan.

Seharusnya setelah ayah Kaizo tewas, Kaizo lah yang berhak menjadi gubernur di planet ini, tapi ia menolaknya, begitu juga dengan Fang. Oleh sebab itu, pamannya yang menjadi gubernur.

Saat bertemu Kaizo, pamannya yang sekilas mirip dengan ayahnya memeluk erat Kaizo. Kaizo juga seperti itu. Menurut sang paman, Kaizo mirip seperti ayahnya saat muda dulu.

"Apa ini isterimu?" tanya Paman.

Emma menggeleng, "Saya Emma, junior Kapten Kaizo, Tuan." Emma membungkuk.

Paman terkekeh, "Ku pikir dia isterimu karena kalian hanya datang berdua."

"Bagaimana kabar Fang? Ku dengar dia disandera oleh bangsa Euro kemarin ya?" tanya Paman, Kaizo mengangguk. "Tapi dia sudah baik-baik saja."

"Apa kamu datang murni untuk mengunjungiku, padahal sebelumnya kamu tak pernah ingin menginjakkan kaki di tanah ini lagi." ujar Paman.

"Bagini Paman, sebelumnya aku sudah menemui Tuan John Theodoor." ucap Kaizo terhenti.

"Apa yang dia katakan?" tanya Paman.

"Tuan Theodoor menunjukkan surat pengesahan Kedutaan bangsa Euro di Planet Cambela. Dan Ayah ikut menandatangani surat itu." sambung Kaizo.

Dengan tangan yang bergetar, Kaizo kembali berucap. "Apa itu artinya bangsa Bugi adalah sekutu bangsa Euro?"

Paman menghela nafas panjang, ia mengajak Kaizo dan Emma menuju ruang kerjanya yang dulu juga merupakan ruang kerja ayahnya. Ruangan itu sudah sedikit berubah karena selera pamannya yang sedikit berbeda dengan selera ayahnya.

"Lihatlah." Paman menunjukan suatu bingkai di sudut ruangan.

Bingkai itu berisi sertifikat yang sudah terlihat jadul. Sertifikat itu berusia seratus tahun lebih, sertifikat itu menyatakan bahwa bangsa Bugi adalah sekutu besar yang paling berpengaruh dalam kemerdekaan bangsa Euro dan para bangsa Planet Reiss.

"Paman dengar kamu yang memeggang misi ini dari TAPOPS."

"Kenapa Paman tak mengatakannya sejak awal? Saat mendengar aku yang ditugaskan di misi ini." tanya Kaizo.

"Jujur saja semenjak Enerbot sudah tidak di tanah ini, Paman tak terlalu ikut campur dengan urusan mereka. Paman takut jika Paman ikut campur, maka Planet ini terkena imbasnya." jelas Paman.

"Paman hanya bisa bercerita apa yang pernah terjadi. Maafkan Paman, Kai."

Penjajahan dan pemberontakan memang sudah ada sejak terciptanya umat manusia. Hal itu memang sudah mendarah daging di setiap hati manusia. Bukan hanya di Bumi, di kehidupan mana pun akan selalu seperti itu, Penjajahan dan pemberontakan tak akan lepas dari kehidupan.

Di ruang angkasa yang luas, ada banyak planet-planet berpenghuni yang mengalami hal seperti itu, terutama pada Abad Osalio.

Abad Osalio adalah pertengahan abad ke-49 sampai abad ke-50 penanggalan Marklio. Pada abad itu banyak sekali bencana yang terjadi, mulai dari penciptaan Power Sphera hingga perang saudara dan perebutan kekuasaan antar planet dan galaksi. Pada masa itu memang sebagian antero galaksi sudah mulai maju, namun masih ada perbudakan, peperangan dan pemberontakan. Kemerdekaan hanya milik para bangsawan yang berkuasa, bukan milik seluruh umat manusia. Bahkan hak asasi masih bisa diperjual belikan.

Pada pertengahan Abad Osalio atau tahun 4973 Marklio, bangsa-bangsa yang menghuni Planet Reiss baru saja merdeka dari jajahan planet lain berkat bantuan dari sekutu mereka yaitu Planet Gogobugi.

Bangsa Bugi dari Planet Gogobugi membantu bangsa-bangsa Planet Reiss menuju kemajuan mereka dengan Pembangunan Cerdas dan penemuan Kristal Litortik di tanah Reiss. Penemuan itu membuat pembangunan pada Planet Reiss menjadi lebih maju dan disegani bangsa-bangsa dari planet lain, namun kemajuan itu terus mengikis sumber daya alam Kristal Litortik.

100 tahun kemudian tepatnya pada tahun 5073 Marklio, didirikan sebuah organisasi yang melibatkan seluruh bangsa di Planet Reiss bernama United Nations Reiss atau yang disingkat UNR. UNR dipelopori oleh Moonstone Deolby yang merupakan presiden keempat dari Bangsa Euro. Planet Reiss terdiri dari bangsa Euro, Airo, Autik, Cullen dan Inbrith. Namun dari kelima bangsa itu, bangsa Euro adalah bangsa yang paling mencolok.

Pada Konferensi pertama UNR, bangsa Airo menyampaikan bahwa Pembangunan Cerdas sudah cukup, Planet Reiss sudah sepadan dengan planet-planet maju lainnya, oleh karena itu pembangunan Cerdas harus dihentikan demi menghemat sumber daya alam mereka.

Berdasarkan penelitian imuwan dari bangsa Airo, jika Kristal Litortik terus menerus digunakan untuk sumber daya Pembangunan Cerdas, maka yang akan terjadi adalah peradaban di Planet Reiss akan punah pada 100 tahun mendatang.

Pernyataan itu diam-diam disetujui oleh bangsa Cullen. Lagi pula pembangunan tersebut tidak merata dan lebih menguntungkan untuk bangsa Euro dan Autik.

Moonstone Deolby membantah pernyataan itu. Konferensi pertama UNR membuahkan hasil bahwa Pembangunan Cerdas akan terus berjalan hingga 100 tahun mendatang, namun Bangsa Airo bersikukuh ingin menghentikan Pembangunan Cerdas. Hal itulah yang menyebabkan kemarahan bangsa Euro dan memprovokasi bangsa lainnya, sehingga bangsa Airo diusir secara paksa keluar dari Planet Reiss.

Bangsa Airo tetap menerima dengan lapang dada dan memutuskan tinggal di Planet Cambela, sebuah planet kecil yang mengorbit Planet Reiss. Tempat itu hampir sama seperti Planet Reiss, kaya akan sumber daya alam terutama Kristal Litortik.

Bangsa Euro dan bangsa Airo memiliki perbedaan yang cukup jauh, mereka sama-sama cerdas. Bangsa Airo lebih menyukai kedamaian sehingga mereka menghindari keserakahan, sedangkan bangsa Euro memanfaatkan kecerdasan mereka untuk memperluas kekuasaan.

Mereka pikir perseteruan bangsanya dan bangsa Euro di konferensi pertama UNR telah selesai. Namun pada tahun 5123 Marklio, bangsa Euro dan sekutu datang ke Planet Cambela dengan tujuan menciptakan perdamaian antara bangsa Euro, para sekutu dan bangsa Airo sendiri. Bangsa Airo yang sejatinya mencintai kedamaian menyambut dengan senang hati.

Dalam misi perdamaian tersebut, bangsa Euro membangun sebuah gedung kedutaan antar planet. 10 tahun perdamaian itu terjalin, namun bangsa Euro meretakkan perdamaian itu dengan melakukan pembangunan besar-besaran yang entah untuk apa fungsinya. Pembangunan itu dilakukan tanpa persetujuan dari pihak bangsa Airo, bahkan bangsa Airo tidak tau menau tentang adanya pembangunan tersebut.

Tidak terima karena tanah mereka digunakan seenaknya, masyarakat dari bangsa Airo mendemo untuk menghentikan pembangunan tersebut. Tak hanya itu saja, bangsa Euro juga mengekspor Kristal Litortik dari Planet Cambela ke Planet Reiss tanpa sepengetahuan bangsa Airo.

Konflik itu semakin memanas di kalangan masyarakat. John Theodoor selaku Presiden bangsa Airo membuat rapat dengan duta antar planet dari Planet Reiss yaitu Elizabeth Moonstone yang merupakan anak bungsu dari presiden keempat bangsa Euro, Moonstone Deolby.

Rapat juga dihadiri oleh presiden bangsa Euro saat ini melalui via hologram, anak sulung Moonstone Deolby yaitu Alberto Moonstone.

Konferensi itu tak menghasilkan sebuah perdamaian yang diinginkan bangsa Airo, melainkan deklarasi perang yang dinyatakan dengan lantang oleh Alberto Moonstone.

Sejak saat itu, bangsa Euro menjajah bangsa Airo. Pembangunan yang sebelumnya dilakukan bangsa Euro tanpa sepengetahuan bangsa Airo menghasilkan markas militer Reiss yang berada di samping gedung kedutaan.

Bangsa Euro tak segan-segan membombardir kota-kota bangsa Airo jika mereka melakukan perlawanan. Penjajahan ini berlangsung selama 10 tahun hingga kini. Padahal bangsa Airo selalu mengirim sinyal SOS untuk meminta bantuan dari planet manapun, tapi seolah tidak ada yang mendengar jeritan mereka. Hingga suatu saat TAPOPS menerima sinyal itu.

Dari misi ini, Kaizo menyadari bahwa apa yang terjadi di Planet Cambela lebih parah dari misi-misi sebelumnya. Bukan hanya peperangan yang terjadi, namun aksi genosida dan kudeta yang dilakukan oleh bangsa Euro pada bangsa Airo.

Kenapa Kaizo begitu naif, ia baru mengetahuinya sekarang. Ia merasa bodoh tak mengetahui latar belakamg bangsanya yang ternyata menjadi sekutu bangsa yang kejam.

"Apa Kapten baik-baik saja?" tanya Emma, Kaizo terus melamun dan terlihat shock saat hal mengejutkan ini diketahuinya.

Ayah adalah seorang hero yang sangat Kaizo kagumi saat ia kecil. Sejak dulu, Kaizo ingin menjadi hebat dan bijak seperti Ayah.

Kaizo juga memegang teguh nasehat ayahnya, dimana ia harus tetap berjuang menjalani kehidupan, melakukan hal-hal baik dan melawan siapa pun yang menghalangi niat baiknya. Tapi, kenapa sekarang ayahnya adalah bagian dari kekejaman yang ingin ia lawan.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top