The Mess Secret*16

BRAK!

Pintu dari besi itu langsung pecah, karena pembekuan yang dilakukan Magacal es itu. Hingga mengakibatkan aktivitas mereka berhenti, dan fokus mereka beralih tertuju pada pintu itu.

"Hize?"

"Maaf," ujar Hize langsung melepaskan Vampix. Aku tak percaya dengan apa yang kulihat! Mengapa justru keadaan menjadi sebaliknya? Hize yang tadinya di gigit oleh Vampix sekarang malah menahan tangan Vampix. Gerakan bela diri yang cukup profesional. Begitulah yang kupikirkan.

"Yako, Mungkin kau tidak tahu ya?" tanya Hize.

"Mungkin dia tidak tahu," ujar Tazu sambil menunjuk jempol dan mengarahkannya padaku.

"Tidak tahu mengenai apa?" tanyaku bingung sambil menatap mereka.

"Kekuatan Hize, Un-Attacken. Dia tidak akan bisa diserang, karena serangan itu akan kembali ke orang yang mengeluarkannya." jawab Tazu setelah melihat ekspresi bingungku semakin besar.

Ah! Kalau itu aku benar-benar lupa.

"Jadi, Kaichou. Buat apa kau menanyakan informasi tentang aku?" tanya Tazu pada Vampix yang masih sekarat setelah semua energinya terkuras habis oleh kekuatannya sendiri.

"Huh? Kau masih bertanya?" ujar Vampix sambil tersenyum tipis. Setelah itu suasana menjadi hening.

"Yako, pergi." Tazu mengucapkannya tanpa menatapku.

"Huh?"

"Pergi saja, ini urusan pribadi,"

Dan dengan keheranan itulah, aku meninggalkan ruangan Vampix.S ebenarnya, aku agak penasaran dengan apa yang terjadi dengan mereka. Tapi masalah mereka seratus persen bukan urusanku.

"Selamat datang kembali, Piya!" sambut Yaa-Chi sambil menghampiriku setelah aku mengembalikan diriku sendiri ke wujud semulaku.

Beberapa hari ini, Yaa-Chi selalu menanyakan tentang kapan aku akan menjadi Piya kembali. Tapi, kutegaskan padanya bahwa aku akan kembali, tidak lama lagi. Tidak mungkin aku membiarkan semua orang mencariku, mengkhawatirkan hal yang sebenarnya tidak perlu, kan?

*

"Ternyata kau juga datang hari ini" ujar Yanda sambil menatapku datar.

"Yah, aku tidak ingin kalian mencurigaiku sebagai musuh" jawabku dengan santainya. Yanda mengangguk-angguk dan mengarahkan arah tatapannya ke arah pintu, yang membuatku ikut menoleh ke arah itu. "Ah! Sonic." sahutku ketika melihatnya memasuki kelas.

"Lama tak berjumpa," balasnya.

Kemarin dia tidak datang ke kelas dan aku juga sudah beberapa minggu tidak memasuki kelas. Dua bulan kalau tidak salah, Yako dan Sonic tidak berjumpa. Walaupun sebenarnya aku masih berjumpa dengannya saat aku menjadi Piya.

Aku juga sudah lupa pada pembicaraannya dan masih meninggalkan tanda tanya dikepalaku. Dan tanpa sadar, kini aku dikerubungi cowok-cowok di Pro-Class.

"Tazu datang!" sorak cewek-cewek dikelas Pro dan seketika, aku ikutan lihat kearah pintu.

Tazu datang bersama Hize, dia tampak sedang menerawang dari sudut ke sudut. Lalu mulai masuk tanpa memperdulikan suara-suara yang menyambutnya.

Dan dalam persekian detiknya, dia sudah dikerubungi. Wujudnya tenggelam dalam kerumunan yang dikategorikan spontan. Aku bahkan harus menutup telingaku karena ada dua suara keributan yang dominan di kelas Pro. Suara gadis-gadis yang mengerubungi Tazu dan lelaki-lelaki yang sekarang mengerubungiku tanpa alasan.

Bahkan aku tidak mengerti mengapa mereka hanya mengerubungiku tanpa arah pembicaraan yang jelas.

"Yako,"

Samar-samar, terdengar suara yang memanggilku. Aku menolehkan kepalaku ke sumber suara dan mendapati Tazu sudah berada di dalam kerumunanku tanpa ketahuan sama sekali. Aku bahkan tidak tau bagaimana dia bisa lolos dari kerumunan yang padat itu.

Aku mengerutkan keningku, tidak tau harus menjawab apa karena sedang berada di antara mereka. Suara semakin ricuh dan membuatku hanya bisa melihat glestur bibirnya.

"Mengenai kemarin-"

Tiba-tiba saja, ruangan itu dipenuhi oleh asap. Terdengar suara teriakan yang menandakan gempar seisi ruangan pro. Dan kurasakan ada yang menarikku melewati kerumunan-kerumunan itu hingga aku berhasil keluar dari sana.

"Ada apa?" tanyaku dengan spontan dan dengan suara agak kacau.

Kulihat tangannya berada di dalam sakunya, membuatku bingung tentang bagaimana dia menarikku keluar tadi.

"Mengenai kemarin, jangan terlalu dipikirkan."

"Aku sama sekali tak memikirkannya," balasku sambil memutar bola mataku.

Tazu menatapku datar, lalu mendekatkan wajahnya ke arahku, yang membuatku refleks menjauhi kepalaku.

"Yako, bagaimana kalau ada yang bilang, 'Aku mencurigaimu sebagai salah satu mata-mata BlackMix'?" tanyanya dengan sorotan matanya yang begitu tenang.

Mataku terbelalak tak percaya, "Kau mencurigaiku? Ayolah, BlackMix tidak bisa menggunakan sapu terbang!" sahutku sambil mengerang frustasi.

Kulihat asap mulai menipis, disertai suara batuk yang menjadi dari beberapa orang yang tidak sanggup menghirupnya. Asap itu tidak berbau, malahan dingin jika dihirup. Bahkan ada sedikit rasa dingin begitu kulitku menyentuh asap itu. Langsung saja aku tau siapa pelaku dari kekacauan ini.

"Aku tidak pernah melihatmu menggunakan sapu terbang. Kau tidak pernah terlihat di acara, Life River, misalnya? Seingatku kau ini bukan refleks."

Dia tahu! Dia menyadarinya! Mengapa bisa? Jangan-jangan dia memperhatikan gerak-gerikku?

"Itu, sama sekali bukan urusanmu!" balasku menatapnya tajam.

"Bagaimana? Kau sendiri, tak bisa membela dirimu sendiri."

"Kau juga tidak punya bukti untuk menuduhku seperti ini!" ujarku, masih dengan tatapan tajam.

Kutatap matanya yang dingin dengan tatapan tajam, lalu membalikkan diriku dan keluar dari kelas Pro tanpa berniat berbalik ke belakang kembali. Aku memutuskan pergi daripada harus berdebat panjang dengannya.

Aku berjalan tanpa arah. Aku hanya berharap agar aku menjauh dari Tazu, karena hanya dia biang masalahku saat ini.

Langkahku berhanti saat aku menyadari bisikan-bisikan halus dari suatu tempat. Kudongkakkan kepalaku ke arah pintu, dan menyadari bahwa suara itu berasal dari dalam ruangan khusus anggota Fly Club Type.

Aku termasuk salah satunya. Tapi saat ini aku sedang menjadi Yako, dan tidak mungkin aku masuk kedalam, bukan?

Kubungkukan sedikit badanku, untuk mengintip di dalam lubang kunci yang kira-kira berada sedikit tinggi dari bahuku. Seorang gadis, dengan mantel khusus anggota Fly Club Type tampak membelakangi pintu (Aku juga memilikinya, hanya saja aku jarang menggunakannya terkecuali dalam situasi formal). Kuterawang dari sudut ke sudut dan tidak dapat menemukan siapapun di dalamnya. Tidak ada hal-hal yang janggal di dalam sana.

Kecuali wajah seorang gadis dengan mata biru dibalik topeng BlackMix yang berada di layar besar di dalam sana.

"Maaf, aku belum menemukan Rainbow Stone."

"Jangan-jangan dia ini mata-mata BlackMix?" gumamku pelan, sambil melanjutkan kegiatan mengintipku.

"Tidak akan ada yang bisa masuk di ruangan ini kecuali Member Fly Club Type. Sekarang semuanya sedang di kelas atau mungkin sedang jadwal break." Aku langsung melotot ketika aku melihat lebih dalam. Gadis yang ada di balik layar tampak tersenyum menyeringai, membuatku sadar bahwa itu bukan sekedar gambar belaka dan sedang terjadi komunikasi di sini.

"Bagus! Teruskan pencarianmu," dia menjeda ucapannya. Lalu melepaskan topengnya, membuatku dapat melihat wajah seorang gadis yang tidak pernah kulihat sebelumnya. "Aku mengharapkan perkembangan tentang RainbowStone. Jangan mengecewakanku, Nai"

"Baiklah."

Hah?

Nai?!

Mata-mata BlackMix itu, Nai?!

***TBC***

UPDATED : 9 SEPT 2015

REVISION : 22 JUL 2016

A/N : Makasih yang udah nambahin cerita ini di Reading List, Library. Makasih juga buat yang ninggalin Vote dan Comment. Makasih juga yang udah mau membaca karya pemula seperti saya.

Hihihi.

Kukira bakal lebih bagus kalau plot yang nggak terlalu penting, saya potong.
Kalau enggak, cerita ini nggak tamat-tamat pula nanti. Hahaha.
Well, sekali lagi makasih banyak buat semua Readers. Termasuk yang hanya ngebaca dan nambah mata doang. Pokoknya makasih sudah mau baca. Haha.

Big Love, Prythalize

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top