The Hidden Book*11
"Coba Check di dapur, mungkin dia sedang melihat Hize?"
Kalimat itu diucapkan Mixe-Sensei setelah aku mempertanyakan padanya tentang Invi. Hize? Apa itu nama lelaki tempo hari? Iya, yang menyuapi Invi itu loh.
"Dapur di mana, Sensei?"
"Ada di samping sekolah, jalan kaki seratus langkah bisa sampai kok." ujar Mixe-Sensei sambil menunjuk ke arah jendela.
"Terima kasih banyak, Sensei." kataku segera berlari menuju jendela, dan memanjatnya. Aku sempat berbalik, karena mengira Sensei akan marah, tapi melihatnya melangkah membelakangiku membuatku menepis jauh pikiran itu.
Aku langsung mengeluarkan sayapku, mengepakannya dan langsung sampai disana bahkan sebelum sepuluh detik. Sebuah pintu kayu dengan ukiran wanita yang tengah memegang mapan pun kubuka dan WALA!
Dapur di dunia sihir tidak sama dengan dapur di bumi. Dapur disini sangat luas dengan setiap benda yang dikerjakan melalui sihir, juga bubuk-bubuk ramuan yang dihaluskan yang berterbangan, bercahaya layaknya glitter, namun mempunyai aroma yang wangi.
Benar-benar keren.
"Invi," Aku mengibas-ngibaskan tanganku ke arah Invi saat tatapan kami bertemu. Invi langsung berjalan mendekatiku. "Kenapa kau disini? Kau kan belum sehat betul." kataku sambil melipat kedua tanganku dan menatapnya dengan tatapan cemberut.
Invi masih terdiam, sampai aku mendengar suara Hize. "Invi, hari ini menunya spesial, lho" ujar Hize sambil tersenyum. Aku pun mau tak mau tersenyum, saat Hize menatap ke arahku.
Berbeda denganku, Invi tampak kesal padanya. Jujur, ini pertama kalinya aku melihat Invi berekspresi begitu. "Iya." jawabnya, Invi lalu menarik tanganku menjauhi tempat itu. Saat kami berada di belakang pintu, dia membuka suara. "Jangan berpikir kami dekat." kata Invi menunduk, sepertinya dia berhasil membaca pikiranku.
"Um-Sorry?" ujarku merasa bersalah.
"Hize, dia punya kekuatan aneh. Aku tidak bisa membaca pikirannya." sahut Invi sambil menolehkan pandangannya ke arah lain. "Kata Sensei dia dipilih untuk aktif di dapur karena dia pandai membuat makanan untuk proses penyembuhan, dan dia juga pandai memasak." Terangnya setelah membaca pikiranku lagi, aku hanya mengangguk mengerti.
"Lalu, mengapa kau tak bisa membaca pikirannya?"
"Aku juga tidak tahu,"
"Temanmu ya?" Hize datang kembali tiba-tiba, membuat Invi tersentak kaget. Biasanya Invi bisa menebak kedatangan orang lain dengan pemikiran mereka, tapi tidak dengan Hize.
"Eh? Iya. Aku Piya." jawabku mewakili Invi menjawab, pasalnya setelah Hize datang, wajah Invi langsung berubah kesal.
"Oh! Wings Maker?" tanya Hize dengan tatapan setengah kagum. Aku pun mengangguk canggung dan Hize langsung menyerahkan mapan berisi makanan yang dipegangnya kepada Invi.
*
TOK... TOK... Ketukan pintu dari laboratorium Mixe-Sensei membuatku bergegas membuka pintu dan menatap seseorang yang tersenyum sambil menatapku senang.
"Piya, kau punya waktu?" tanya Mai. Aku pun menganggukan kepalaku dan menatap Invi yang mengode bahwa dia akan baik-baik saja tanpa aku. "Ada rapat di Fly Club Type."
"Ada apa?" tanyaku menaikan alisku. Tapi aku tetapi berjalan keluar, menutup pintu dengan pelan dan mengikuti Mai berjalan.
"Tidak tahu juga." jawab Mai dengan polosnya.
.
.
"Kazie baru datang ke dunia ini, sekitar seminggu yang lalu." jelas Flya-Sensei. "Berbeda dengan Magacal, mereka akan langsung mendapatkan kekuatan begitu sampai kemari." kami semua terdiam mendengar pernyataan itu. "Dan dia punya kekuatan yang hebat, Piya."
Aku mendongkakkan kepalaku begitu mendengar Flya-Sensei menyebut namaku.
"Tidak peduli dengan kekuatanmu yang bisa menyerangnya atau tidak," Flya-Sensei sambil tersenyum. "Kau pasti bisa melawannya."
Aku memandang dengan ragu ke arah keramik lantai yang berwarna putih hitam itu."Yah, kuharap begitu,"
"Kita, Fly Club Type akan membantumu, kita akan berjuang bersama."
"Ya!" Jawab mereka dengan semangat dan serampak, sementara aku hanya tersenyum tipis dengan beribu pikiran dikepalaku.
*
"Hei," seseorang menyapa, bersamaan dengan langkah kaki dan gesekan rumput-rumput yang langsung saja membuyarkan lamunanku di bawah Door Connection.
"Ya, hei." balasku tanpa menoleh ke belakang. Aku sudah tahu siapa yang datang hanya dengan mendengar kalimat sapaannya dan suaranya. Dingin dan irit. Detik berikutnya, kurasakan pergerakan kecil di rumput panjang di sampingku. "Kau selalu di sini?" tanyaku sambil memiringkan dudukku. Karena entah mengapa, tiba-tiba aku teringat lagi pada kejadian kemarin.
"Ya," Balasnya pendek.
"Hm, kalau aku membutuhkanmu, mungkin aku akan mencarimu di sini." Ujarku sambil menghela nafas.
"Ya, silahkan."
"Tapi sepertinya kita sering kebetulan bertemu, ya?"
Aku bisa mendengarnya menghela nafas pendek dari sampingku. "Itu karena kau sering berkeliaran."
Entah mengapa, tiba-tiba aku teringat pada 'Yako' , diriku sendiri. Sudah berapa lama yah, aku tak menjadi dia? Kuputuskan untuk izin berbalik ke sekolah dan mengubah diriku menjadi Yako untuk seharian ini.
"Changes Power!"
Aku pun menjadi Yako saat berada dalam kamar. Aku berencana ke perpustakaan untuk meminjam buku All The Power of Magacal List untuk mengecek Changes Power, karena aku benar-benar belum memeriksa Changes Power.
"Bolehkah aku meminjam buku tentang kekuatan semua magacal?" tanyaku canggung, dengan tatapan intens Keilia. Kuharap dia tidak mengenaliku.
"All The Power of Magacal List?" tanyanya. Dia mengerutkan alisnya, mengelus dagunya lalu berkata, "Buku itu di pinjam seseorang tadi pagi. Itu lho, Tazu."
Buat apa dia minjam buku itu?, batinku bertanya-tanya. Namun kuputuskan untuk tidak memikirkan hal itu lama-lama. "Ada buku lain mengenai kekuatan magacal?" tanyaku.
"Ini," kata Keilia sambil menyerahkanku sebuah buku berjudul Hidden Book.
"Buku ini tentang apa?" tanyaku mencurigai sesuatu ketika membaca judul buku tersebut.
"Ini buku tentang kekuatan langka yang hanya dimiliki oleh satu penyihir saja." terang Keilia.
Sudah kuduga, dari judulnya saja kita sudah dapat menebaknya.
"Aku ingin meminjam buku ini." gumamku saat menatap buku berwarna merah maroon itu dengan lama. Buku itu dipadu dengan hiasan melingkar berwarna hitam dengan gambar Diamond yang sungguh indah.
"Tentu saja." jawab Keilia sambil tersenyum.
Aku pergi menuju Gunung di bawah Door Connection. Entah mengapa, setiap aku berada di bawah Door Connection, hatiku terasa tenang. Mungkin ini salah satu alasan mengapa aku lebih suka menyendiri disini. Walaupun hari ini tidak terlalu berangin, Namun tempat itu tidak terlalu terik. Aku membuka buku itu perlahan.
"The Hidden Book"
Daftar Hidden Power dari urutan teratas hingga ketujuh.
1. Wings Maker (1);
2. Stole Power (1);
3. Aquatic Lake (1);
4. Electric Thunder (1);
5. Flame (0);
6. Un-Attacken (1);
7. ??????????(1);
Aku tersentak ketika membaca buku itu. Kekuatanku termaksud kekuatan Hidden? Dan apa ini? Banyak tanda tanya berada di nomor 7. Dan 1 orang memilikinya. Siapa itu? Halaman selanjutnya berjudul Door Connection Colour.
Setiap manusia yang terhisap oleh Door Connection menuju dunia ini, mempunyai masing-masing warna sesuai kekuatannya. Warna yang terpancar ketika dia keluar dari Door Connection menandakan kekuatannya saat menjadi Magacal nanti.
Merah - Pro;
Biru - High;
Hijau - Medium;
Kuning - Low;
"Warna apa yah, yang keluar saat aku di sini?" gumamku sambil mengusap daguku dan kembali membaca buku itu.
Hanya Magacal yang bisa melihat Door Connection. Jika kekuatan seorang Magacal sudah dinyatakan mati, maka dia dinyatakan manusia dan dia akan dikembalikan ke bumi, semua ingatannya tentang dunia sihir akan di musnahkan. Dia tidak akan bisa melihat Door Connection, apalagi memakai kekuatannya kembali.
---
Syarat-syarat kekuatan seorang Magacal dinyatakan mati,
1 . Seseorang itu menggunakan kekuatannya diluar batas maksimal;
2 . Seseorang itu mengalami frustasi berat;
3 . Seseorang itu tidak menggunakan kekuatannya dalam waktu yang lama;
4. Kekuatan seseorang itu dicuri secara permanen oleh Stoler Power;
"Kazie!" desisku sambil menggeram dan menggigit bibir bawahku dengan kesal. "Kalau dia mengembangkan kekuatannya, pasti dia bisa mencuri kekuatan seseorang secara permanen."
Aku memutuskan untuk kembali menjadi 'Piya'. Tapi tentu saja, aku ingat kata Tazu bahwa dia selalu di sini. Tidak mau kejadian seperti hari itu terulang, aku memutuskan untuk keadaan dulu.
Aku menaruh buku yang ku pinjamkan ke Give-Pocket lalu, Aku mengecek setiap semak-semak yang ada di sana dan Walaa! Aku menemukannya! Dia sedang tertidur, dia terbaring dan kedua tangannya berada di kedua sisi tubuhnya. Ada sebuah buku yang terbuka, buku itu dalam keadaan terbuka dan berada di atas dadanya. Jadi, aku dapat membaca judul buku itu.
"All the Power of Magacal List." Tuh kaaan!
Aku mengembalikan diriku ke asalku, Piya. Dan aku duduk didepan Tazu, aku agak penasaran tentang kekuatan yang di bacanya. Apa dia sedang membaca tentang kekuatan Ice? Flame? Atau kekuatan lain? Aku memiringkan kepalaku agak kebawah dan mulai membuka bukunya sedikit untuk mengintip bukunya. Tapi kulakukan pelan-pelan agar dia tidak terbangun. Tapi...,
BRUK, Kepalaku malah menyentuh dadanya, tepat di depan jantungnya.
DEG!
Buru-buru aku bangkit karena aku nyadar baru berbuat sesuatu yang aneh dan memalukan. Gimana kalau ternyata dia pura-pura tidur? Pasti dia akan bilang aku mesum! Dengan buru-buru, Aku langsung membelakanginya.
Barusan, aku mendengar detak jantungnya! Oh astaga! Aku pasti sudah gila! Dalam lima detik panjang itu, aku bisa mendengar detak jantungnya yang normal empat kali. WUAHH! MEMALUKAN! Dan mengapa kau menghitungnyaaa?!
SRET, Aku mendengar suara gerakan di belakangku. Pasti dia sudah terbangun. Aku agak panik namun malah terdengar suara buku yang jatuh pelan sekali. Aku pun membalikkan kepalaku dengan ragu, dan akhirnya menghela nafas lega.
Ternyata bukunya baru lolos darinya. Tazu masih tertidur dan kuputuskan untuk mendekatkan diriku ke bukunya agar aku melihat isi buku yang sedang di bacanya.
Di halaman 989, di deretan huruf W, tepat di keterangan khusus untuk...,
"Wings Maker?" gumamku pelan. Saking kagetnya, sampai tiba-tiba aku meluncur terbang tanpa komando dalam pikiranku. Mungkin karena suara luncuranku yang terlalu berisik, akhirnya Tazu terbangun. Aku refleks berhenti terbang, seperti berpura-pura baru saja sampai di sana.
"Eh? Tazu?"
Bagus, Piya, kau sangat handal dalam ber-acting.
Dia hanya diam lalu segera menutup bukunya dengan cepat. Sampai terdengar seperti suara bantingan. Aku diam juga karena heran dan bingung pada tingkahnya.
"Ada apa?" tanyanya.
"Kebetulan!" kataku refleks, mengingat pertanyaanku tadi setelah berpikir-pikir tentang apa yang akan kulakukan nanti. Aku pun mendarat di depannya dengan pelan, dan menghilangkan sayap spontan di punggungku. "Kau lihat kan, ketika aku keluar dari Door Connection?"
"Memangnya kenapa?"
"Warna Cahayaku apa?" tanyaku antusias, dari responnya sih sepertinya dia memang melihatku keluar dari Door Connection.
Dia terdiam sejenak, "Kenapa kau bertanya soal itu?"
"Mau tahu!"
"Kau tidak berwarna."
Aku menatapnya datar, shock dan aku kehilangan kata-kata. Mataku membesar dan berusaha untuk mencari kebenaran dari tatapan seriusnya itu.
"Bercanda," Ujarnya dan membuatku mengangkat tanganku, nyaris menerbangkannya ke ujung dunia. "Warnamu?" tanya Tazu mengulang pertanyaanku. Aku mengangguk sambil mengerutkan keningku. "Warnamu tidak tercantum di buku."
"Lalu?"
"Putih," ujarnya. "Putih malaikat." tambahnya.
"B-barusan kau bilang aku malaikat?" tanyaku terbata-bata. Bahkan goresan mulutku nyaris membentuk cekungan senyum tanpa sadar.
"Ya..." jawab Tazu membuatku diam, "Tapi itu awalnya. Ternyata, kau...seperti..., ini."
BRAK! Aku langsung memukulinya, maksudnya apa 'seperti ini' dengan nada kecewa seperti itu? Aku tidak terlalu peduli itu sakit atau tidak, tapi dari wajahnya, tampaknya tidak sakit.
"Tadi Kau sedang-"
"Tidur, dan kau membangunkanku" potongnya membuatku memutar bola mataku.
"Kau baca buku itu? Tadi aku mencarinya." sahutku. "Jadi, aku pinjam buku lain." kataku sambil membuka give-pocketku. Tazu melihat isi give pocketku dan ini pertama kalinya aku membiarkan orang lain melihat isinya.
"The Hidden Book?"
"Coba kamu lihat." kataku sambil menunjukan tujuh kekuatan langka tadi. "Flame masih ada harapan."
"Aku tahu," jawabnya malas. "Kau jangan pernah coba-coba bermain dengan Kazie." nasehatnya padaku.
"Hidih, siapa juga yang mau bermain dengannya?" tanyaku bete. "Un-Attacken Itu kekuatan apa?" tanyaku
"Kau kenal Hize?" tanya Tazu. Aku menganggukan kepalaku sebagai jawaban. "dia Un-Attacken."
"Lalu kekuatannya?"
"Un-Attacken kekuatan yang tidak bisa diserang. Kalau kau menyerangnya, kekuatannya akan memantul balik padamu." Terang Tazu.
Pantas saja Invi nggak bisa baca pikirannya, batinku. "Kau dan Hize terdengar dekat."
"Saling kenal," jawab Tazu dengan singkat. Aku pun ber-oh ria sambil bangkit dan membelakanginya.
"Kalau begitu, aku pulang dulu yah" sahutku sambil memunculkan sayap putih dari punggungku.
"Bye."
"Bye-bye."
*
Saat mengembalikan buku The Hidden Book itu dalam wujud Yako, Keilia malah memberiku sebuah buku.
"Ini kosong." ujarku terdengar memprotes, atau dia memaksaku untuk menuliskan cerita disini? Ayolah, aku kan tidak bisa menulis cerita.
"Itu namanya Pure Book. Buku ini akan di berikan kekuatan dari pemegang yang bersedia memberikan kekuatannya untuk buku itu." kata Keilia, yang jelas aku kurang mengerti maksudnya. "Sudahlah, bawa saja buku itu" pinta Keilia tampak menggeram dan aku langsung mengiyakannya.
Aku berjalan ke kelas dan langsung mencari Invi yang sudah mulai masuk hari ini. Tampaknya, dia bisa membantuku mengatasi kebingungan tentang buku ini.
"Buku kekuatan? Keilia memberikannya padamu?" tanya Invi, aku pun mengiyakannya. "Aku bisa tunjukan padamu. Tapi, tidak apa-apakan kalau aku memberikan kekuatan Mind Reader-ku pada buku ini?" Aku mengangguk dan Invi langsung mengajakku duduk di kursi terdekat.
"Apa yang akan terjadi dengan buku ini kalau kau berikan kekuatan Mind Reader mu?" tanyaku.
Invi tak menjawab sepatah kata pun, namun tangannya mengarahkan pada buku itu sampai akhirnya buku itu mengeluarkan sinar berwarna biru.
"Baiklah, Piya. Bagaimana menurutmu tentang kekuatan Wings Makermu?" tanya Invi padaku. "Dan apa rencanamu ketika acara Power Down minggu depan?"
"Uhm..."
"Tidak usah sebutkan, coba kau baca buku itu" pinta Invi. Aku membuka halaman pertama tanpa basa-basi.
'Aneh, sampai-sampai aku nggak tau kenapa kekuatan ini di incar oleh BlackMix .Kenapa Invi bertanya begini ya? Apa kekuatanku memang aneh? Aduh, satu-satu dong nanyanya. Apa tadi namanya? Power Down? Itu acara atau nama kekuatan sih? Aku aja nggak tau ada acara seperti itu.'
Mukaku langsung merah ketika membaca buku itu. Ternyata buku itu langsung menuliskan isi pikiranku dalam kertas.
"M-Memangnya itu acara apa?" tanyaku sambil menutup buku itu. Malu rasanya melihat buku itu lama-lama.
"Kita dilarang menggunakan kekuatan kita selama satu hari." kata Invi "Selama sehari itu, tempat kita dilapisi gravitasi tambahan yang tidak bisa dimasuki oleh orang-orang yang berniat buruk di dalam sana. Jadi selama satu hari itu, kita tidak boleh berpikiran jahat karena gravitasi itu hanya dapat dimasuki orang yang baik. Jadi, BlackMix tak akan bisa masuk" terangnya. "Kita akan mengunjungi Life River" lanjutnya. "Piya, coba kamu buka buku itu."
'Life River itu bukannya cerita tentang penebang kayu yang jujur ya? Pada zaman dahulu kala, ada seorang penebang kayu yang...'
BRAKKK! Aku menutup buku itu dengan keras karena sadar betapa panjangnya yang kupikirkan saat itu dan malah saat itu yang kupikirkan dalam sedetik itu, berhasil menulis cerita penebang kayu hingga TAMAT! Uahh!
"Maaf, aku cerewet sekali."
"Tidak masalah, serahkan buku itu padaku dan aku akan serap kembali kekuatanku."
"Tidak perlu!" ujarku sambil memeluk buku yang berwarna hitam bercover polos itu. "Aku butuh buku ini!"
"Baiklah..."
Seusai itu, aku menyimpan buku itu di dalam give-pocketku dan aku mengantar Invi pulang. Tepat saat aku hendak melangkah ke arah koridor kamarku, aku bisa merasakan radar bahaya di sekitarku. Dan aku tahu bahwa aku tidak salah. Seseorang berpakaian hitam menungguku di depan pintu kamarku.
Aku tidak tahu bagaimana seorang anggota BlackMix bisa masuk ke dalam tempat ini tanpa harus melewati gerbang yang dijaga ketat oleh para Pro. Tapi, aku tahu bahwa aku seharusnya waspada saat ini.
Apalagi saat menyadari bahwa orang di depanku ini adalah Kazie.
"Kenapa kau kemari?" tanyaku dingin, sudah bersiap mengeluarkan Wings Makerku, menerbangkannya jauh-jauh.
"Aku ada urusan denganmu." Ujar Kazie, wajah dibalik topengnya yang tidak terlihat, membuatku penasaran tentang pemilik wajah itu, pemilik suara itu. Suara yang terdengar familiar di telingaku.
Aku tidak peduli pada kebenaran itu, yang terpenting sekarang adalah, apa keinginannya dan apa maksud kedatangannya secara privacy di depan kamarku saat ini?
***TBC***
PUBLISHED : 18 August 2015
REVISIONED : 30 Juni 2016
Dan ya, kali ini ga dibagi dua karena saya ga menemukan timing yang pas untuk bagi dua, dan itu dia. Di chapter ini juga ga terlalu capek, mungkin gegara ada Mas Tazu kali ya, wkwkwkw.
H-1, SKY ACADEMY!
CINDYANA H
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top